Bencana juga diartikan sebagai suatu gangguan fungsi sosial yang serius yang dapat menyebabkan meluasnya korban jiwa, materi atau lingkungan yang tidak mampu diatasi oleh orang yang mengalami musibah dengan sumber daya yang tersedia.Â
Dengan demikian bencana terjadi karena sumber daya atau kapasitas yang tersedia tidak mampu untuk mengatasi ancaraman (musibah) yang menyebabkan korban jiwa, materi dan lingkungan.Â
Beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab terjadi bencana adalah kondisi geografis, geolkool ogis, hidrologis dan demografis baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia.Â
Akibat bencana dapat menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dapat menghambat pembangunan nasional pada uu no 24 th 2007.
Dari pengertian bencana di atas dapat disimpulkan bahwa bencana adalah suatu peristiwa atau kejadian yang disebabkan oleh faktor alam maupun ulah manusia, yang tidak dapat ditanggulangi tanpa bantuan dari orang atau pihak lain.Â
Bencana membawa efek negatif yang luar biasa pada seluruh elemen kehidupan manusia. Adanya peningkatan berbagai masalah problem kesehatan fisik dan psikologis penyitas bencana jangka panjang. Itu bisa berupa penurunan kemampuan individu dalam melakukan penyesuaainaan diri karena berkaitan dengan perubahan kehidupan personal, interpersonal, sosial dan ekonomi pasca bencana.
Menurut Gregor (2005) sangat terasa pada sebagian orang akibat kehilangan keluarga dan sahabat, kehilangan harta dan benda, kehilangan akan makna kehidupan yang dimiliki, perpindahan tempat serta perasaan ketidakpastian karena kehilangan orientasi masa depan serta keamanan personal.Â
Orang dewasa maupun anak-anak dampak bencana bervariasi dari jangka pendek sampai jangka panjang. Dampak emosional jangka pendek yang masih dapat dilihat dengan jelas meliputi rasa takut dan cemas yang akut, rasa sedih dan bersalah yang kronis, serta munculnya perasaan hampa.Â
Namun tenang saja perasaan ini lama kelamaan akan hilang sendirinya seiring berjalannya waktu, jika dampak emosional yang panjang akan berlangsung lebih lama berupa trauma dan problem permasalahan pada kehidupan personal, interpersonal, sosial dan ekonomi pasca bencana.
Gejala-gejala gangguan emosi yang terjadi merupakan sumber distress dan dapat mempengaruhi kemampuan penyitas bencana untuk menata kehidupannya kembali. Apabila tidak segera direspon akan menyebabkan penyitas keluarga dan masyarakat tidak dapat berfungsi dengan baik (retnowati,2012).Â
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penyandang gangguan emosi jangka panjang belum bisa menerima akan menimbulkan gejala traumatis seakan akan flashback kemasa kelam yang dahulu.Â
Karena kembali lagi bahwa tujuan dibangunnya museum bukan untuk meningkatkan gangguan emosi personal atau pun timbulnya perilaku tidak pantas, resiko kecelakaan, menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri. Tujuan dibangunkan musium untuk melindungi warisan sejarah, mengembangkan dan tempat pembentukan ideologi disiplin, dan pengembangan pengetahuan dan edukasi bagi masyarakat.
Bencana alam yang terjadi di aceh, meliputi beberapa kota dan kabupaten daerah yang ada di provinsi aceh Tepat pada tanggal 26 Desember 2004. Menimbulkan banyak sekali kerugian yang sangat besar mulai dari harta benda hingga ribuan korban meninggal dunia. Felling disaster victim atau yang lebih dikenal dengan istilah merasa menjadi korban bencana alam tsunami.Â
Bermula dari gempa beberapa kali dan ombak setinggi kurang lebih 20 meter membuat beberapa kota provinsi itu lumpuh. Kekuatan gempa yang terjadi berada di samudra hindia pada kedalaman sekitar 10 km di dasar laut. Wilayah sumber gempa berjarak sekitar 149 km sebelah barat meulaboh, Nanggroe aceh darussalam.Â
Gempa yang berlangsung selama kurang lebih 10 menit ini mempunyaimegnitudo sekitar 9,0 setelah itu gelombang tsunami mulai memberikan dampaknya pada wilayah aceh dan sbeagaian di sumatera utara.Â
Kemudian menyebar ke pantai-pantai, jarak pantai sumatera terdekat dengan episenter gempa bumi yang di perkirakan 125 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami dapat mencapai 800 km. Kecepatan rambat gelombang mencapai 800 km per jam di samudra bebas.Â
Tercatat sekitar 170.000 orang meninggal dunia dan sepuluh ribu bangunan hancur. Bukan hanya di indonesia saja sejumlah negara yang ada di sekitar samudra hindia terkena dampak gempa dan tsunami.Â
Dahsyatnya getaran gempa tersebut bahkan sampai somalia, afrika timur yang berjarak 6.000 km dari samudra hindia, Akan tetapi kawasan yang paling terkena imbasnya adalah kawasan asia tenggara dan asia selatan.Â
Di thailand gelombang 10 meter menerjang 5 provinsi yang terletak di sepanjang pesisir pantai selatan yaitu songkha, phuket, krabi, phang nga dan surat thani. Kondisi di daerah pesisir pantai india dan sei langka sangat memprihatikan kondisinya karena sejumlah bangunan hancur dan terendam. Korban di sana yang belum sempat terangkat tampak berserakan dan dimana-mana korban meninggal di india sedikitnya 6.280 orang, thailand 2.000 orang, somalia 100 orang.Â
Malaysia 51 orang, myanyamar 56 orang dan maladewa 100 orang. Diperkirakan jumlah seluruh korban dari berbagai negara termasuk indonesia yang terkena dampak gempa dan tsunami tersebut mencapai 230.000 jiwa.
Masyarakat Aceh ketika mengalami Ketika bencana terjadi, anak-anak merupakan anggota masyarakat yang paling rentan (Balaban, 2006). Mereka mempunyai risiko lebih tinggi mengalami tekanan dan trauma dibandingkan orang dewasa (Ronan & Johnston, 2005).Â
Anak-anak rentan secara fisik, dan banyak korban bencana adalah anak-anak. Mereka lebih rentan terhadap kematian, cedera, dan pelecehan. Mereka juga rentan secara psikologis dan mungkin mengalami gangguan stres pasca trauma (PTSD) atau gejala terkait lainnya (Peek, 2008), misalnya depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan perilaku (Balaban, 2006).Â
Pada tangal 26 desember 2004, gempa bumi dan tsunami menewaskan hampir tiga ratus orang ribu di aceh indonesia dan juga negara negara yang keberadaannya di samping samudra hindia, hal ini juga menimbulkan kerusakan luas di wilayah pesisir pantai sumatera bagian utara dan barat.Â
Seluruh bangunan hancur roboh dan terseret gelombang tsunami , gelombang tsunami  sendiri memiliki tinggi sama dengan tinggi pohon kelapa. Bencana ini mengakibatkan bencana alam mengakibatkan banyak korban jiwa dan juga kerusakan krusial, infrastruktur dan membuat para penyitas bergulat dengan trauma emosional yang mendalam.Â
Dalam kasus ini setelah bencana alam, para korban akan menghadapi tantangan psikologis yang berat , Trauma yang berasal dari kehilangan orang yang dicintai, rumah dan benda lain bisa saja terjadi menimbulkan luka emosional dan psikologis yang berkepanjangan. Walaupun pemulihan fisik korban bencana Tsunami aceh terjadi seiring waktu, proses penyembuhan trauma biasanya memerlukan dukungan jangka panjang dan penerapan strategi yang tepat.
Trauma yang di timbulkan akibat bencana alam ini sangat terasa bukan hanya akibat dari tersebut skala kehilangan yang menjadi hal yang paling dasar.Â
Bencana alam sebesar ini bisa berlangsung lama dampak emosional dan psikologis terhadap para pentitas dan komunitas yang terkena dampak yang mengarah pada berbagai bentuk tekanan, termasuk gangguan stres pasca tsunami (PTSD) dan kesedihan.
Pemerintah indonesia sigap membenahi aceh lebih baik, belajar dari smong yang menjadi kearifan lokal untuk mitigasi bencana. Smong dalam bahasa aceh dapat diartikan sebagai hempasan gelombang air laut.Â
Secara historis, smong merupakan kearifan lokal dari rangkaian pengalaman masyarakat simeulue pada masa lalu terhadap bencama gempa dan tsunami, masyarakat adat setempat menceritakan cerita smong turun temurun dari generasi ke generasi melalui nafi-nafi atau budaya lokal masyarakat simeulue berupa adat tutur atau cerita yang berisikan nasihat atau petuah kehidupan, termasuk smong.Â
Para tetua dan tokoh adat menyampaikan nafi-nafi kepada kaum muda untuk menjadi pembelajaran. Bencana tsunami dahsyat yang menimpa aceh pada tahun 2004 lalu, boleh dikatakan sebagai  challenge tersendiri bagi masyarakat simeulue.Â
Tantangan terhadap kearifan lokal dan adat tutur yang di wariskan dapat berhasil dilalui. Gempa hebat dan luapan air laut menyapu ribuan rumah penduduk, namun masyarakat selamat. Hanya saja 7 orang yang meninggal dunia. Smong membuat seluruh dunia berdecak kagum. Semua orang mulai bertanya-tanya tentang smong.Â
Smong mulai didiskusikan diseminarkan dan di pelajari. Masyarakat dunia khususnya indonesia mulai mempelajari smong sebagai salah satu cara untuk mitigasi bencana tsunami. Kini media penyampaian smong pun mulai bertambah, kini smong juga di ceritakan melalui nanga-nanga dan kesenian nandong masyarakat simeulue.
Seseorang dapat dikatakan mempunyai resiliensi apabila ia mampu segera beralih kondisi pra trauma, bahkan resisten  terhadap berbagai trauma peristiwa kehidupan. Sebaiknya, mereka yang tidak memiliki ketahanan cenderung mudah putus asa dan stres, terutama dalam mengatasi suatu masalah. Hal ini disebabkan oleh mereka yang memiliki kemampuan gagal untuk  move on  dan kurangnya percaya diri untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.Â
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hamid (2007) mmengungkapkan bahwa agama memeng tidak bisa dipisahkan dari manusia dalam kehidupan. Â Di tengah ketidakpastian dan ketakutan pasca bencana, agama sering kali menjadi penyebab sumber dukungan dan kekuatan bagi para korban.Â
Agama memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakattinggal di wilayah Aceh yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Keyakinan dan praktik agama berperan sangat penting dalam membantu korban mengatasi trauma dan menemukan makna dalam penderitaan mereka.
Namun, meskipun agama mempunyai peran penting dalam pemulihan pasca bencana, masih terbatasnya pemahaman tentang bagaimana agama berperan dalam membantu bencanakorban mengatasi trauma. Bahkan, dampak pasca bencana mengakibatkan ribuan orang, termasuk anak-anak dan remaja menderita berbagai masalah fisik dan mental.Â
Sebuah studi oleh Huzzif dan Ronan menunjukkan bahwa dampak bencana alam seringkali lebih dari sekedar kisaran tingkat stres dan depresi. Penting untuk diketahui bahwa bencana alam juga merupakan jenis bencana yang besartrauma psikotik yang membuat orang-orang yang mengalami peristiwa mengerikan itu mungkin merasa dan bertindak seolah-olah sistem saraf mereka telah terlepas dari kehidupan mereka saat ini. Secara keseluruhan, Gejala utama PTSD terbagi dalam tiga kelompok, yaitu hyperarousal, intrusion dan penyempitan.Â
Hyperarousal mewakili ekspektasi ketakutan yang terus-menerus sejak saat itu sistem perlindungan diri nampaknya selalu dalam keadaan siaga permanen terhadap respon bahaya yang tiba-tiba.
Para penyintas trauma biasanya mengalami emosi yang intens meskipun dalam keadaan yang tidak baik ingatan yang tidak jelas tentang peristiwa tersebut. Korban PTSD kemudian akan membutuhkan waktu lebih lama untuk tidur, menjadi lebih responsif terhadap kebisingan dan mudah terbangun di malam hari.Â
Berbagai gejala dan respons yang mungkin dialami individu ketika menangani trauma. Dimulai dengan menjelaskan konsep intrusi yang melibatkan mengalami kembali peristiwa traumatis tersebut.Â
Gejala ini bermanifestasi dalam berbagai cara, sepertikilas balik, mimpi buruk, dan kenangan menyedihkan yang muncul kembali tanpa disengaja. Kapan sesuatu memicu pengingat akan peristiwa traumatis yang mungkin dirasakan orang tersebut diliputi emosi dan kesusahan.Â
Aspek berikutnya yang disebutkan adalah penyempitan,yang menggambarkan respons mati rasa yang mungkin dilakukan individu sebagai upaya mengatasi mekanisme. Respons yang mematikan ini dapat menyebabkan kurangnya respons terhadap hal tersebut lingkungan dan emosi mereka. Untuk menghindari teringat akan hal yang traumatis.Â
Kehadiran dukungan sosial pasca trauma sangatlah penting.Sistem pendukung yang kuat dapat membantu individu mengatasi trauma dengan lebih efektif dan membantu dalam proses pemulihan mereka.Â
Memiliki individu yang pengertian dan empati di sekitar dapat memberikan kenyamanan dan bantuan dalam menghadapi tantangan yang timbul akibat trauma Sebagai kesimpulan, paragraf ini menyoroti sifat kompleks dan beragam dari trauma trauma.Â
Intrusi dan penyempitan mewakili dua kategori gejala utama, namun keduanya dapat bermanifestasi secara berbeda pada individu. Tingkat keparahan trauma tergantung pada berbagai hal faktor, termasuk sifat peristiwa traumatis, keterlibatan pribadi, dan ketersediaan dukungan sosial.Â
Memahami aspek-aspek ini dapat membantu dalam menyediakan dukungan dan intervensi yang tepat bagi individu yang menghadapi trauma. Peran agama dalam mengatasi trauma dan kehilangan. Ini menyoroti bahwa agama memilikifaktor penting dalam membantu individu menghadapinya peristiwa traumatis.Â
Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan dan praktik keagamaan dapat memberikan dampak positif pada proses penyembuhan setelah kejadian seperti itu, seperti yang terjadi pada banyak orang-orang-orang beralih ke keyakinan mereka untuk mendapatkan kenyamanan dan dukungan selama masa krisis.Â
Agama Kontribusinya dalam mengatasi trauma terletak pada kemampuannya memberikan rasa kebersamaan dan dukungan. Ketika individu mengalami peristiwa traumatis, komunitas agamanya dapat berkumpul di sekitar mereka, menawarkan pengertian, empati, dan jaringan yang mendukung Dukungan komunal ini sangat membantu proses pemulihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H