Akhirnya aku mendengar kabar Mbak Mayang, beberapa bulan lalu aku mempostingkan sebuah note tentang dirinya. Pagi ini, aku membuka Facebookku. Satu pesan di Inbox masuk, Satu nama tidak akan pernah bisa aku lupakan, kakak tingkat sekaligus guru bagiku
Assalamualaikum wr.wb
Apa kabar adindaku? lama tak bersua, banyak cerita yang mungkin tak tersampaikan. Aini tambah gemuk yo sekarang? senang lihat Aini bisa tersenyum bahagia...
Bahasanya masih seperti dulu, bahasa tulisan sangat kukenal. Menurut cerita sahabatnya mbak Mayang sukses menerbitkan buku-buku tebal Ilmiah kajian tentang Intelijin N***** bersama suaminya. Setelah tau tentang buku itu, aku mencari dimana-mana.... dia semakin matang dalam berfikir dan makin cerdas. Walaupun akhirnya gagal melanjutkan S2 di Malysia, nampaknya dia hampir mencapai semua mimpinya di negri sendiri....Dia sosok  mengagumkan bagiku, dia mengajarkan aku lebih banyak. Kedekatang kami mungkin karena sama-sama menyukai dunia Menulis dan banyak kesamaan kami tentang cara berfikir tentang Islam,
dia sangat menghargai buku, dulu ia meminjamkanku sebuah novel
"tolong jaga buku ini, Mbak gak mau lecet sedikitpun, kembalikan tepat waktu" aku tercengang, betapa pelitnya dia pikirku, tapi akhirnya aku memahami setelah ia menjelaskan
"banyak orang menganggap remeh buku. Buku adalah aset seumur hidup, tidak perduli dia buku bertema apa, barang siapa yang menghargai Ilmu berarti dia menghargai hidupnya. Jika ingin besar hargailah milikmu yang paling kecil sekalipun"
Tidak semua jilbaber memiliki pikiran sebrilian dirinya. Dalam pandanganku wanita-wanita jilbaber adalah wanita sangat manut aturan dari Agama, apapun ajaran yang tertera disana, tanpa dikaji dan di telaah terlebih dahulu, misalnya seperti ini: TIDAK BERGAUL DENGAN LAKI-LAKI, TIDAK BERSALAMAN, TIDAK BERPANDANGAN DENGAN LAWAN JENIS.... TIDAK PACARAN....TIDAK PULANG MALAM...TIDAK BERSUARA KERAS.... tidak tidak tidak dan tidak lainnya, semuanya mereka patuhi (baca:meskipun tidak semua jilbaber begitu). Berbeda dengan mbak Mayang.... dia bersalaman dengan laki-laki, dia berfikir jika dengan tidak salaman bahkan lebih menimbulkan fitna? dia menatap lawan bicaranya jika itu laki-laki, dia akan merasa aneh bilamana pandangannya dibuang ke ujung timur sedangkan lawanya di barat, bagaimana inti dari pembicaraan bisa di komunikasikan dengan baik? jika tidak mengamati bahasa nonverbal lawan bicara-bicara, itu bisa menyebabkan diskomunication
Bagi mereka mbak Mayang sosok yang memiliki pemikiran sangat Liberal, karena menetang beberapa ajaran Agama  justru menurutku adalah doktrin, bukan ajaran Agama sesungguhnya.... contohnya adalah TIDAK BOLEH BERHUBUNGAN DENGAN LAKI-LAKI, APALAGI BERSALAMAN... dengan Dalil Nabi "lebih baik di tusuk dengan timah panas dari pada bersentuhan dengan lawan jenis" Baiklah, itu kan di bangsa Arab... sebab? konsumsi utama bangsa Arab adalah daging, itu mengapa SEX laki-laki Arab lebih tinggi dari pada bangsa lain... lalu? apakah demikian dengan Indonesia? mungkinkah hanya bersalaman akan menimbulkan desir-desir aneh? Ah yang benar saja...
Kembali ke Mbak Mayang
Setelah perpisahan sekian tahun lamanya akhirnya aku kembali mendengar tentangnnya, aku adalah murid baginya itu mengapa hampir setiap hari dia selalu memberikan pengarahan padaku tentang cara berfikir dan bersikap, tidak terikat dengan pola pikir lama. Dia selalu menyarankan aku untuk terus bertanya dan mengkaji, itu mengapa akhirnya setelah dia tamat aku juga terdepak dari jamaah, sebab pemikiranku terlalu liberal, benar... aku bangga pernah belajar dari pemikiran wanita yang selalu menerima perubahan seperti beliau...