Setelah sebulan penuh berpuasa, hari lebaran adalah hari yang di nanti-nantikan. Namun tahukah kamu, ada perayaan lain setelah idul firtri? Di beberapa desa di Jawa ada tradisi turun temurun yang dinamakan riyoyo kupat atau lebaran ketupat. Yaitu tujuh hari setelah lebaran idul fitri dimana pada tahun 2024 ini jatuh pada hari Rabu, 17 April. Atau tepatnya pada tanggal 8 bulan Syawal. Lebaran ketupat sendiri merupakan tradisi unik umat muslim Jawa di bulan Syawal. Jadi selain merayakan lebaran Idul Fitri, umat islam di Jawa juga merayakan lebaran ketupat ini.
 Tradisi ini awal dikenalkan oleh salah satu walisongo yakni sunan Kalijaga pada masyarakat Jawa. Namun kini beberapa daerah luar Jawa ada juga yang memperingati lebaran ketupat ini. Karena banyak juga murid dari Sunan Kalijaga yang tersebar di pulau-pulau luar Jawa. Seperti beberapa daerah di Lombok dan Manado. Dilansir dari nu online budayawan Zastrouw Al-Ngatawi mengatakan, tradisi kupatan muncul pada era Wali Songo dengan memanfaatkan tradisi slametan yang sudah berkembang di kalangan masyarakat Nusantara. Tradisi ini kemudian dijadikan sarana untuk mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur kepada Allah swt, bersedekah, dan bersilaturrahim di hari lebaran.Â
 Di daerah Jawa Tengah biasanya di pagi hari lebaran ketupat akan mengadakan syukuran dengan do'a bersama masyarakat kampung di mushola atau di masjid kampung, biasanya disebut juga kegiatan kenduri. Masyarakat setempat akan membawa ketupat, lepet, sambal dan sayur ditata yang sedemikian rupa untuk kemudian dibagikan ataupun ditukar-tukarkan setelah do'a selesai.
Di pedesaan di Jawa Tengah kenduri rutin digelar di hari lebaran idul fitri dan lebaran ketupat sebagai bentuk apresiasi untuk umat muslim yang telah berpuasa satu bulan penuh. Dan puasa sunah bulan Syawal. Di beberapa daerah perayaan lebaran ketupat ini disebut juga Syawalan. Tidak hanya kenduri, bentuk perayaan ketupat ini bermacam-macam. Seperti di daerah Kudus, masyarakat setempat membuat gunungan yang berisi ketupat kemudian diarak menuju masid Sunan Muria. Ada juga di Wonosobo mereka menggelar festifal balon udara. Dan daerah-daerah lain dengan tradisi masing-masing.
Masyarakat Jawa memaknai filosofi ketupat adalah ngaku lepat atau dalam bahasa Indonesianya 'mengaku salah'. Lebih tepatnya makna dari filosofi ketupat adalah sebuah pengakuan bahwa manusia telah banyak melakukan lepat atau kesalahan pada Sang Pencipta. Atau dalam filosofi lain kupat berasal dari kata laku papat yang artinya empat tindakan. Empat tindakan itu adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Lebaran dimaknai dengan tanda berakhirnya masa berpuasa Ramadhan dan menyambut hari kemenangan yakni hari raya idul fitri. Sedangkan luberan dimaknai dengan berbagi. Baik berbagi pada fakir miskin, sanak saudara, tetangga ataupun siapa saja. Kemudian leburan memiliki makna saling memaafkan.Â
Karena itu ketika Ramadhan selesai, kita sebagai umat muslim memiliki tradisi untuk saling meminta maaf dan saling memaafkan. Yang terkhir laburan dimaknai diartikan sebagai seorang muslim harus memiliki hati bersih dan jernih. Tidak ada menyimpan dendam, iri hati, dan juga dengki. Diharpakan manusia memiliki hati seputih kapur.
 Filosofi ketupat bagi orang Jawa tidak hanya dari segi namanya. Unsur unsur pembuatan ketupat juga memiliki makna sendiri. Ada 3 unsur atau bahan utama untuk membuat ketupat. Yakni janur atau daun kelapa yang sudah berwarna kekuningan, beras, dan juga santan kelapa. Janur kuning bagi orang Jawa diartikan sebagai penolak bala atau keburukan. Karena itu janur kuning uga digunakan pada pernikahan adat Jawa. Janur merupakan sinkatan dari jatining nur atau cahaya sejati. Cahaya yang dimaksudkan adalah hati. Jadi arti dari janur ialah hati nurani.
Lalu beras. Beras sering diartikan sebagai sebuah simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Dalam filosofi ketupat, beras juga sebagai bentuk do'a semoga kita semua diberi kemakmuran dan keseahteraan setelah raya. Sementara itu santan yang dalam bahasa Jawa disebut santen memiliki irama yang sama dengan kata 'ngapunten' Â yang berarti meminta maaf.