*Spoiler Alert, kayaknya sih*Â
Keluarga Cemara lekat dengan Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Tapi, trailer film Keluarga Cemara yang sudah beredar sejak tahun lalu tak menampilkan Agil, anak yang paling kecil yang dimiliki oleh Abah dan Emak. Sesuatu yang membuat saya bertanya-tanya dan merasa harus menonton film ini ketika tayang.Â
Beruntung, Kompasianer Palembang mengadakan nonton bareng sekaligus kumpul perdana tahunan di awal tahun, agenda resmi tak tertulis dalam perjanjian apapun namun selalu ditunggu. Apalagi biasanya agenda awal tahun ini spesial, tak lain dan tak bukan karena Dokter Posma menraktir geng Kompal. Terima kasih dulu untuk Pak Dokter Posma.Â
 Esoknya (atau mungkin beberapa hari kemudian), Euis ulang tahun dan ada rencana perayaan di rumah. Abah berjanji akan datang tepat waktu, sesuai jadwal yang disusun Emak, seorang ibu dan istri yang memang 'dituntut' untuk jago manajemen uang, waktu, dan lainnya dalam keluarga. Sayang beribu sayang, di tempat kerja Abah terlihat ada masalah. Puluhan orang menuntut Abah bertanggung jawab karena belum mendapat upah.Â
Sementara itu, pesta ulang tahun Euis mendapat gangguan. Rombongan preman besar bersama Kang Fajar (Ariyo Wahab) yang babak belur mendatangi rumah Abah dan Emak dan mengatakan bahwa rumahnya disita. Keluarga ini harus segera pergi dari rumah. Kang Fajar (yang dirasa-rasa adalah kakak Emak) ternyata mengalami satu masalah dalam bisnis pembangunan perumahan. Kurang ajar memang Kang Fajar, membuat sengsara keluarga orang. Diem aja lagi ga ngomong apa-apa.Â
Keluarga Abah pun harus pergi dan memilih tinggal sementara di bangunan kantor kontraktor perumahan. Secercah harapan muncul saat konsultasi dengan pengacara, mungkin mereka bisa balik kaya kembali. Sembari menunggu kabar urusan hukum, Abah mengajak keluarga ke rumah Aki di daerah Cisarua, Bogor.
 Entah bagaimana nasib proyek pembangunan kantor Abah, tapi Abah sepertinya masih punya sisa uang dan bisa memberi pesangon pada pekerjanya yang sebelumnya menuntut.
 Aki yang baik hati di masa lalu membawa berkah untuk Abah. Banyak warga yang menolong memperbaiki rumah Aki. Euis yang terlihat sok cool dan mengumpulkan kesalnya kepada Abah dalam diam, masih tampak tak senang dengan kondisi barunya. Hal berbeda terlihat pada Ara, ia tetap ceria saja main di kampung yang jelas halaman rumahnya luas.Â
Namun, kabar buruk harus dihadapi walau awalnya ditutupi. Keluarga ini bangkrut. Anak-anak harus sekolah di kampung. Abah harus mencari pekerjaan. Emak harus mencari tambahan uang untuk keluarga.
 Abah akhirnya mencari pekerjaan serabutan. Memulai dari tukang bangunan, Abah bekerja terlalu keras karena merasa bertanggung jawab mencari nafkah. Bekerja terlalu keras tentu tak selalu baik. Nyatanya, Abah terjatuh dan malah mengalami patah tulang. Untung tak dapat diraih, daftar sial bertambah panjang.Â