Mohon tunggu...
Aini Farida
Aini Farida Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Hidup adalah pengabdian. Berusaha ikhlas untuk mendapat ridho Ilahi

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Pengambilan Keputusan untuk Memenuhi Kebutuhan Rumah

27 April 2024   20:41 Diperbarui: 28 April 2024   06:17 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah merupakan salah satu kebutuhan  pokok yang harus dipenuhi oleh manusia. Kita tentunya sudah mengenal bahwa kebutuhan pokok atau kebutuhan primer meliputi sandang, papan dan pangan. Dalam hal ini rumah merupakan kategori papan yang merupakan tempat bernaung dari panas dan hujan. 

Berbagai cara dilakukan orang untuk mendapatkan kebutuhan rumah. Biasanya orang yang baru menjalani rumah tangga, mereka dihadapkan pada beberapa pilihan yakni: tetap bertahan bersama orang tua/mertua, ngontrak atau mencicil KPR. Hal tersebut tergantung pada kondisi dan kenyamanan seseorang dalam mengambil keputusan. 

Dalam  pengambilan keputusan tergantung keberadaan domisili dan jumlah penghasilan. Orang yang bertempat tinggal di kota besar, kota kecil atau pedesaan akan sangat berbeda dalam menentukan pilihan. Biaya hidup di kota besar  akan jauh berbeda, apalagi dalam pemenuhan kebutuhan rumah. Sudah barang tentu pilihan pertama kebanyakan orang adalah ngontrak baru memikirkan untuk mencari cicilan rumah/KPR.

Namun hal tersebut tergantung KPR mana yang kita ambil. Banyak jenis KPR yang menawarkan kepemilikan rumah. Ada yang menggunakan angsuran tetap (biasanya KPR subsidi) dan angsuran tidak tetap (KPR non-subsidi)  tergantung fluktuasi suku bunga bank.  Ada juga KPR syariah yang menggunakan prinsip jual beli Syariah, mudharabah.  Angsuran KPR Syariah bersifat tetap dari awal hingga akhir. 

Untuk mengajukan KPR memerlukan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Hal tersebut tergantung jenis perusahaan penyedia KPR, misalnya rentang  usia, jenis pekerjaan, lama bekerja, rasio cicilan dengan penghasilan dan dokumen lainnya. Dengan demikian pertimbangan harus dilakukan secara matang agar tidak kesulitan di tengah jalan. Jika menggunakan DP yang kecil maka angsuran akan lebih besar begitu juga sebaliknya, kemudian penggunaan angsuran jangka panjang atau jangka pendek, tergantung kondisi finansial seseorang. 

KPR subsidi biasanya mensyaratkan jumlah maksimal penghasilan seseorang.  Misalnya jika penghasilan diatas 6 juta rupiah tidak bisa mengambil KPR subsidi. Ada daerah yang memberikan persyaratan DP 0%, di daerah saya yakni di Sampit ada perumahan subsidi melakukan penawaran dengan DP 1 juta rupiah beberapa bulan yang lalu. 

Lokasi dimana kita bekerja juga sangat berpengaruh pada penentuan keputusan.  Betapa susahnya jika berada di kota besar seperti Jakarta, kebetulan anak saya bekerja di kota tersebut. Saat ini dia mengontrak rumah, sambil mencari jika ada KPR yang terjangkau. Fluktuatif nilai rupiah dan terjadinya inflasi menjadikan pemikiran utama. Jika mengambil cicilan jangka panjang akan sangat tidak menguntungkan. Keputusan sementara yang diambil adalah  bertahan ngontrak  walaupun harga kontrakan juga cukup lumayan, kemudian mengumpulkan uang agar DP KPR yang kita berikan agak besar,  dengan harapan cicilan lebih ringan. Dalam hal ini banyak yang melakukan  penawaran  jenis perumahan KPR take over yakni perumahan yang dalam proses pengambilalihan oleh pihak perorangan atau pihak bank. 

Jika kita berada di kota kecil seperti halnya di Sampit,  akan lebih simpel dalam pemenuhan perumahan. Banyak alternatif yang bisa dilakukan. Selain tanah masih terbentang luas, harga kontrakan  sangat terjangkau dan pilihan perumahan berbagai tipe mulai yang bersubsidi hingga non-subsidi sesuai  kocek yang kita miliki. Sudah barang tentu perumahan bersubsidi dengan type 36. Namun hitung-hitung dari pada ngontrak. Rata-rata masyarakat yang mengambil perumahan tersebut untuk selanjutnya melakukan renovasi dan menambah bangunan sendiri ke belakang. 

Oleh karena banyaknya keberadaan tanah kosong, harga tanah di Sampit pun tidak semahal jika dibanding dengan tanah yang ada di daerah Jawa. Dengan memanfaatkan kondisi tersebut walaupun jauh dari pusat Kota,  bersikap sabar dan memanfaatkan pembiayaan bank, bisa digunakan untuk membangun rumah dengan cepat sehingga tidak terlalu lama ngontrak. Hal tersebut bisa dilakukan walaupun rumah kita jauh dari tempat kerja, dengan didukung  lalu lintas yang tidak terlalu padat sehingga bukan permasalahan yang berat. 

Untuk kepemilikan rumah merupakan keharusan, mumpung usia masih muda. Hal tersebut seyogyanya  segera diusahakan, karena makin lama beban semakin berat.  Jika anak-anak kita sudah memasuki usia sekolah apalagi sama-sama mengenyam pendidikan tinggi dan belum memiliki rumah tempat tinggal alias masih ngontrak akan menjadi beban. Masa pensiun harus dipikirkan sejak dini, karena masa tersebut kita sudah tidak kuat lagi untuk bekerja keras. Menikmati masa tua dengan tenang merupakan idaman.  

Apapun langkah yang kita  ambil  untuk  memenuhi kebutuhan rumah harus kita lakukan. Antara ngontrak, mencicil KPR, ataupun memanfaatkan pembiayaan bank. Jangan sampai terlena kelamaan ngontrak,  karena seiring  berjalannya waktu akan datang penyesalan. Dengan menenej tata kelola keuangan keluarga,maka akan terpenuhi kepemilikan rumah yang kita idamkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun