Mohon tunggu...
Nur Aina Aziza Gustina
Nur Aina Aziza Gustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Politeknik Negeri Jakarta

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Teknik Grafika dan Penerbitan, Penerbitan (Jurnalistik)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Alasan Mengapa Anda Tidak Perlu Pamer Harta

3 Juli 2024   18:54 Diperbarui: 3 Juli 2024   18:55 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Di era digital ini, fenomena flexing atau pamer kekayaan menjadi semakin umum. Media sosial dipenuhi dengan gambar dan video orang-orang yang memamerkan mobil mewah, barang mahal, dan rumah megah. Mereka berharap hal ini akan membuat orang lain kagum dan menghormati mereka. Namun, benarkah tindakan ini mencapai tujuannya?

Fenomena flexing ini sebenarnya sudah diidentifikasi dan dijelaskan dalam buku "Psychology of Money" oleh Morgan Housel. Dalam buku tersebut, Housel memperkenalkan konsep "Man in the Car Paradox," yang menggambarkan bahwa ketika kita melihat seseorang mengendarai mobil bagus, yang sering muncul dalam pikiran bukanlah kekaguman terhadap orang tersebut, tetapi keinginan untuk memiliki mobil yang sama. Kita berpikir, "Kalau saya punya mobil itu, pasti saya dianggap keren."

Fakta ini menunjukkan bahwa flexing seringkali gagal mencapai tujuan utamanya. Orang yang melakukan flexing ingin dihormati dan dianggap "wah" oleh orang lain, tetapi kenyataannya orang-orang lebih fokus pada barang yang mereka miliki daripada diri mereka sendiri. Fenomena ini bisa dilihat di berbagai platform media sosial, di mana komentar dan likes lebih banyak mengarah pada barang yang dipamerkan daripada kepada orang yang memamerkannya.

Ironisnya, tujuan utama flexing---untuk dihormati dan dianggap keren---seringkali tidak tercapai. Orang yang melakukan flexing ingin dihargai, namun pada kenyataannya, mereka tidak mendapatkan penghargaan yang diharapkan. Orang-orang lebih fokus pada benda yang dipamerkan daripada pribadi si pemiliknya.

Salah satu alasan utama orang melakukan flexing adalah keinginan untuk dihormati dan dianggap "wah" oleh orang lain. Namun, apakah ini cara yang efektif untuk mencapai penghormatan sejati?

Bagaimana Cara Agar Dihargai?

Kerendahhatian

Orang yang benar-benar kaya seringkali tidak merasa perlu flexing. Mereka memakai pakaian sederhana dan tidak merasa perlu membuktikan nilai diri mereka. Mereka juga ramah terhadap semua orang tanpa memandang status.

Kebaikan Hati

Di era sekarang, kebaikan hati menjadi hal yang semakin dihargai. Orang baik yang rela mengorbankan kepentingan pribadi untuk orang lain mendapatkan penghormatan sejati. Untuk membantu tanpa dimanfaatkan, kita bisa mengarahkan orang ke peluang freelancing daripada memberi uang secara langsung.

Empati

Daripada mudah menghakimi orang lain, kita bisa memilih untuk memahami mereka. Media sosial sering menjadi tempat untuk mengeroyok orang lain secara aman, namun dengan empati, kita bisa lebih memilih untuk memahami daripada menghakimi.

Pergunakan Uang Untuk Hal-hal yang Lebih Bermanfaat

Bukan berarti kita tidak boleh membeli mobil atau barang bagus. Namun, jangan membeli barang tersebut dengan tujuan untuk mengesankan orang lain. Alih-alih menggunakan uang untuk membeli status, lebih baik pergunakan uang untuk hal-hal yang lebih bermanfaat dan bermakna. Fokus pada pengembangan diri, membantu orang lain, dan membangun hubungan yang tulus akan membawa penghargaan dan kepuasan yang lebih nyata dan langgeng.

Dengan memahami "Man in the Car Paradox" dan alasan di balik flexing, kita bisa lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menetapkan prioritas hidup. Menghargai diri sendiri dan orang lain melalui tindakan nyata, bukan hanya melalui harta benda, adalah kunci untuk mendapatkan penghargaan dan kepuasan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun