Mohon tunggu...
Ainun Alawiah
Ainun Alawiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Kecerdasan Emosional yang Dikemukakan oleh Danielle Gollman

9 November 2024   10:37 Diperbarui: 9 November 2024   10:48 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daniel Goleman, seorang psikolog Amerika, memperkenalkan konsep kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EI) dalam bukunya Emotional Intelligence yang diterbitkan pada 1995. Goleman berpendapat bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya, atau bahkan lebih penting daripada kecerdasan intelektual (IQ) dalam menentukan kesuksesan seseorang. Menurutnya, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Teori ini menekankan pentingnya kemampuan sosial dan emosional dalam berinteraksi dengan lingkungan, yang sangat berperan dalam perkembangan sosial seseorang.

Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen utama yang saling terkait dan mempengaruhi perkembangan sosial individu, yaitu:

1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali emosi sendiri dan bagaimana emosi tersebut memengaruhi pikiran dan tindakan seseorang. Menurut Goleman, kesadaran diri adalah dasar dari kecerdasan emosional, karena seseorang yang sadar akan emosinya lebih mampu mengontrol reaksi emosionalnya. Misalnya, jika seseorang merasa marah, kesadaran diri akan membantunya untuk mengenali kemarahan tersebut dan mencari cara untuk meredakannya daripada meluapkannya secara impulsif. Dalam konteks sosial, kesadaran diri membantu seseorang untuk memahami bagaimana perasaannya dapat memengaruhi interaksinya dengan orang lain.

2. Pengaturan Diri (Self-Regulation)

Pengaturan diri mengacu pada kemampuan untuk mengendalikan emosi dan impuls negatif serta menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Orang yang memiliki pengaturan diri yang baik biasanya lebih tenang, bijaksana, dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi yang menekan. Dalam interaksi sosial, pengaturan diri penting agar seseorang tidak bertindak berdasarkan emosi sementara yang bisa merusak hubungan sosial. Goleman menekankan bahwa dengan pengaturan diri, seseorang dapat menahan reaksi emosional negatif, seperti kemarahan atau frustrasi, dan tetap tenang dalam berbagai situasi.

3. Motivasi (Motivation)

Motivasi adalah dorongan internal yang membuat seseorang terus berusaha untuk mencapai tujuan atau keberhasilan. Dalam konteks kecerdasan emosional, Goleman menjelaskan bahwa motivasi yang dimaksud bukan sekadar keinginan untuk mendapatkan imbalan eksternal, tetapi lebih kepada dorongan dari dalam diri untuk terus berkembang. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi biasanya memiliki semangat kerja yang baik, mampu mengatasi rintangan, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap tujuan jangka panjang. Motivasi ini menjadi pendorong bagi seseorang untuk tidak mudah menyerah dalam berbagai situasi sosial yang sulit.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun