Oleh : Nur Aini
(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)
Pandemi Covid-19 belum kunjung usai, sejak awal tahun 2020 hingga saat ini kasus positif selalu bertambah. Seiring berjalannya waktu, virus ini bermutasi sehingga muncul beragam varian baru, salah satunya varian Delta yang pertama kali ditemukan di India. Berbagai pihak khawatir karena varian Delta dapat menular lebih cepat dan sudah menyebar di Indonesia. Gejala umum yang ditimbulkan yaitu demam ,batuk, dan sesak napas.Â
Gejala lain mungkin termasuk nyeri otot, diare, sakit tenggorokan, kehilangan penciuman, dan sakit perut. Sementara sebagian besar kasus mengakibatkan gejala ringan, beberapa berkembang menjadi pneumonia virus dan kegagalan multi-organ. Manusia merupakan makhluk sosial, dimana selalu terdapat interaksi di dalamnya, sehingga penyebaran virus Covid-19 ini semakin cepat. Mengingat saat ini Indonesia tengah mengalami pelonjakan kasus positif Covid-19, maka diharapkan masyarakat untuk tetap mematuhi protocol kesehatan.
Pandemi Covid-19 ini berdampak dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Hingga saat ini, masyarakat masih dibatasi dalam berbagai aktivitasnya, seperti bekerja, beribadah, dan belajar. Apalagi saat ini terjadi pelonjakan kasus yang sangat signifikan, sehingga pemerintah harus menerapkan PPKM mikro dan PPKM darurat di wilayah Jawa dan Bali untuk menekan laju pernularan Covid-19. Pandemi covid-19 juga berdampak pada sektor pendidikan. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka, harus berbuah menjadi system daring atau pembelajaran online.Â
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim menjelaskan prinsip pembelajaran di masa pandemi ini adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga pendidik dan mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam pandemi Covid-19. Meskipun begitu, pembelajaran tatap muka tetap diperbolehkan terlaksana di zona kuning dan hijau dengan mempertimbangkan kebutuhan pembelajaran dan menerapkan protocol kesehatan yang sangat ketat.
Pendidikan memainkan peran untuk mencerdaskan masyarakat. Pendidikan merupakan kunci penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam membangun kehidupan. Pendidikan melalui kurikulum dalam perspektif struktural fungsional memiliki fungsi untuk menjaga tertib sosial.Â
Perspektif structural fungsional mengarah kepada kajian pendidikan berupa nilai-nilai dan budaya, sosialisasi, stratifikasi, perubahan dan pola pola relasi yang tertuang dalam kurikulum formal (Zainuddin Maliki, 2010:44). Emile Durkheim dikenal sebagai perintis sosiologi pendidikan, karya Durkheim yang membahas tentang pendidikan adalah Education and Sociology dan Moral Education. Dijelaskan bahwa pendidikan mengatur keseimbangan sosial dan keteraturan sosial dengan dibantu oleh kurikulum.Â
Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam mengantisipasi perubahan sosial yang dampaknya mengganggu kehidupan bermasyarakat. Perubahan yang tejadi pada masa pandemi covid-19, dimana masih banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap kesehatan dirinya dan orang-orang terdeketanya. Meskipun sudah diwajibkan untuk menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak tetapi karena kurangnya edukasi, literasi, dan kesadaran masyarakat mengenai bahaya Covid-19 mengakibatkan masyarakat tidak mematuhi protocol kesehatan. Rendahnya edukasi mengakibatkan ketidaksiapan masyarakat untuk menghadapi perubahan yang terjadi di masa pandemi ini. Oleh karena itu, pendidikan bertugas untuk memelihara konsensus agar terciptanya harmoni di masyarakat. Dengan pendidikan, dapat menciptakan generasi yang berkualitas dan sadar akan kesehatan dirinya dan masyarakat serta dapat menjadi agent of change di lingkungannya.
Keberhasilan pendidikan untuk membentuk nilai, norma, dan kepribadian murid di sekolah tidak lepas dari peran hidden curriculum. Hidden curriculum adalah kurikulum tidak tertulis atau sesuatu yang diajarkan tetapi tidak ada di dalam kurikulum formalnya dan hadir untuk mendukung keberhasilan kurikulum formal. Penjelasan Durkheim mengenai hidden curriculum dapat dilihat melalui dua buka klasiknya yaitu Education and Sociology dan Moral Education.Â
Durkheim melihat ada sebuah system yang secara keseluruhan mengatur murid setiap harinya. Durkheim menemukan adanya materi yang disampaikan oleh guru tetapi tidak ada dalam kurikulum formal atau tidak tertulis (Rakhmat Hidayat, 2011:76). Durkheim, mengamati bahwa kurikulum tersembunyi lebih banyak diajarkan pada ruang lingkup sekolah yang tidak begitu dirasakan kehadirannya daripada yang ditentukan dalam buku teks (Aslan, 2019:95-96).