Mohon tunggu...
Aini Masruroh
Aini Masruroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030130

. . .

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Unconditional Happiness, Ketika Bahagia Tidak Mengenal Kondisi

28 Maret 2021   15:28 Diperbarui: 29 Maret 2021   12:31 1709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan lupa makan karena pura-pura bahagia itu butuh tenaga. 

Pernah dengar kata-kata itu sebelumnya? Untuk anak-anak muda mungkin sudah sering mendengar jokes tersebut atau bahkan sering menggunakannya. 

Cukup menggelitik bukan?... Kenapa kita harus pura-pura bahagia ? kenapa nggak bahagia beneran aja? Lebih bagus kan.

Sebenarnya bahagia itu bisa diciptakan, bisa dibuat, tanpa kita harus berpura-pura. Kita bisa setting ulang otak kita agar merasa bahagia.

Jika ditanya "apakah kamu ingin bahagia atau tidak ingin bahagia?" Di tengah semua kerumitan yang kita ciptakan dalam hidup kita, kebanyakan mungkin menjawab "ingin bahagia, tetapi... "saya tidak cukup kaya, tidak cukup kurus, tidak cukup pintar, tidak cukup terkenal; atau pacar saya meninggalkan saya, hewan peliharaan saya meninggal, pekerjaan saya jelek, kendaraan saya tidak seperti si dia, tetangga saya bikin emosi dan masih banyak lagi. 

Atau dengan jawaban yang tidak jauh berbeda, seperti "saya akan bahagia jika saya... "punya pekerjaan bagus, penghasilan yang banyak, kendaraan mewah, terkenal, punya pacar yang cakep, followers atau subcribers yang banyak, liburan ke luar negeri, lolos ujian ini itu, diterima di universitas terfavorit, bisa menurunkan berat badan dan seterusnya dan seterusnya.

Intinya selalu ada sesuatu yang perlu kita miliki atau lakukan dahulu agar bisa bahagia, dalam artian kebahagiaan itu bersyarat. Sebagian orang mungkin terjebak dalam hal seperti ini. Mereka tidak tau bahwa sebenarnya kebahagiaan tanpa syarat itu ada. Yang lebih buruk lagi, mereka tidak sadar bahwa mereka sedang menderita. Hanya karena tidak tahu cara lain untuk menjalani hidup.

Padahal,...

Di mana sebenarnya letak kebahagiaan itu? Bukan di tempat kita berada, bukan dengan siapa, bukan berapa jumlah saldo rekening kita, bukan jenis kendaraan yang kita naiki atau apa yang kita punya. Bukan itu semua, namun kebahagiaan itu ada dari bagaimana cara kira membuat arti bahagia itu sendiri.

Yap, bahagia yang semestinya adalah unconditional happiness. Bahagia tanpa syarat ini itu. Bahagia tidak peduli apa yang terjadi dalam hidup kita. Menerima kondisi sekarang dan berbahagia dengan hal itu kemudian mengupayakan yang terbaik ke depannya.

Kebahagiaan sejati adalah menikmati kebersamaan kita dan hidup kita dalam kedamaian dan harmoni dengan tubuh, pikiran, dan jiwa kita. Untuk menjadi benar-benar bahagia, kita tidak membutuhkan orang lain atau hal-hal yang materialistis. Kebahagiaan adalah konsekuensi dari usaha pribadi. Semakin kita kejar atau cari kebahagiaan itu, semakin kita tak menemukannya. Jadi, jalani hidup sesuai prinsip saja dan tak usah cari kebahagiaan itu, karena ia akan datang dengan sendirinya.

Jika memiliki suatu masalah atau problem hidup, yang perlu kita ingat adalah manusia tak lepas dari yang namanya problem hidup. Hal ini merupakan ujian yang diberikan oleh Tuhan untuk melihat apakah umat-Nya benar-benar mampu untuk naik kelas  menuju kehidupan yang lebih baik atau tidak. Kemudian, jangan mengeluh. Karena mengeluh sebenarnya tidak akan menyelesaikan masalah. Mengeluh hanya akan membuat kita tidak mensyukuri hidup yang sangat indah ini.

Cara termudah untuk merasa bahagia adalah bersyukur. Mensyukuri semua nikmat yang kita miliki. Ya, berhitung nikmat itu adalah salah satu cara ampuh untuk menjadi lebih bahagia. Apapun yang terjadi hendaknya kita selalu bersyukur pada Tuhan. Tidak ada alasan untuk kita tidak bersyukur dalam hidup ini karena dengan bersyukur semua hal di dunia ini akan terasa lebih indah dan hidup akan selalu bahagia.  Dan dengan bersyukur pula Tuhan akan melipatgandakan kenikmatan yang diberikannya bagi kita semua.

Bersyukur akan nikmat memiliki napas yang masih bisa kita tarik dan embuskan hari ini. Bersyukur memiliki keluarga lengkap, ayah, ibu, adik-adik, kakak, suami/istri, anak, dan lainnya. Bersyukur masih bisa makan, masih bisa tidur lelap, masih punya pakaian layak, tempat tinggal, dan semua nikmat lainnya yang kita punya.

Jika itu tidak cukup, cobalah sesekali mengunjungi panti asuhan dan lihat bagaimana anak-anak tanpa orang tua tumbuh. Bagaimana mereka harus menjalani hidup tanpa tahu dari mana asal usul mereka. Kemudian panti jompo, bagaimana orang-orang tua di sana tidak ditemani anak-anaknya.

Atau, sesekali lewati perkampungan kumuh dan perhatikan bagaimana orang-orang di sana berjuang menghadapi kehidupan yang keras dan sulit.

Rumah sakit. Ya, rumah sakit bisa jadi tempat kunjungan kita juga. Di saat kita dengan bebas bisa berjalan ke sana kemari, menikmati hidup, makan makanan yang kita mau dan melakukan apa saja yang kita inginkan, ada orang-orang yang terpaksa berbaring setiap waktu di ranjang. Bahkan ada yang untuk bertahan hidup saja, untuk bernapas sekalipun butuh bantuan alat.

Bukankah dari mereka semua, kita termasuk orang-orang yang sudah begitu beruntung?

Misalnya, saya sudah menghitung semua nikmat. Saya bersyukur tetapi tetap saja ada yang kurang di dalam hati. Ada yang kiranya mengganjal sehingga tidak bisa merasa benar-benar bahagia. Mungkin ada di antara teman-teman yang berpikir demikian.

Tempat terakhir yang bisa kita kunjungi adalah makam, kuburan. Yaps, tempat di mana jasad-jasad yang dulunya  hidup di dunia dan bebas melakukan apa saja seperti kita kini terbaring kaku. Apalagi yang bisa mereka lakukan? Tidak ada.

Allah masih memberikan kita kesempatan menjalani hidup dan kita nggak pernah tahu kapan batas waktu itu akan datang.

Jadi, jalanilah hidup ini dengan cara sebenar-benarnya. Jadilah bahagia dan bermanfaat bagi banyak orang sebelum kita dipanggil untuk pulang. Bukalah mata kita, betapa bahagia itu sederhana karena sebenarnya bahagia itu ada di dalam diri kita sendiri :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun