Mohon tunggu...
Faridilla Ainun
Faridilla Ainun Mohon Tunggu... Human Resources - Ibu-ibu kerja

Ibu yang suka ngaku Human Resources Generalist dan masih belajar menulis. https://fainun.com/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Anak Naik Trans Musi, Bayar Tidak?

7 Agustus 2018   09:45 Diperbarui: 7 Agustus 2018   09:49 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu kemarin, saya mencoba mengenalkan anak pada transportasi umum. Transportasi umum yang saya pilih adalah Trans Musi Palembang. Ketika orang masih berjubel merasakan Light Rail Transit (LRT) Palembang yang baru dibangun, saya memilih melipir ke Trans Musi yang cenderung lebih sepi.

Trans Musi adalah sistem transportasi berjenis Bus Rapid Transit (BRT) yang mulai beroperasi pada Januari 2010. Trans Musi dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya.

Halte Trans Musi yang saya naiki boleh dibilang kondisinya masih mending, tempat duduknya masih ada walau sekilas saja bisa dibilang tidak terawat. Ya, masih ada halte yang kondisinya lebih buruk dari ini. Papan yang menunjukkan map Trans Musi bahkan penuh coretan.

Sayang, kemarin saya dapat bus lama, yang belum di-branding seperti 'Dukung Asian Games 2018'. Kondisi bantalan busa di bus sudah banyak yang menghilang.

Saya mencoba melihat jadwal dan rute menggunakan aplikasi Moovit. Bagusnya, keberangkatan bus sesuai dengan jadwal yang telah saya lihat sebelumnya.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Karcis Trans Musi adalah Rp 5.000,- dan sepertinya ada 2 sobekan kecil yang berarti kita bisa menggunakan karcis yang sama untuk transit 2 kali. Untuk koridor yang saya lewati memang tampaknya masih menggunakan karcis kertas.

Mengingat anak saya meminta duduk sendiri, saya pun membayar untuk 2 karcis walau petugas sempat bertanya, "Anaknya ga dipangku saja?". Saat itu, situasi penumpang memang tak banyak sih. Hanya 5 orang yang mengisi tempat duduk yang berjumlah sekitar 20.

Di sebuah halte, ada keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 anak, memasuki bus. Posisi duduk mereka tak jauh dari saya. Ibu memangku 1 anak, ayahnya juga memangku 1 anak, lalu anak yang paling besar duduk sendiri. Saat petugas mendekati, sang ayah memberi uang Rp 50.000,- sambil berkata, "duo" alias dua saja yang membayar. Petugas tampak ragu, sampai akhirnya berkata pada sang ibu, "tigo ya, lah ketat nian sekarang". Petugas meminta untuk dibayarkan 3 karcis karena sekarang semakin ketat peraturannya. Tampak ada rasa 'ketidakenakan' dari gestur tubuh yang ditampilkan petugas saat menagih.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Saya jadi bertanya-tanya, bagaimana peraturan yang sebenarnya untuk anak kecil? Jika anak kecil ingin naik Trans Musi, usia berapa yang sudah harus membayar? Bagaimana tarifnya? Kalau melihat peraturan SBS Transit Singapore, sepertinya ya saya salah juga karena anak belum 0.9m belum diwajibkan membayar.

Mungkin  pengelola Trans Musi bisa lebih menginformasikan ketentuan yang berlaku, jika perlu informasi berupa sticker bisa dipasang di halte atau bagian dalam bus Trans Musi. Kalau ada peraturan yang jelas, mungkin petugas bisa lebih nyaman dalam berinteraksi dengan penumpang saat menagih karcis.

dok. kompasianer palembang
dok. kompasianer palembang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun