Bagi para millennials (dalam hal ini saya mengambil referensi orang yang lahir pada tahun 1980 -- 2000), pada saat sekolah dasar dulu bisa jadi masih 'dijejeli' dengan sebuah stigma positif, bahwa Indonesia adalah negara agraris yang kaya. Namun, dalam kurun beberapa tahun terakhir, acap kali kita mendengar berita tentang impor bahan pangan yang dilakukan oleh pemerintah. Bisa dibilang ini adalah hal yang bertolak belakang dengan apa yang tertanam di benak kita.
Loh,...katanya, Indonesia kaya, gemah ripah loh jinawi, kok impor? Apa kita ga kaya lagi? Atau ada sebuah masalah di bidang pertanian kita?
Asa bahwa industri pertanian kita masih menjanjikan dimunculkan melalui gelaran Spirit Of Millennials: Green Festival 2019. Acara yang diselenggarakan oleh Bank BRI dan Pupuk Indonesia Holding Company (yang keduanya berada di bawah naungan Kementerian BUMN) pada hari Kamis, 31 Januari 2019 di Jakarta Convention Center ini, menampilkan berbagai ide kreatif untuk bercocok tanam atau bertani dengan cara masa kini. Masih ada millenials Indonesia yang berani bergerak kembali menuju daerahnya, membangun daerah asalnya melalui pertanian.
Upaya untuk meningkatkan kepedulian dan minat generasi millennials terhadap gaya hidup yang ramah lingkungan, cocok tanam di era modern melalui urban farming, serta mendorong lahirnya ide dan inovasi baru di sector agrikultur, merupakan tujuan dari penyelenggaran acara Green Festival 2019 ini.Â
Terdapat pameran tanaman sayuran hidroponik dan aquaponik dan contoh vertical garden, pameran aneka produk mitra binaan dari Bank BRI dan Pupuk Indonesia Holding Company khususnya yang berkutat di seputar agrikultur, Indonesia Berkebun, serta booth yang berisi start up Indonesia yang bergerak di seputar bidang pertanian, seperti SiKumis, SayurBox, TaniJoy, dan lain-lain.
Adanya aneka booth di area luar dari hall Cendrawasih tidak hanya menampilkan produk pangan yang sudah jadi. Ada juga booth yang berisi tanaman akuaponik dan hidroponik. Apa ya bedanya?
Akuaponik adalah suatu sistem perkebunan yang mengadopsi sistem alamiah pada lingkungan sekitar. Akuaponik hanya memanfaatkan limbah ikan yang semula tidak berguna dan beracun, menjadi nutrisi kompleks bagi pertumbuhan tanaman.
Hidroponik adalah teknik bercocok tanam tanpa media tanah dan menggunakan air. Hidroponik tidak memerlukan lahan yang luas dan cocok bagi yang ingin bercocok tanam dengan menghemat air. Kebun hidroponik pun tak terlalu sulit dibuat karena bisa dibuat dengan pralon dan gelas plastic saja.
Pada acara Green Festival 2019 juga diadakan workshop seperti Easy Gardening (teknik dasar menanam dan memelihara tanaman), Hidroponik, dan mendaur ulang limbah domestic menjadi hal yang berguna.
Menjelang pukul 10, rangkaian seminar yang menjadi bagian dari Green Festival 2019 di area Hall Cendrawasih dimulai. Bunga Harum Dani dan Hendry Setiawan menjadi MC pada acara tersebut. Lagu Indonesia Raya mengumandang dengan semangat dari para peserta. Acara pun resmi dibuka oleh Ibu Handayani, Direktur Konsumer Bank BRI. Ibu Handayani mengungkapkan bahwa acara Green Festival 2019 ini adalah awal gerakan millennial green movement untuk meningkatkan awareness dan level of excitement generasi millennial terhadap farming dan agriculture.
Setelah dibuka acara dilanjutkan dengan 3 sesi talkshow. Sesi pertama mengangkat tema Green Movement, sesi kedua temanya adalah Green Lifestyle in a Green City, dan sesi terakhir membahas Opportunities in Agribusiness.
Sesi I : Green Movement
Hadir sebagai pembicara pada sesi ini adalah Bapak Priyastomo (Direktur Mikro dan Kecil Bank BRI), Ibu Helianti Hilman (Javara), Ibu Diah Meidiantie (Pemprov DKI), Abyatar (Klasik Beans Coorperative), dan Ferdinandus (Sekolah Seniman Pangan Flores).
Ibu Helianti Hilman dan Javara yang Mendunia
Jonathan Christian yang bertindak sebagai moderator bertanya kepada Ibu Helianti Hilman selaku CEO dan Founder dari Javara. Javara yang berasal dari Bahasa Sansekerta memiliki pengertian sebagai juara. Javara memiliki misi untuk membawa pangan termasuk pangan yang telupakan seperti sorgum, jewawut, pegagan, kelor, dll untuk bisa kembali ke pasar. Javara ingin menggambarkan kekayaan hasil bumi Indonesia dan membawa produk lokal Indonesia yang sangat variatif menjadi mampu bersaing dengan competitor.
Javara memulai kesuksesannya melalui pasar ekspor terlebih dahulu sebelum memasuki pasar domestik. Selain hadir untuk membantu petani kecil meningkatkan dan melestarikan produk pangan lokal asli Indonesia, Javara juga memperkenalkan farmpreneurship ke berbagai kalangan untuk mengubah komoditas semakin memiliki nilai tambah.
Untuk saat ini, produk Javara sudah tersebar di Indonesia dan pasar global. Info lebih lanjut mengenai Javara bisa dicek melalui website : https://javara.co.id atau Instagram : https://www.instagram.com/javaraindonesia/
Â
 Abyatar dengan Biji Kopi Terbaik dari Indonesia
Bermula dari skripsi S1-nya yang mengangkat tema "Makan Kopi untuk Masyarakat Gayo", Abyatar akhirnya semakin berkecimpung di dunia kopi setelah menyelesaikan studi S2 di Belanda. Ia merupakan CEO sekaligus Founder dari Adena Coffee.Â
Bersama rekannya, Abyatar percaya bahwa kopi Indonesia merupakan permata tersembunyi yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Ada banyak kopi yang berkualitas baik dan layak untuk diteliti dan dikembangkan sehingga nantinya memiliki nilai yang lebih baik.
Mempelajari eco-tourism membuat Abyatar sadar bahwa kopi juga bisa menjadi bagian dari berkembangnya wisata di Indonesia. Produk kopi yang banyak dikembangkan oleh Adena Coffee berasal dari Kampung Kenawat Aceh yang terkenal juga dengan sebutan Kopi Gayo. Saat ini Adena telah menjadi supplier banyak kedai kopi di Indonesia dan masih mengembangkan perkebunan kopi di daerah lainnya. Info lebih lanjut mengenai Adena Coffee bisa dicek melalui Instagram : https://www.instagram.com/adenacoffee/
Abyatar juga kini aktif dalam Klasik Beans Cooperative, salah satu koperasi kopi yang memiliki harga jual tertinggi di Indonesia. Klasik Beans didirikan oleh sejumlah penggiat kopi dan menjunjung tinggi nilai konservasi dalam kegiatan yang dilakukannya. Oleh karena itu, Klasik Beans yang bermarkas di Garut. juga menjadi tempat belajar yang cocok bagi petani kopi, pengolah, dan pemasar kopi.
Ferdinandus yang datang Sekolah Seniman Pangan Flores
Javara Academy atau Sekolah Seniman Pangan merupakan inisiatif dari Javara Indonesia yang bertujuan mentransformasi petani menjadi pengusaha pangan premium dengan pendekatan creative farm/food-preneurship. Salah satu 'jebolan' dari sekolah ini adalah Ferdinandus yang kini mengembangkan Sekolah Seniman Pangan Flores.
Setelah lulus dari S2 di Amerika Serikat, Ferdinandus termotivasi untuk kembali ke desa karena menyadari bahwa masih kurangnya edukasi budaya dan pangan. Padahal, 90 % ritual adat sebagai simbolik masyarakat lokal menggunakan aneka jenis pangan. Pangan merupakan identitas budaya dari sebuah masyarakat. Jika ada jenis pangan yang hilang, bisa jadi budaya masyarakat pun perlahan memudar.
Ferdinandus bergabung di Sekolah Seniman Pangan untuk belajar 6 hari untuk belajar menciptakan aneka produk. Bercocok tanam merupakan sebuah seni yang bila dilakukan dengan menggunakan hati, bisa bernilai tinggi.
https://www.instagram.com/p/BjKOtJejd6X/
Layaknya sebuah seni yang memiliki asal usul (tracebility), pangan pun memiliki karakter seperti itu. Di Sekolah Seniman Pangan, akan dilatih mulai dari product development hingga terciptanya produk yang baru. Selain itu akan diajarkan pula mengenai personal branding sehingga petani bisa lebih menjual produknya. Tak lupa, Sekolah Seniman Pangan juga melatih lidah orang-orang untuk belajar, seperti sensory class untuk lebih paham selera pasar.
Kini, Ferdinandus bersama teman-temannya tidak hanya membudidayakan kopi saja, tapi juga mengembangkan ecotourism salah satunya di daerah yang bernama Detosuko.
Dukungan Pemerintah untuk Kegiatan Bercocok Tanam
Ibu Diah Meidiantie selaku Kabid Pertanian Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan adanya dukungan pemerintah (dalam hal ini Prov. DKI Jakarta) akan kegiatan bercocok tanam. Pada tahun 2018 lalu, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta membentuk komunitas pertanian kota atau urban farming. Hal ini sejalan dengan Instruksi Gubernur Nomor 14 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Pertanian Perkotaan serta Desain Besar Pertanian Perkotaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2018-2019.
Ibu Diah juga mengungkapkan adanya dukungan bagi masyarakat yang ingin bercocok tanam, salah satunya dengan pemberian bibit bagi warga DKI Jakarta maupun komunitas.
Semangat BRI Membantu Usaha Mikro di Bidang Pertanian
Diwakili oleh Bapak Priyastomo selaku Direktur Mikro dan Kecil, Bank BRI mengungkapkan bahwa BRI dan BUMN yang juga bekerja sama dengan BUMDes memiliki tiga formula dalam bidang pertanian yaitu membangun pertanian, membantu dalam hal pembiayaan dan melakukan pendampingan.
Kerjasama Bumdes dengan BUMN (seperti Bulog) berkontribusi terhadap pengembangan agrikultur. Beras-beras yang bagus akan diserap oleh Bulog, sementara sebelumnya petani harus berhubungan dengan tengkulak sebelum menjual. BRI pun telah banyak membiayai bisnis pertanian dari tahap pemula sebelum punya usaha.
Sesi II : Green Lifestyle in A Green City
 Hadir sebagai pembicara pada sesi ini adalah Ibu Handayani (Direktur Konsumer Bank BRI), Eva Celia (Millenial Figure), Irfan Hakim (Public Figure), dan Sigit Kusuma Wijaya (Indonesia Berkebun).
Tren Hidup Sehat di Masa Kini
Ibu Handayani mengungkapkan tentang kesadaran bahwa kini masyarakat semakin sadar terhadap hidup sehat. Anak muda sekarang semakin picky dalam memilih menu makanan guna menunjang gaya hidup sehat mereka. Tren baik ini bisa ditularkan dan menciptakan gaya hidup lainnya yang menunjang, seperti adanya urban farming.
Melakoni Gaya Hidup Sehat ala Eva Celia
Sudah sejak lama Eva Celia melakoni gaya hidup sehat mulai dari rutin berolahraga, menjaga pola makan, hingga mengurangi konsumsi plastik dalam kehidupan (seperti menggunakan straw reusable, tote bag saat berbelanja, dll). Sejak memutuskan menjadi vegetarian, Eva pun mulai mencoba bercocok tanam sendiri karena menurutnya sangat mudah menjadi vegetarian.Â
Urban farming pun mulai dilakukan oleh Eva Celia. Dengan bantuan dari komunitas Jakarta Berkebun, Eva kini bisa mengonsumsi makanan untuk dirinya sendiri yang berasal dari kebun di rumahnya. Gaya hidup sehat juga membawa dampak ekonomis dan cenderung tidak konsumtif.
Â
Irfan Hakim dan Rumah Joglo untuk Keluarga
Irfan Hakim adalah seorang presenter yang terkenal dan memiliki kediaman unik yaitu Rumah Joglo. Selain desain yang unik, Rumah Joglo juga memiliki taman yang luas, asri, dan hijau. Â Irfan mulai menggeluti urban farming karena didasari keinginan untuk mengajarkan anak-anaknya menghargai makanan.
Jika kita menghasilkan tanaman sendiri, biasanya kita akan lebih menghargai prosesnya. Sering kali Irfan mengajak anak-anaknya untuk menyemai dan menanam benih dan memanen yang diakuinya sebagai proses yang paling menyenangkan selama bercocok tanam. Anak-anak pun lebih lahap dan menghargai makanan karena mengalami proses penanaman sekaligus pengolahannya secara langsung.
Memasyarakatkan Urban Farming Bersama Indonesia Berkebun
 Sigit Kusumawijaya, seorang arsitek yang juga penggiat urban farming dan salah satu inisator komunitas Indonesia Berkebun menjelaskan bahwa Indonesia Berkebun adalah sebuah gerakan dan kegiatan sosial komunitas yang memanfaatkan lahan non-produktif di perkotaan dengan cara menanaminya dengan tanaman yang bermanfaat dan menjadikannya sebagai kebun yang produktif.
Pada saat ini, semangat untuk lebih peduli dengan alam dan lingkungan dari Indoesia Berkebun telah menyebar ke berbagai kota-kota lain di Indonesia, tidak hanya Jakarta. Kini, semakin banyak orang yang memiliki kepedulian untuk membangun kota yang lebih sehat, lebih hijau, dan lebih membawa manfaat.
https://www.youtube.com/watch?v=uDaYIxMTrz8
Setiap orang, dapat mencoba untuk memiliki kebun pangan mandiri yang pada akhirnya hal tersebut akan mendukung kemandirian pangan masing-masing. Info seputar Indonesia Berkebun bisa diketahui melalui http://indonesiaberkebun.org/
Sesi III : Opportunities in Agribusiness
Hadir sebagai pembicara pada sesi ini adalah Bapak Indra Utoyo (Direktur Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank BRI), Bapak Achmad Tossin Sutawikara (Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia), Dasep Badrusalam (Pengelola Eptilu), dan Albert Arron Pramono (CEO Arumdalu Lab)
Dukungan Teknologi terhadap Agribisnis
 Bapak Indra Utoyo selaku Direktur Teknologi Informasi menyadari bahwa seiring dengan berkembangnya teknologi, teknologi juga memiliki peran terhadap agribisnis. Tidak hanya terkait urusan pemasaran belaka dengan indicator tumbuhnya start up yang mendukung transaksi jual beli hasil pertanian, ada juga teknologi yang berkembang untuk mendukung dalam proses  bercocok tanam seperti pemantauan proses melalui drone. Dengan demikian, agribisnis pun bisa semakin berkembang.
Peran Industri Pupuk dalam Agribisnis
Jika ditanya apakah industry pupuk memiliki peranan dalam agribisnis, tentu jawabannya adalah iya. Industri pupuk memberikan dukungan kepada petani sesuai visinya untuk menjadi perusahaan agrokimia dan petrokimia kelas dunia yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan serta berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional dan kebutuhan dunia.Â
Melalui aneka produk-produk pupuk dan produk lainnya, PT Pupuk Indonesia grup berusaha mendukung petani agar dapat menghasilkan pangan yang berkualitas, khususnya padi yang nantinya diolah menjadi beras atau nasi, bahan pangan pokok yang digemari oleh masyarakat Indonesia.
Bapak Tossin juga menyebutkan, walaupun pupuk merupakan industri kimia, pengelolaan proses yang dilakukan di seluruh anak perusahaan pupuk selalu terjaga dan tetap bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang asri. Bahkan, pabrik-pabrik pupuk yang ada dalam grup Pupuk Indonesia banyak yang mendapatkan proper hijau bahkan emas sebagai bukti pengelolaan lingkungan yang baik dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutahan (KLHK)
Â
Eptilu, Agrowisata Jeruk Garut yang Menyegarkan
 Eptilu dalam Bahasa Indonesia berarti tiga huruf ep (F), yaitu Fresh from Farm, merupakan tempat wisata kebun jeruk di Kabupaten Garut. Dasep Badrussalam selaku pengelola ecotourism ini mengungkapkan bahwa Jeruk Garut kini keberadaanya semakin langka sehingga iya mencoba membudidayakan kembali.
Pengunjung kebun jeruk ini dapat berkeliling kebun, memetik jeruk, atau sekedar bersantai di kawasan kebun Eptilu. Mengusung konsep agrowisata, kebun Jeruk Garut ini tidak sekedar untuk hiburan semata. Edukasi juga diberikan kepada pengunjung untuk mengenali karakter Jeruk Garut (yaitu rasa manis yang lebih dominan), ilmu menanam jeruk yang benar, termasuk menentukan jeruk sudah matang atau belum.
Bermain dengan Teknologi di Arumdalu Lab
Ketika mendengar kata Arumdalu, yang ada di benak saya adalah sebuah resort di Belitung yang pernah muncul di timeline Instagram seorang travel blogger.
Benar saja, Albert Aaron Pramono selaku CEO Arumdalu Lab mengungkapkan bahwa di Arumdalu memiliki eco luxury resort di salah satu daerah Belitung. Di sekitar tempat itu pula, Arumdalu berhasil mengembangkan untuk menumbuhkan strawberry di tepi pantai. Yang mana, biasanya strawberry bisa tumbuh di dataran tinggi yang dingin.
Info mengenai Arumdalu Lab bisa dicek melalui : https://www.instagram.com/arumdalulab/
Acara Green Festival juga dihadiri oleh Bapak Presiden Ir. H Joko Widodo (Jokowi), Menteri BUMN Ibu Rini M. Soemarmo, dan Sekretaris Kabinet Bapak Pramono Anung. Pada kesempatan ini, Bapak Jokowi mengajak para millennial untuk mengungkapkan ide dan inovasi yang dilakukan. Selain itu iringan suara merdu dari Brillian Voice juga menambah semarak. Acara ditutup dengan penampilan menyegarkan dari Marion Jola yang membawakan beberapa lagu.
Berkembangnya ide dan inovasi di bidang pertanian bisa jadi semakin membuat ide-ide liar di kepala para millennial yang hadir untuk berinovasi baik melalui BUMN tempatnya bekerja atau melalui jalur lain. Pendekatannya pun bisa secara langsung guna mendukung proses bisnis atau sesuai dengan value atau strategi dari setiap perusahaan BUMN atau pendekatan sebagai dukungan di bidang CSR yang nantinya juga memberikan nilai tambah pada perusahaan.
Misalnya saja BUMN pupuk, bisa saja bekerja sama dengan para start-up untuk mendukung pertanian melalui dukungan pupuk kepada petani, atau malah menghasilkan produk sesuai pasar baru yang bisa jadi tercipta karena adanya tren gaya hidup yang berubah (misalnya pupuk hayati atau organik), kemasan yang lebih ramah lingkungan, dll.
Pada akhirnya, adanya event seperti ini tentu bisa menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang telah berprestasi, bahu membahu membangun bangsa, dan selalu ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik di Indonesia, khususnya bidang pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H