Mohon tunggu...
Ainul Yaqin
Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Mahasiswa - pemula

keep the spirit and don't give up

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengaruh Ketidak harmonisan Orangtua terhadap Kesehatan Mental Anak

18 November 2022   21:45 Diperbarui: 19 November 2022   12:03 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu atap yang diisi oleh dua kepala berbeda dengan pemikiran maupun sikap yang tentu berbeda pada setiap orang, sehingga membuat tantangan kepada pasangan untuk menemukan bagaimana cara menyatukan perbedaan tersebut menjadi suatu kecocokan yang menghasilkan keharmonisan di dalam rumah, serta menjadi panutan atau contoh kepada sang anak. 

Walaupun tak jarang terjadinya pertengkaran karena berbagai penyebab, inilah salah satu tantangan yang harus dihadapi, selain mempertahankan pasangan juga terdapat anak ditengah-tengah yang jika pasangan tersebut salah bertindak dampaknya kepada anak.

Sebagai orang tua sudah seharusnya saling menjaga sikap ketika didepan anak, baik sang anak sudah remaja maupun masih balita, banyaknya kesalahan yang terjadi para orang tua berbicara dengan nada lantang saling meneriaki satu sama lain tanpa memikirkan bagaimana anak ini jika mendengar keributan tersebut. 

Dan sering kali para orang tua membandingkan rasa lelahnya dengan sang anak, mereka tidak tau bahwasanya setiap orang memiliki takaran lelah, kemampuan dan masalah yang berbeda, orang dewasa dengan anak remaja tentu masalah dan tanggungannya lebih besar ketimbang anak remaja, namun bagaimana sang orang tua dapat memberi pemahaman yang baik agar sang anak bisa mengerti akan keadaan orang tuanya. Itulah penyebabnya kebanyakan anak lebih terbuka kepada teman sebayanya ketimbang kedua orang tuanya.

Orang tua tidak tau apa yang terjadi di sekolah, bagaimana pusingnya mempelajari banyak pengetahuan, belum lagi menumpuknya tugas dan lain sebagainya, ketika pulang kerumah dimana sang anak membayangkan ia bisa melepaskan seluruh penatnya dirumah, bertemu dengan orang tua, beristirahat, namun yang terjadi justru pertengkaran atau sikap dari sang orang tua yang saling kesal namun melampiaskannya kepada anak, dan terjadi berulang kali.

Bukankah letih tersebut akan bertambah? Bukankah terjadi penyesalan untuk pulang kerumah? Dan bukankah anak akan merasa pulang kerumah merupakan hal yang paling mengerikan sehingga membuatnya selalu ingin merasa diluar rumah. Sayangnya kebanyakan orang tua tak memikirkan hal tersebut.

Semakin lama keadaan tersebut berlangsung walaupun tidak dilakukan dengan runtut tapi pasti ada rasa lelah tersendiri, lelah mendengar keributan, dan rasa takut sehingga menimbulkan serangan panik kepada sang anak, belum lagi lelah harus terus menerus memakai topeng keceriaan diluar rumah hanya karna tak mampu bercerita hal tersebut atau karna menganggapnya sebagai masalah pribadi.

Semakin bertumpuk beban yang dirasakan namun tidak ada tempat untuk menyalurkannya. Tak sedikit anak melakukan self-injuring dimana sebenarnya ia hanya ingin melampiaskan amarahnya, amarah akan keadaan yang selalu membuatnya merasa takut, amarah akan keadaan yang lelah ia hadapi.

Batas mental seseorang berbeda-beda, ada yang memang mentalnya kuat dengan tidak menghiraukan ketidaknyamanan saat didalam rumah, ada yang mentalnya tidak sanggup untuk menghadapi keributan orang tuanya apalagi jika keributan tersebut sangat besar dimana tidak hanya suara teriakan melainkan suara benda benda terbanting.

Dimana situasi ini tampaknya lebih menyakitkan ketimbang harus menerima perpisahan kedua orang tua, umumnya anak brokenhome kekurangan kasih sayang, namun setidaknya mata dan telinganya cukup bersih dari hal-hal yang menyangkut pertengkaran, walaupun memang keduanya sama-sama masa kelam yang sejujurnya tidak diinginkan siapapun.

Kita anak remaja diera milenial dan kecanggihan teknologi dimana pengetahuan dapat diakses dimanapun, lebih banyak belajar tentang parenting yang baik agar dapat menjadi orang tua yang bijak. Apapun masalahmu tetap semangat untuk menjalani hidup, dan jangan saling membandingkan masalah satu sama lain, setiap orang mempunyai perasaan yang berbeda, masalah biasa yang kamu anggap belum tentu biasa pula bagi orang lain. Dan jangan lupa untuk bersyukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun