Mohon tunggu...
Aini Masruroh
Aini Masruroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030130

. . .

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Tumpeng Bosok", Kuliner Khas Warga Panginyongan

13 April 2021   11:29 Diperbarui: 19 Juli 2023   15:56 3172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, negeri yang kaya akan budaya dan keindahan alamnya. Indonesia memiliki 34 provinsi yang membagi wilayahnya. Selain budaya dan keindahan alamnya, Indonesia juga kaya akan kulinernya yang selalu bisa menjadi daya tarik tersendiri. Sebagai negeri yang terkenal dengan tanahnya yang subur dan penghasil rempah-rempah ini tidak mengejutkan jika Indonesia memiliki beranekaragam kuliner dari setiap daerahnya.

Indonesia merupakan surganya kuliner. Berbicara mengenai kuliner Indonesia tidak akan ada habisnya. Terdapat begitu banyak masakan kuliner di setiap daerah yang ada di Indonesia. Masing-masing daerah memiliki makanan khasnya tersendiri dengan cita rasa yang berbeda. Misalnya mie aceh dari daerah Aceh, kerak telor khas dari Jakarta, rendang dari Padang, gudheg dari D.I.Yogyakarta dan masih banyak lagi.

Indonesia terlalu luas untuk membicarakan ragam kulinernya. Di satu daerah saja seperti di Jawa, banyak sekali kuliner khas daerahnya. Sempitkan lagi di Jawa Tengah, tepatnya di daerah panginyongan atau daerah ngapak wilayah Banyumas dan sekitarnya. Tau kan? Yang biasanya ngomongnya inyong-inyong itu. Terdapat banyak sekali ragam kuliner tersohor di antaranya ada mendoan, soto Sokaraja, gethuk goreng, jenang jaket, nopia, dan lainnya. Ada pula makanan yang belum terlalu terkenal seperti yang lainnya karena sedikit sulit dijumpai dan hanya ada dalam momen-momen tertentu saja, salah satunya adalah masakan "tumpeng bosok".

dokpri
dokpri
Pada acara kerja bakti pembersihan lingkungan dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan hari Minggu lalu (11/4) di Desa Sirau, Kemranjen, Banyumas dijumpai masakan tumpeng bosok ini. Tumpeng bosok disantap beramai-ramai menggunakan daun pisang setelah lelah membersihkan lingkungan sebagai simbol kebersamaan, guyub rukun antar sesama.

Tumpeng bosok merupakan salah satu masakan kuliner khas pedesaan yang unik di daerah warga ngapak atau wilayah Barlingmascakeb (Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan juga Kebumen) yang berada di Jawa Tengah. Biasanya sering dijumpai pada acara seperti kerja bakti di desa atau RT, selametan atau syukuran dan yang lainnya semacam tradisi turun temurun.

Kata tumpeng sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan nasi yang dihidangkan dalam bentuk seperti kerucut. Hal ini sudah tidak asing lagi di kalangan orang Indonesia khususnya yang tinggal di pulau Jawa. Namun, tumpeng bosok tidak selalu dihidangkan dalam bentuk kerucut. Kadang hanya dihidangkan apa adanya saja.  Sementara kata "bosok" dalam bahasa jawa Banyumasan artinya adalah busuk, basi, atau bau. Jangan salah, meskipun namanya tumpeng "bosok", makanan ini bukanlah makanan yang sudah basi atau busuk.

Terkait namanya, masyarakat juga kurang tau sejarahnya mengapa dinamai tumpeng bosok. "mungkin karena tampilannya yang seperti tumpeng yang sudah basi. Warnanya pucat pudar karena menggunakan nasi putih biasa, tidak seperti nasi kuning" menurut salah seorang warga.

Di daerah lain ada yang menyebut tumpeng bosok sebagai "tumpeng megono".  Atau ada pula yang menyebutnya dengan "tumpeng rakyat" karena bentuknya yang simple berbeda dengan tumpeng kuning yang biasanya meriah dihiasi dengan banyak lauk dan berbagai aksesori.

Bentuk tumpeng bosok memang terbilang sederhana. Bahkan kelihatan sangat simple. Tumpeng bosok berisi campuran nasi putih dengan serundeng kelapa, ikan asin atau juwi dalam bahasa Jawa, tempe yang digoreng kering, kecombrang, dan bumbu pelengkapnya. Ikan asin yang digunakan adalah yang kecil-kecil atau ikan teri, tempe dipotong kecil tipis memanjang, dan kecombrangnya juga di potong lembut panjang. Semuanya dicampur dengan kelapa yang sudah diserundeng dan dimasak dengan bumbu seperti bawang putih, bawang merah, cabe, gula, garam, dan lainnya sehinnga menjadi ampas tumpengnya. Ampasnya ini bisa di pisah dengan nasi atau dicampurkan. Pada acara-acara seperti kerja bakti atau acara yang mengandung momen kebersamaan biasanya disajikan sudah dicampur atau diurap dengan nasinya.

Nasi yang digunakan untuk tumpeng bosok memang nasi putih biasa. Bedanya nasinya yang tidak lengket, jadi jika diambil pake centong langsung ambyar, tidak seperti tumpeng nasi yang berwarna kuning yang cenderung lengket.

Bagi orang yang baru mendengar atau melihat makanan tumpeng bosok pertama kali mungkin terkesan aneh. Apalagi mengetahui "bosok" artinya busuk. Tak heran jika mereka mengira makanan ini tidaklah enak. Tampilannya pun terlihat sangat sederhana, warnanya juga pucat. Namun, soal rasa jangan salah, tumpeng bosok ini tidak seperti yang dibayangkan. Rasanya unik dan cukup nikmat karena pedas, asin, dan gurihnya yang menyatu. Kenikmatannya pun bertambah dengan kentalnya kebersamaan dan guyub rukun antar sesama. 

Sebagai makanan yang khas pedesaan, tumpeng bosok tidak hanya disukai oleh orang-orang tua, anak kecil pun ada yang doyan masakan ini. "Ibu-ibu sama bapak-bapak di sini sangat suka dengan tumpeng bosok, apalagi mbah-mbah, karena rasanya enak dan makanan ini (tumpeng bosok) tidak dijumpai setiap hari tapi di acara-acara seperti kerja bakti ini. Tapi kalau untuk anak-anak tidak begitu suka karena kurang menarik dan namanya juga tumpeng bosok jadi dikira tumpeng yang sudah basi, tetapi kalau anak saya sendiri menyukainya" tutur Ibu Siti, salah satu warga.

Saat ini, kita juga bisa menjumpai makanan tumpeng bosok di warung-warung kecil meskipun tidak selalu ada dan masih terbilang cukup langka. Tumpeng bosok yang menjadi simbol kerukunan dan keguyuban ini juga kadang dijumpai pada acara makan-makan di sekolah, bukan hanya di momen-momen tertentu saja seperti syukuran, selametan, dan kerja bakti. "Kalo di warung-warung makan gitu masih sangat langka, tetapi sekarang kadang ada di warung-warung kecil gitu dan ada juga buat acara makan-makan di sekolah gitu. Jadi di acara makan-makan sekolah ada juga yang memakai menu tumpeng bosok ini" kata Ibu Siti.

Gimana? Sudah tahu kan masakan kuliner yang satu ini. Kuliner unik khas pedesaan warga panginyongan atau daerah ngapak wilayah Banyumas dan sekitarnya yang belum banyak diketahui. Jadi, jangan melihat hanya dari namanya saja, ya. Atau seperti kata pepatah "don't judge the book by it's cover". Jangan menyimpulkan sesuatu hanya dari luarnya saja. 

Begitu juga makanan, jangan melihat dari luarnya saja apalagi hanya dari namanya. Cobalah untuk mencicipinya dulu. Makanan ndeso bukan berarti nggak nikmat. Dan bagi kalian yang tertarik atau penasaran dengan sajian makanan yang satu ini karena masih agak sulit dijumpai, kalian bisa tanya-tanya dulu ke saudaranya yang di desa tepatnya daerah Banyumas dan sekitarnya siapa tahu bisa membuatkan atau tahu warung yang menjual sehingga jika kalian pergi ke daerah Banyumas dan sekitarnya bisa menyempatkan untuk mencoba makanan unik ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun