Resensi Buku: Revolusi dari Desa. Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat
[caption id="attachment_357571" align="aligncenter" width="300" caption="sampul buku revolusi dari desa"][/caption]
Judul Buku : Revolusi dari Desa; Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat
Penulis : DR Yansen TP, M.Si,.
Penerbit : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Tahun Terbit : Jakarta 2014, Cetakan Pertama
Tebal Buku : xxviii + 180 halaman
Resensi Buku Menjadi Sekolah Terbaik
“Dr. Yansen TP,M.Si,. menawarkan gagasan agar pembangunan sebaiknya dimulai dari bawah, sejalan dengan gagasan yang termuat dalam UU Nomor 6 Tahun 2014. Melalui revolusi paradigma, orang diajak untuk memikirkan konsep pembangunan masyarakat desa yang selama ini lebih banyak kegagalannya dibandingkan keberhasilannya, melalui program gerakan desa membangun (GERDEMA), penulis membuat program yang bergerak dari desa.” ungkap Prof. DR. Sadu Wasistiono,M.Si., dalam sambutannya di buku Revolusi dari Desa; Saatnya dalam pembangunan percaya sepenuhnya kepada rakyat ini.
Namun, sudahkah birokrat menjaga mutu dan kualitas pemerintahan di desa? Sehingga kita mampu menerapkan gerakan desa membangun, baik di desa maupun di kabupaten. Dan apakah peran bupati sebagai kepala daerah juga sudah di penuhi? Buku ini Saya fikir bisa menjadi panduan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Prof. DR. Sadu Wasistiono,M.Si., juga berpendapat bahwa buku Revolusi dari Desa; Saatnya dalam pembangunan percaya sepenuhnya kepada rakyat ini ingin mengajak para pihak terkait untuk memahami konsep Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) yang membangun negara melalui dua jalur, yakni jalur dari negara, dan jalur dari negara bersama – sama dari desa.
Konsep ini secara gamblang dipaparkan dalam buku Revolusi dari Desa; Saatnya dalam pembangunan percaya sepenuhnya kepada rakyat. Saya fikir penulis sangat detail mengulas konsep GERDEMA tersebut, terlihat dalam setiap bab yang mereka bagi. Mulai dari mengenal konsep pembangunan, menata sistemnya, parameter keberhasilan hingga melakukan pengembangan pembangunan.
Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 240 juta jiwa, Indonesia sangat memiliki potensi untuk dapat berperan sebagai salah satu pemain utama di era globalisasi. Pengetahuan dan keterampilan yang menjadi motor penggerak zaman sebagai penentu kapasistas kompetensi sebuah bangsa, sedangkan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu senjata untuk dapat berkiprah dalam era globalisasi. Sektor pembangunan berperan penting dalam membangun sumber daya manusia berkualitas. Akan tetapi kualitas pembangunan di Indonesia sejauh ini masih memprihatinkan. Menurut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dalam tulisan whatsAppnya tanggal 23 November 2014 terhadap saya mengatakan, “Indonesia memiliki sekitar 20 juta rakyat miskin dan negara wajib memberikan santunan”. Sebenarnya hal ini dikarenakan pembangunan yang selama ini dijalankan hasilnya tidak menyentuh ke masyarakat lapisan paling bawah, masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam proses pembangunan, sehingga wajar banyak masyarakat miskin seperti yang dikatakan men, serta tidak meratanya penyebaran penduduk dan kultur masyarakat heterogen merupakan kendala-kendala yang harus dihadapi guna mewujudkan pencapaian gerakan desa membangun.
Apakah permasalahan ini bisa dituntaskan? Saya fikir ini sangat mungkin untuk dilakukan selama para pemangku kepentingan, baik itu kepala daerah, kepala desa dan masyarakat saling bekerjasama untuk terlibat dalam melakukan proses pembangunan bagi wilayahnya. Sebab, buku ini mengungkapkan bahwa masyarakat memiliki peran penting dalam membantu kualitas pembangunan di Indonesia, khususnya di wilayah pendesaan yang selama jarang dijangkau oleh pemerintah.
Berangkat dari visi mewujudkan Kabupaten Malianau yang aman, nyaman, dan damai melalui gerakan desa membangun, maka DR Yansen dan segenap stakeholder melakukan paradigma pembangunan dengan percaya sepenuhnya kepada rakyat, dengan melakukan langkah – langkah revolusioner untuk mensejahterakan rakyat.
Adapun strategi yang harus dilakukan terdiri dari empat tahap. Pertama, percaya sepenuhnya kepada masyarakat. Pemerintah harus ikhlas memberika kepercayaan kepada masyarakat desa untuk turut berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara melalui desanya. Kedua, pelimpahan urusan kepada pemerintah desa. Pada strategi ini, pemkab Malinau melimpahkan 31 kewenangan kepada setiap kecamatan dan menyerahkan 33 urusan kepada pemerintah desa. Penyerahan kewenangan dan urusan subtansinya dapat mengubah tantanan masyarakat desa, termasuk dalam mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran. Ketiga, membinaan dan melatih aparatur/ masyarakat desa. Keempat, pendampingan pemerintah dan masyarakat desa. Pola ini dinilai cukup efektif untuk membangun keseriusan dan kesungguhan masyarakat dan aparatur desa dalam meningkatkan kemampuan dan keahlian diri mereka dalam mengelola pembangunan.
Saya fikir, strategi ini yang menjadi kekuatan dari isi buku Revolusi dari Desa; Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat karena penulis lebih kaya akan data langsung yang didapat dari lapangan dan tidak hanya berupa pendapat, melainkan peristiwa-peristiwa yang dihadapi masyarakat di desa mereka masing-masing dan kemudian ini diteliti oleh penulis untuk dijadikan dasar-dasar dalam pratik-pratik strategis pembangunan.
Oleh sebab itu DR Yansen percaya bahwa melalui rekam jejak perjalanan GERDEMA ini dapat menjadi inspirasi bagi para kepala daerah dalam mengembangkan kualitas dirinya sekaligus upaya meningkatkan kualitas pembangunan daerahnya.
Dua bab pertama dari buku ini merupakan pendahuluan dan memaparkan pemikiran makro mengenai dimensi dan masalah pembangunan dalam dinamika struktural, kultural, dan ekonomis serta tanggung jawab sosial untuk pembangunan. Dimana dimensi kultural yaitu kesadaran publik, dimensi struktural yaitu pemerintah, dan dimensi ekonomis yaitu era globalisasi yang dipacu oleh komunikasi dan teknologi. Dalam kenyataannya ketiga hal ini tidak seimbang sehingga timbul berbagai permasalahan diantaranya :
1. why poor people stay poor?
2. Kesenjangan antara Kekuasaan dan Kewajiban Negara
3. Otonomi Daerah
4. Pengangguran
Dari permasalahan yang ditemukan para penulis inilah akhirnya beliau merangkum bahwa peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembangunan di daerah. Para pengelola dan pengurus mestinya menjalankan paradigma pengelolaan pembangunan yang harus memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Peran pemerintah daerah hanyalah membimbing, mengarahkan, sekaligus memberi dukungan penuh melalui segenap potensi sumber daya yang dimiliki, termasuk dalam hal dukungan dana. Biarkan masyarakat mengelola dananya secara mandiri.
Masuk pada bab dua penulis memaparkan tentang teknik merancang pembangunan yang dilakukan. Jelas terlihat pemaparan teknik tersebut dimulai dari visi, misi daerah, pilar pembangunan, serta komitmen pembangunan.
Pada bab tiga hingga empat, adalah sebuah pemaparan penulis tentang cara membangun sebuah sistem agar membangun desa secara cepat. Penulis menjelaskan bagaimana merancang visi dan strategi GERDEMA, memberikan gambaran tentang kepemimpinan GERDEMA, cara mengelola manajemen berbasis kerakyatan yang efektif, serta tersedianya aparatur desa yang berkualitas, profesional, kompeten dan berdedikasi. Dan uniknya pada bab tiga penulis mengulas pentingnya partisipasi masyarakat membangun melalui pra – musrenbangdes dan musrenbangdes. Hal ini bertujuan agar masyarakat mampu mencerna, memahami dan mengevaluasi, sekaligus mampu mampu memecahkan masalah secara mandiri menggunakan kearifan lokal yang dimiliki dalam menghadapi persoalan yang dihadapi.
Penulis juga memaparkan keunikan dari teknik yang mereka jalankan, serta manfaat baik bagi pemerintah dan masyarakat. Ini bisa menjadi pedoman bagi para kepala daerah yang ingin mencoba mengaplikasikan metode tersebut.
Selanjutnya mengenai perspektif mikro pembangunan yang terangkum dalam bagian “Gerakan Desa Membangun.” Mulai dari bab tiga hingga bab lima yaitu memetakan kondisi dan permasalahan desa, kepemimpinan, dan keunikan dan kearifan lokal, adalah sebuah persiapan awal bagi para pelaku pembangunan untuk mensejahterakan rakyat. Pada bab ini penulis memaparkan tentang konsep GERDEMA, dimana penulis membantu para pelaku pembangunan untuk menyederhanakan langkah awal membangun desa secara cepat.
Sedangkan pada bab empat penulis mengulas pentingnya kepemimpinan . Ini menjadi syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan GERDEMA, tanpa kepemimpinan yang tepat GERDEMA tidak akan berjalan maksimal. Yang mana penulis mengatakan pemimpin harus memiliki kemampuan mengelola (managerial) tugas sesuai dengan posisi, tugas pokok, dan fungsi yang diembanya. Selanjutnya pemimpin harus mampu berperilaku yang menyangkut keteladanan, kejernihan, dan keteduhan dalam menyelesaikan berbagai masalah. Itu semua harus berprinsip terhadap nilai – nilai utama untuk menciptakan dan memperkuat kepemimpinan GERDEMA, yaitu nilai; kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan ekonomi, dan kecerdasan nasioanalis kebangsaan.
Pada bab lima hingga tujuh, penulis mengulas tentang cara membangun hubungan antar lembaga di desa dan mekanisme keberhasilan GERDEMA, serta rekam jejak sebelum dan setelah GERDEMA, dan ini sebagai output dari pembinaan di desa. Penulis memaparkan bahwa pembangunan dan pemerintahan yang menentukan keunggulan daerah yaitu pemimpin yang berkompeten, tumbuh dinamisnya partisipasi masyarakat yang tulus dan berkomitmen, tumbuh dan berkembangnya demokrasi di desa, tumbuh dinamisnya kepemimpinan di desa, terwujudnya transparansi desa.
Singkat kata, buku Revolusi dari Desa; Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat merupakan buku yang sangat direkomendasi untuk dibaca dan diadaptasi bagi para pelaku pembangunan baik itu para kepala daerah ataupun kepala desa, sebab buku ini tidak hanya mengulas teori dari sudut pandang bedah literatur saja melainkan penulis melakukan praktek langsung ke lapangan untuk melakukan uji program dan menyimpulkan GERDEMA tersebut dalam satu buku yang dikemas sederhana. Buku ini menjadi menarik karena dilengkapi dengan data-data berupa gambar, tabel, kutipan beberapa ilmuan, dan juga quote yang menginspirasi di setiap bab-nya.
Buku ini juga bisa diadaptasi untuk para pemimpin yang mengelola daerah berbasis pembangunan agar konsep dasar serta tujuannyalebih terarah dan tepat sasaran. Selain itu, buku ini memudahkan para pembacanya untuk melakukan pengembangan secara mandiri, baik itu pengembang para pemimpin, sistem pemerintahan dan kepemimpinan, hingga sumber daya manusia dan pengelolaan dana. Sehingga, para pemimpin tidak lagi terpaku akan subsidi pemerintah dalam hal pengembangan daerahnya, khususnya bagi desa di daerah terpencil.
Dan pada akhirnya, buku ini bisa menjadi panutan berbagai keterbatasan pembangunan di negeri kita, sekaligus menginspirasi para birokrat pemerintah lain dan pemerhati pembangunan untuk terus berjuang lebih giat lagi agar rakyat Indonesia bisa memiliki kesempatan merancang masa depan mereka yang lebih baik. Bukan hal mustahil terjadinya perubahan jika setiap kita mampu menghadirkan ‘gerakan desa membangun’ untuk mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H