Adapun kegiatan sosialisasi dimulai dengan pengenalan pupuk organik, yang kemudian dilanjut dengan pemaparan cara pembuatan pupuk organik yang berbahan dasar kotoran sapi. Alat dan bahan yang diperlukan saat sosialisasi pembuatan pupuk kandang dari kotoran sapi yaitu kotoran sapi kering, EM4, molase (tetes tebu), terpal, dan semprotan air.
Teknis sosialisasi sendiri yang pertama yakni mempersiapkan kotoran sapi kering sebanyak 30 kg dan ditaruh di atas terpal. Kedua, penyemprotan EM4 dan molase (tetes tebu) dengan dosis masing-masing 1:2 dan dicampur air sebanyak 3 liter. Terakhir, ditutup dengan terpal agar fermentasi berjalan dengan baik.
Proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih 2 minggu, dan selama 2 minggu tersebut dilakukan pengecekan secara berkala dengan tujuan untuk melihat kematangan dari pupuk yang telah diolah sebelumnya. Kegiatan sosialisasi ini ditutup dengan pembagian pupuk organik yang sudah jadi dan pembagian bibit jagung. Adapula doorprize berupa nomer undian pembagian EM4 dan molase gratis bagi audiensi yang beruntung.
Nur Laili sebagai salah satu anggota kelompok pengabdian masyarakat 55 Universitas Trunojoyo Madura sekaligus penanggung jawab kegiatan sosialisasi pupuk tersebut berharap dengan adanya sosialisasi ini masyarakat Desa Bajur khususnya para kelompok tani untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengolahan pupuk organik sebagai alternatif yang ramah lingkungan.
“Kedepannya agar kelompok petani di Desa Bajur dapat lebih mandiri dalam memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik dalam menunjang kegiatan pertanian” terang Laili.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H