Mohon tunggu...
Faridilla Ainun
Faridilla Ainun Mohon Tunggu... Human Resources - Ibu-ibu kerja

Ibu yang suka ngaku Human Resources Generalist dan masih belajar menulis. https://fainun.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanpa ART, Apalah Aku Ini

21 November 2021   15:14 Diperbarui: 21 November 2021   15:17 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah memulai fase baru sebagai ibu bekerja di perantauan, memiliki Asisten Rumah Tangga (ART) adalah hal yang rasanya sangat diperlukan. Kemampuan mengurus bayi adalah satu hal yang utama yang dicari. Pencarian pun dimulai sejak dua bulan menuju Hari Perkiraan Lahir (HPL) tiba. 

Syukurnya, atas bantuan rekan kerja suami, kami menemukan ART yang sudah piawai dalam mengurus bayi. Usianya saat itu sudah 50-an, masih cukup sehat, namun terkadang sering kali merasa sakit kaki. 

Kami sendiri memilih ART pulang pergi dibanding ART menginap. Selain karena ukuran rumah kami yang mungil, kami juga tak ingin ketergantungan dengan ART sepenuhnya dalam mengurus anak. Alasan lain, ya jujur saja, ada orang lain di rumah kadang membuat tak nyaman.

Alih-alih mengalami drama ART seperti kebanyakan teman, rasanya saya harus banyak-banyak bersyukur bertemu ART yang kerap kami panggil 'Nenek Yati'. Nenek selalu datang tepat waktu. Kami juga mendapat bonus kepiawaian nenek dalam memasak karena beliau sering 'manggung' alias memasak untuk acara kondangan, sunatan, atau lainnya. 

Walaupun sudah tergolong tua, beliau tetap cekatan dalam bekerja. Bagian mengurus anak pun bisa berkompromi dengan baik, seperti  urusan pemakaian popok kain dan pemberian ASIP. 

Saling berkompromi dengan baik, menurut saya menjadi salah satu faktor kunci ART betah. Ya, tentu faktor pribadinya juga berperan sih. Kadang kala, kita tak bisa memaksakan kehendak seperti saat menidurkan anak, alangkah baiknya TV dimatikan. 

Tapi, namanya beliau ingin menonton TV dan butuh hiburan membunuh kebosanan, ya kami pun mencoba memaklumi. Terkadang beliau menonton acara TV lokal yang menampilkan sinetron dengan jalan cerita ajaib. Untungnya, sering juga beliau memilih channel yang menampilkan siaran langsung dari Masjidil Haram. 

Seorang rekan kerja berpesan, ada baiknya kita tahu persis rumah ART di mana. Ini untuk menghindari drama ART yang suka kabur. Pesan ini terus kami pegang. Hubungan baik dengan keluarga ART pun harus dibina. 

Namanya ART pulang pergi, kadang kita harus maklum ketika mereka memohon izin. Selama tak sering dan alasan jelas, rasanya mengalah untuk cuti pun tak apa. Terkadang, Nenek harus izin ketika ada keluarga meninggal atau mengurus anaknya. Syukurnya hanya 1-2 hari. Jika setengah hari pun saya bisa berkompromi dengan atasan di kantor.

Memiliki ART paket lengkap seperti Nenek membuat saya masih bisa waras. Bekerja nyaman, kehidupan keluarga aman, urusan sosilisasi dan mencoba mengembangkan kesenangan pun bisa jalan. Rasanya, membalas dengan gaji bulanan saja tak cukup. 

Menjelang 5 tahun bersama, Nenek sempat mengalami sakit kaki berkepanjangan. Katanya flu tulang. Hal itu bertepatan dengan munculnya virus Covid. Nenek pun libur panjang. Untungnya, sistem WFH mulai diberlakukan. 

Ternyata tanpa Nenek, seharian di rumah bersama anak setiap hari plus mengurus kerjaan, bukanlah perkara yang mudah. Sekolah online campur kerja online dari rumah membuat jiwa jiwa  harimau keluar dari kandang. Bawaan erosi jiwa terus. Hahaha. 

Setelah 5 tahun lebih bersama, tiba saatnya perpisahan dengan Nenek. Nenek pergi meninggalkan kami karena sakit. Kami pun tak punya ART. Harus diakui, tanpa ART, saya merasa lemah sekali.

Urusan rumah tangga memang bisa saling bantu dengan suami. Tapi tetap saja, bekerja, mengurus rumah, menemani anak sekolah online, rasanya beban pikiran berkali lipt lebih berat.

Untungnya, Nenek sempat memberi amanah kepada besannya untuk bekerja bersama kami. Kondisi saat itu saya sedang hamil. Mempertimbangkan kondisi Nenek yang tak terlalu fit, kami berpikir mencari tandem untuk Nenek. Nenek pun mengajukan besannya untuk bekerja bersama nantinya. 

Syukurnya, walaupun Nenek pergi, amanah tersebut tetap dijalankan oleh besan Nenek yang kami panggil dengan Nenek Roh. Serupa dengan Nenek Yati, Nenek Roh pun bisa dibilang paket lengkap. Tak hanya urusan anak, urusan masak pun beliau jago. Namun,urusan kecekatan mungkin sedikit berbeda. Tak apa, sementara masih bisa dimaklumi.

Menjelang kembali masuk kerja setelah cuti melahirkan, saya kembali tersadar, memiliki ART tanpa drama adalah berkat yang tak ternilai. Tanpa ART, apalah saya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun