Tentang Serial TV
Saya bukan spesialis kritikus perfileman, namun menurut saya, sinematography serial King Sulaeman atau Muhtezem Yuzyil atau Magnificient Century cukup berkelas.
Penggambaran situasi tempat di dalam maupun di luar istana kerajaan begitu terasa hidup dan nyata. Disain kostumnya pun luar biasa anggun, meski dalam beberapa model terlihat terlalu furgar.
Film serial ini jelas tidak mengisahkan secara khusus praktek invasi dan kolonialisme yang diterapkan oleh raja Sulaeman terhadap kerajaan-kerajaan di Asia, Afrika Utara, Balkan maupun Eropa Timur. Serial tv ini punya kelebihan tersendiri justru karena berkisah lebih dalam tentang kehidupan di dalam kerajaan yang penuh gejolak, intrik, ambisi, cinta, cemburu, dan nafsu.
Sungguh, ini film yang patut ditonton di tengah serangan sinetron remaja yang tidak bermutu seperti JJA Jelek-Jelek Anjing, atau Tujuh Manusia Kambing, dll.
Terlepas film itu tidak sesuai dengan informasi atau sejarah yang kita terima, kita tidak berhak untuk mengklaim bahwa film itu salah dan keliru. Bukankah sejarah tidak sepenuhnya melulu tentang fakta tapi juga opini. Bisa jadi dalam sejarah itu sesuatu yang terjadi atau kenyataan yang ada lebih buruk dari yang ditulis atau sebaliknya.
Dalam Sejarah
Terkait raja Sulaeman, menurut hemat saya, raja Sulaiman itu juga manusia, ia bahkan melanggar tradisi dengan menjadikan seorang harem, budak perempuan yang cantik jelita, menjadi istrinya yang ke dua. Sungguh, dalam budaya era itu, memperistri budak bukan sebuah langkah mulia.
Sulaeman mempunyai 4 orang anak. Hanya 1 anak yang lahir dari istri pertamanya, ia bernama Mustafa. Karena lahir dari seorang permaisuri, maka Mustafa menyandang gelar putra mahkota.
Sayang sekali, Mustafa yang dikisahkan lebih cerdas dan pintar dari Sulaeman itu dibunuh oleh ayahnya sendiri karena dicurigai akan mengambil alih kekuasaan sang ayah.
Konon, yang menyebabkan sang ayah tega menghabisi nyawa putranya adalah sang Ibu tiri yang takut kalau ketiga anaknya akan tersingkir ketika Mustafa menjadi raja.
Dalam perkembangannya, ke dua adik adik tirinnya akhirnya bertempur dalam perang saudara memperebutkan kekuasaan ketika Sulaeman meninggal. Satu saudara tiri Mustafa meninggal karena sakit akibat kesedihan yang mendalam karena Mustafa meninggal dunia.
Sulaeman adalah raja ke sepuluh dalam dinasti Utsmaniah Turki. Sejak awal berdiri, meskipun sering disebut kekhalifahan Utsmaniah, sistem pemerintahannya adalah Monarki Absholut.
Sisi positif dari raja Sulaeman adalah ia tegas dan tidak pandang bulu dalam menegakkan hukum. Ia pernah memenggal jenderal angkatan lautnya akibat berbuat semena-mena kepada para tahanan perang dari Mesir.
Ia juga melanjutkan dan membuat aturan di Masjidil Haram dan Nabawi diperbolehkan ada 4 imam sholat sesuai dengan 4 madzhab yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H