Mudik merupakan aktivitas pulang kampung. Tidak mudah menjadi perantau seperti saya. Walaupun sudah puluhan tahun menempati pulau Borneo, hati masih terikat dengan tanah kelahiran. Pada tahun 1993 saya mendapat penempatan tugas sebagai pendidik. Ternyata sudah hampir 31 tahun menghuni pulau tersebut.Â
Mudik merupakan aktivitas rutin selalu terpikirkan, paling tidak saat bertepatan hari raya Idul Fitri. Tujuan mudik sudah barang tentu untuk menemui orang tua dan sekaligus silaturahmi dengan keluarga lainnya. Karena jaraklah yang tidak bisa saya lakukan setiap saat. Â
Sejak tahun 2012 intensitas mudik yang saya lakukan semakin berkurang, Â karena orang tua sudah tiada lagi, pulang ke Rahmatullah. Namun Kondisi tersebut bukan berarti saya melupakan kampung halaman. Â Kegiatan mudik tetap saya lakukan namun melihat kondisi yang sekiranya memungkinkan. Â
Bagaimana kondisi rumah saat ditinggal mudik?
Pada saat kita mudik, pastinya rumah kita kosong. Sebelumnya antisipasi harus dilakukan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena kita meninggalkan rumah memakan waktu yang agak lama.Â
Beberapa hal yang dilakukan menjelang mudik antara lain;Â
Memastikan instalasi listrik dalam keadaan amanÂ
Pengecekan kabel listrik harus dilakukan secara menyeluruh. Kabel listrik yang digunakan seyogyanya berstandar SNI.Jangan sampai ada kabel listrik yang "jabuk" (usang, red) termakan usia.  Stop kontak yang sudah tidak layak misalkan lubang  atau meleleh segera diganti. Cabut barang-barang elektronik seperti kulkas, televisi, kipas angin dan sebagainya. Hal tersebut untuk mengantisipasi  agar tidak terjadi konsleting listrik.Â
Banyak peristiwa terjadinya  kebakaran rumah  akibat korsleting listrik. Sebulan yang lalu perumahan dinas teman saya habis terbakar. Hal tersebut terjadi pada saat ditinggal sebentar, yakni menunaikan  sholat Jumat. Tanpa sadar, mungkin tergesa-gesa dia berangkat tidak.mematikan kipas angin. Di situlah sumber api muncul, akibat korsleting listrik.Â
Hindari  menyimpan  barang-barang berharga.Â