Mohon tunggu...
nur aini
nur aini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengaruh Globalisasi Terhadap Fenomena Thrifting di Indonesia

19 Juni 2022   11:39 Diperbarui: 23 Juni 2022   16:57 2729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thrift sendiri merupakan kata dari Bahasa inggris yang artinya hemat, sedangkan thrifting merupakan istilah dari sebuah usaha di mana kita menjual barangbarang bekas namun memiliki kualitas yang masih layak untuk digunakan karena tidak terlalu sering digunakan, tidak menutup kemungkinan barang yang sudah memiliki usia tahunan namun masih bagus dan layak untuk digunakan.

Thrifting diartikan dengan aktivitas menghemat atau menghindari pemborosan. Fenomena thrifting ini ternyata berawal dari trend preloved atau tren di mana seseorang menjual barang miliknya entah itu karena ukuran yang kekecilan atau sudah bosan menggunakan. Untuk dapat menunjang penampilan dengan mengenakan pakaian bermerek namun dengan harga yang murah, sebagian dari remaja mengakalinya dengan berbelanja di thrift shop (pasar loak), di mana remaja tersebut dapat membeli barangbarang bekas bermerek dengan harga yang sangat murah.

Fenomena thrifting mengangkat suatu fenomena di masyarakat yakni aktifitas belanja pakaian bekas yang semulanya berasal dari Negara luas seperti Inggris, Perancis dan Amerika serikat sebagai Negara penyumbang emisi karbon yang tinggi akibat limbah industri fashion yang berkembang pesat, kemudian muncul lah ide thrifting yang mana mengusung konsep reuse sebagai gerakan yang memiliki misi lingkungan. 

Melihat kondisi di Negara tersebut trend thrifting seakan menjadi budaya baru di tengah masyarakat nya, banyak dari mereka menyadari hal tersebut dan thrifting mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat karena sensasi belanja yang didapatkan tentu berbeda dengan apa yang mereka rasakan ketika belanja pakaian baru di toko.

Dengan pilhan model beragam dan ukuran yang variatif, thrifting menuntut ketelitian, kesabaran dan juga sedikit keberuntungan bagi peminat nya karena pakaian yang ditawarkan tidak memiliki ukuran, model serta warna yang variatif, tak jarang juga apabila sedang beruntung pembeli bisa mendapatkan pakaian dari brand ternama yang usianya lebih dari 2 dekade yang mana masuk dalam kategori barang Vintage dan sudah langka sehingga apabila dijual kembali memiliki nilai tukar lebih tinggi atau bahkan memiliki kebanggaan tersendiri ketika memakainya yang tentu tidak mudah ditiru orang lain. Pakaian thrift di luar Negeri bisa ditemui di Newyork, US, Los Angles, US, London, UK, Victoria, AUS.

istmewa
istmewa

Lain di luar Negeri, lain pula di Indonesia, thrifting di mata orang Indonesia pada umumnya adalah baju bekas impor yang biasanya berasal dari Negara seperti, Amerika, China, Korea, dan Jepang yang dijual bebas di pasar tertentu atau lokasi tertentu, dijual dengan harga terjangkau dan diperuntukan untuk masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah, sejak lama perdagangan baju bekas ini keberadaanya sangat digandrungi masyarakat karena datang dari luar negeri dengan kondisi masih layak dan kualitas nya baik, membuat masyarakat tidak meragukan nya lagi.

Beralasan bahwa thrifting dapat menekan pencemaran lingkungan karena fast fashion, menjadi salah satu alasan mengapa thrifting begitu digemari. 

Kata 'barang bekas' kini tidak lagi menjadi konotasi yang 'jelek'. Banyak anak-anak muda yang mulai menggeluti bisnis thrift shop ini maupun menjadi konsumen thrift shop. Namun, yang banyak menjadi perbincangan adalah harga- barang barang di thrift shop yang menjadi mahal. 

Barang thrift shop tidak seharusnya menjadi mahal, namun karena thrifting ini yang menjadi pop culture di masyarakat, jadilah para pemilik bisnis thrift shop menaikkan harganya dengan alasan barang yang dijual ini berkesan 'vintage' dan memilki esensi yang bagus.

Kini, thrifting tidak hanya sekadar pop culture, namun juga terdapat seni di dalamnya. Seni memilah barang dan jika seseorang bisa mendapatkan barang yang langka maka akan ada kebanggan tersendiri. Namun, tak bisa dipungkiri adanya budaya thrifting ini juga turut mewarnai perkembangan bisnis dunia fashion di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun