Mohon tunggu...
AINDA AMINI
AINDA AMINI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Basket

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Petani Jeruk dalam Menghadapi Lonjakan Biaya Perawatan dalam Memaksimalkan Keuntungan

16 Oktober 2023   19:24 Diperbarui: 16 Oktober 2023   21:39 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Ainda Amini, Ima ijayanti Nor Aini, Mochamad Fikri Ali Akbar, Nola Prastika R

Rabu, (04/10/23) lalu melakukan observasi permasalahan ekonomi petani jeruk Desa Karangwidoro, Kec. Dau, Kab. Malang kelompok 4 yang beranggotakan 4 mahasiswa dari Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang yang diampu oleh Prof. Dr. Imam Mukhlis, S.E., M.Si dan Agung Nugroho, S.Pd., M.Pd melakukan survei ke kebun jeruk milik salah satu petani di kabupaten Malang tepatnya di Kecamatan Dau Desa Karangwidoro untuk menemukan permasalahan ekonomi yang di alami salah satu petani di Desa tersebut. Survei ini di lakukan pada hari Rabu, 4 Oktober 2023. Potensi jeruk di Desa Karangwidoro dapat di katakan cukup besar, di lihat dari kunjungan yang di lakukan di rumah Bapak Mujiono (33 tahun) salah satu petani jeruk yang berada di Desa Karangwidoro. Bapak Mujiono sedang merintis perkebunan jeruk selama 3 tahun ini. Modal awal yang di gunakan Bapak Mujiono adalah Rp.22.300.000,00 untuk membeli bibit pohon jeruk dan peralatan berkebun lainnya.

Selain membeli bibit pohon jeruk, Bapak Mujiono juga membeli perlengkapan untuk merawat jeruk agar terhindar dari segala kerusakan pada pohon. Total pengeluaran Bapak Mujiono untuk membeli perlengkapan merawat jeruk seperti membeli obat dan pupuk sekitar Rp.1.774.000,00. "Setelah bibit pohon jeruk ditanam, pohon jeruk bisa tumbuh hingga masa panen kurang lebih membutuhkan waktu selama 3 tahun" ucap Bapak Mujiono. Bapak Mujiono memiliki pohon jeruk sebanyak 300 pohon, tiap pohonnya dapat menghasilkan kurang lebih 15 Kg buah dalam satu kali panen. 1 Kg buah jeruk di jual dengan harga Rp.12.000,00 jadi dalam 6 bulan Pak Mujiono bisa mendapatkan hasil sekitar Rp.54.000.000,00. 

Setelah wawancara dengan Bapak Mujiono, petani dan pemilik kebun jeruk | Sumber: Dokumentasi Pribadi Mahasiswa Offering DD Kelompok 4 (Dokpri)
Setelah wawancara dengan Bapak Mujiono, petani dan pemilik kebun jeruk | Sumber: Dokumentasi Pribadi Mahasiswa Offering DD Kelompok 4 (Dokpri)

Akan tetapi Bapak Mujiono juga mengalami permasalahan, salah satu permasalahan yang di alami Bapak Mujiono adalah kurangnya air, "Di musim kemarau ini yang saya alami adalah kesulitan air sehingga saya harus mengangkut air dari rumah ke kebun minimal 1 minggu 2 kali untuk menyirami pohon jeruk tersebut" ungkap Bapak Mujiono. Sulitnya mendapat akses pengairan ini sangat memberi dampak yang terasa bagi para petani, karena pohon jeruk tergolong dalam tanaman yang sensitif terhadap unsur hara tertentu. Adanya hama juga menyebabkan kesulitan bagi Bapak Mujiono karena hama bisa datang kapan saja. 

Oleh karena itu, pak Mujiono juga harus siap dengan datangnya permasalahan tersebut. Kurangnya perhatian dari pemerintah memnyebabkan permasalahan ini tak kunjung teratasi, seperti yang kita ketahui permasalahan tersebut termasuk dalam permasalahan yang serius. Salah satu  fakta yang mendukung akan keseriusan masalah tersebut adalah dengan adanya pernyataan dari Bapak Mujiono bahwasanya permasalahan ini adalah permasalahan yang tak kunjung teratasi hingga saat ini. Salah satu solusi yang kiranya tepat adalah dengan adanya bantuan saluran pengairan dari pemerintah. Bantuan ini tentunya sangat berdampak besar bagi para petani jeruk. Tak hanya bagi petani saja, tetapi juga sangat berdampak terhadap kualitas jeruk.

Perkebunan jeruk yang kekurangan air dapat menghadirkan banyak tantangan dan potensi kerugian bagi para petani jeruk. Air sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jeruk. Ketika air mengalami kekurangan, tanaman jeruk dapat mengalami penurunan kualitas, mengurangi produksi, dan bahkan dapat mati. Oleh karena itu, manajemen air yang baik sangatlah penting dalam usaha pertanian jeruk.

Setelah melihat permasalahan tersebut salah satu solusi yang kiranya tepat adalah dengan adanya bantuan saluran pengairan dari pemerintah. Bantuan ini tentunya sangat berdampak besar bagi para petani jeruk dalam menghadapi situasi tersebut guna untuk mempermudah pengairan dan untuk persediaan selama musim kemarau tiba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun