Mohon tunggu...
Siti Aisah
Siti Aisah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Terbang tinggi bersama kepak sayap kegigihan ntuk gampai Cita dan Cinta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

BERHARAP KEMENTERIAN PARIWISATA OPTIMALKAN BATURRADEN MENJADI WISATA ALAM YANG BERKELANJUTAN

12 Januari 2015   16:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:19 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_364107" align="aligncenter" width="300" caption="Objek Wisata Baturraden Kebumen Jateng (@Ais)"][/caption]

Wisata alam berkelanjutan bertujuan untuk  memberikan kesan yang mendalam kepada pengunjung  dengan pengalaman yang berharga dalam kunjungan pada wisata alam, melalui dimensi ekologi, sosial, budaya dan ekonomi berkelanjutan. Pengoptimalan Baturraden menjadi wisata alam yang berkelanjutan melalui langkah – langkah :

[caption id="attachment_364109" align="aligncenter" width="300" caption="Longsoran terjadi di Objek Wisata Baturraden (@Ais)"]

14210298091743376799
14210298091743376799
[/caption]

1. Gerakkan konservasi alam

Alasan terpenting kunjungan adalah alam, sehingga pengunjung dapat belajar lebih banyak tentang alam dan konservasi, yang tentunya pariwisata tidak mengganggu alam, juga meminimal mungkin untuk terjadi erosi dan dampak lain dari adanya wisata ini, dengan cara tidak menebang pohon secara sembarangan  dengan adanya kerjasama pemda, penduduk, organisasi pariwisata dan perusahaan terkait berkewajiban bertanggung jawab untuk melestarikan alam secara berkala.

[caption id="attachment_364110" align="aligncenter" width="300" caption="Air Terjun di lokasi wisata Baturraden (@Ais)"]

14210298651267391752
14210298651267391752
[/caption]

2. Tidak mencemari lingkungan.

Alam menjadi fokus utama, sehingga setiap kegiatan harus menghindari adanya kerusakan lingkungan yang menjadi sumber kehidupan, yaitu dengan tidak meninggalkan jejak negatif dibelakang mereka, misalnya dengan membuang sampah ditempatnya dengan memisahkan antara sampah organik dan an organik, penggunaan kayu bakar sehemat mungkin, dan terpenting tidak mencemari lingkungan dengan emisi sehingga lingkungan terjaga kealamiannya.

[caption id="attachment_364111" align="aligncenter" width="300" caption="Pentas seni angklung di lokasi wisata Baturraden (@Ais)"]

14210299281175580251
14210299281175580251
[/caption]

3. Gerakan konservasi budaya.

Setiap Pengunjung didorong untuk belajar tentang budaya lokal. Wisata alam pastinya mampu menyediakan informasi tentang budaya daerah serta sarana untuk mempelajari budaya daerah. Sehingga kearifan budaya akan terus terlestarikan dan semakin kuat.

[caption id="attachment_364112" align="aligncenter" width="300" caption="Keberagaman di lokasi wisata Baturraden (@Ais)"]

14210300281769620716
14210300281769620716
[/caption]

4. Penghargaan pengunjung terhadap alam dan budaya.

Pemerintah, penduduk, perusahaan dan organisasi wisata harus memberikan informasi kepada calon pengunjung dengan bahasa yang mudah difahami dan menarik untuk disajikan dengan panduan – panduan yang mudah dipelajari terkait dengan konservasi alam dan budaya yang ada di wisata alam tersebut.

[caption id="attachment_364113" align="aligncenter" width="300" caption="Fasilitas rekreasi di Baturraden (@Ais)"]

14210301601315603178
14210301601315603178
[/caption]

5. Peningkatan fasilitas rekreasi yang disediakan bagi pengunjung.

Wisata alam harus mampu mempertimbangkan semua kebutuhan pengunjung, fasilitas ini sesuai dengan permintaan dan kondisi setempat. Sehingga pengunjung dengan nyaman dan aman menikmati kegiatannya yang dipandu oleh petugas. Fasilitas dan layanan ini dikembangkan dalam kerjasama dengan perusahaan lokal.

[caption id="attachment_364114" align="aligncenter" width="300" caption="Petunjuk jalan bagi pengunjung, diharapkan pengunjung mampu melakukan rekreasi mental dan fisik (@Ais)"]

1421030249548692217
1421030249548692217
[/caption]

6. Pengunjung didorong untuk menikmati rekreasi mental dan fisik secara baik.

Pengunjung didorong untuk bergerak sesuka mereka sendiri. Dengan menyediakan fasilitas dan petunjuk untuk pejalan kaki dan pengunjung lainnya. Rute yang mudah dan adanya  peluang ada untuk melaksanakan berbagai kegiatan di lingkungan alam. Semua jalan dan fasilitas lainnya harus aman.

[caption id="attachment_364117" align="aligncenter" width="300" caption="Kantin di area objek wisata baturraden (@Ais)"]

1421031031818157617
1421031031818157617
[/caption]

7. Gerakkan konsevasi ekonomi.

Pemerintah menggerakkan promosi produk  dan jasa perusahaan lokal serta memberikan pekerjaan kepada penduduk sekitar wisata alam, walaupun pemerintah melihat orang luar memiliki kompetensi yang baik, akan tetapi konservasi ekonomi memberikan peluang yang besar pada penduduk sekitar untuk mengelola wisata alam di daerahnya.

8. Bahan Publisitas diproduksi secara bertanggung jawab dan hati-hati.

Informasi handal dan up-to-date. Pekerjaan publisitas yang dilakukan secara terbuka dan interaktif.

[caption id="attachment_364124" align="aligncenter" width="300" caption="Kegiatan pentas seni yang harus dilestarikan di lokasi wisata alam (@Ais)"]

1421031759650474801
1421031759650474801
[/caption]

9. Kegiatan yang direncanakan dan diorganisir secara kooperatif.

Pendapat pengunjung sangat penting. Pelatihan ini diselenggarakan bersama-sama dengan perusahaan lokal. Semua pihak yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam perencanaan. Dalam pekerjaan kerjasama, preferensi diberikan kepada organisasi berkomitmen untuk prinsip-prinsip ini wisata alam yang berkelanjutan.

[caption id="attachment_364121" align="aligncenter" width="300" caption="(gambar pasangan yang berjalan) Menolak pacaran yang berlebihan di lokasi wisata alam (@Ais)"]

1421031413527324495
1421031413527324495
[/caption]

10. Gerakkan konservasi moral.

Pengunjung diberikan fasilitas ibadah, sehingga pengunjung dapat menjalankan ibadahnya di sela – sela kegiatan rekreasi dengan nyaman, misalnya mushola. Selanjutnya untuk menggerakkan konservasi moral pengunjung tidak dibenarkan melakukan hal – hal yang mengarah keperbuatan asusila, sehingga wisata alam tetap terjunjung harkat dan martabatnya tanpa harus tercemari ulah pengunjung ataupun petugas dengan perbuatan asusila.

Wisata alam yang berkelanjutan harus dipromosikan dalam kerjasama dengan penduduk setempat, pemerintah daerah, perusahaan yang menawarkan layanan wisata, dan organisasi lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun