Mohon tunggu...
Aini Said
Aini Said Mohon Tunggu... -

hidup adalah sekolah sesungguhnya\r\n\r\nainisaid.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan tentang Mak & Bapak (Jalan pulang menuju rumah) I

2 Juni 2012   09:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Umurku masih 28 tahun dan belum menikah pulak… aku belum bisa merasakan prasaan sebagai seorang ibu, tapi… aku mengerti, arti kecewa, arti sedih, arti bahagia sebagai orang tua. Ramadhan tahun lalu, ada sebuah iklan menggugah hati nuraniku sebagai anak, ketika sang ibu menghubungi anak prempuanya lewat telepon seluller, anak tersebut merejek panggilan sang ibu, sang anak sibuk proyek pembangunan. Sang ibu lalu menelpon putranya, tapi jawaban anaknya “nanti saja bu… saya sedang metting” sang ibu terdiam… ekspresi wajahnya kesepian dan kecewa. Mendekati lebaran, kedua anak pulang, ketika melihat tanda bendera kuning di pinggir gank rumah dua saudara itu menangis tersedu-sedu saling berpelukkan, tiba-tiba suara renta memanggil keduanya … putra dan putri ibu itu berhaburan sujud di kaki sang ibu… Alhamdulillah ternyata bukan ibu meninggal, tapi orang lain. Tuhan masih memberi kesempatan kepada kedua anak tersebut untuk pulang dan menyisihkan sedikit waktu untuk orang tua mereka.

Lalu… hari ini, ada sesuatu mendesak keluar di ujung mataku, tangis jatuh tertahan dalam dekapan bantal, entah itu wujud rasa bersalah? Atau? Ah entahlah… bagaimana jika aku tlah jauh nanti? Di daerah Sumatra saja kadang anak sulit menyisihkan waktu mengunjungi orang tua, bahkan satu kota saja enggan menjenguk karena alasan kelese “sibuk bekerja” apalagi nanti aku harus menyebrangi pulau… masihkah bisa melihat mak dan bapak sesering ini?

Bapak selalu memanggilku, tapi bukan namaku keluar dari bibir bapak… beberapa nama anak prempuanya bergilir disebut… wujud rindu pada anak, yah… benar kata pepatah “kasih orang tua sepanjang nafas, kasih anak hanya sepanjang tangga…”

“ah, sudah tua…jadi salah nama terus” cetus bapak…

“Dunia pasti berputar, ada saatnya semua harus berubah” itu kata ST12… kita harus menjalaninnya. Bapak dan mak tlah ikhlas menjalani semua hidup ini. Bonus hidup tak terhingga, mereka lakukan sekarang adalah menunggu di sebuah rumah dibangun dengan hasil keringat yang tlah senja, menunggu petang dan malam… tujuan kedua orang tuaku bersusah payah membangun rumah itu adalah wadah supaya keturunannya berkumpul di sana melebur rindu satu sama lain…

Supaya anak dan cucu mereka tau jalan pulang kerumah…

Itulah niat baik sang ibu…

Itulah wujud cinta kasih bapak…

Waktu mungkin tlah berubah banyak hal dalam dunia, tapi cinta mak dan bapak…tidak pernah berubah, mereka selalu menceritakan bagaimana masa kanak-kanak ke 8 kakaku tiada henti, kelucuan dan kebandelan mereka sewaktu kecil… dari cerita itulah aku memahami cinta sesungguhnya… walaupun anak-anaknya jauh dari pandangan tapi mereka terukir jelas di hati kedua orang tuaku…

Meski bapak, banyak diam kini… dia lebih asik di depan televisi… sambil minum teh hangat, sedangkan mak duduk di samping bapak menemani sang suami tercinta. Masa tua yang indah… tapi, mereka tidak bisa berbohong, meski ada aku dan kakaku… kerinduan besar tersimpan rapat di hati mak dan bapak…kadang mak melamun di samping jendela, pandangannya jauh…

Mereka… menunggu pintu di ketuk, lalu… mendapatkan anak mereka di daun pintu…

menunggu anak-anak mereka agar bisa dipeluk…

menunggu cerita anak-anak tentang dunia…

Menunggu anak-anak mereka untuk makan bersama dalam satu hidangan, sambil mengenang masa lalu…

Menunggu untuk tertawa bersama….

Menunggu untuk di cintai lagi, seperti ketika cinta anak-anak mereka pada saat belum terbagi dengan kesibukan kerja…. Ketika cinta anak-anak mereka saat masih ingusan, perasaan di butuhkan sang anak seperti mereka masih berseragam putih merah… seperti ketika anak-anak mereka duduk rapi di hidangan untuk berbagi makanan, dengan muka penuh cinta…

Kemudian waktu merubah segalanya…

Bertahun-tahun lalu rumah ramai oleh bunyi tangis, tawa dan pertengkaran anak… tapi, kini… sunyi senyap…hanya diramaikan oleh bunyi televisi dan di pecahkan oleh bunyi hujan deras.

Dan ketika…

Baiklah…terimakasih sudah membacanya, aku tidak sanggup lagi menulisnya, kurasa semua orang tua tidak akan berhenti mencintai anak-anaknya, apapun bentuk anak mereka, cinta orang tua itu rata pada semua anak, tapi kadang anak terlalu sempit berfikir dan tidak memahami cara orang tua mencintai kita….

T.T

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun