Aina talita zahrani seorang gadis kecil yang selalu teguh pada prinsip dan tujuannya. Ia sering dipanggil Zahra, Ia adalah seorang anak yang penurut kepada ibu dan ayahnya dan juga memiliki hati yang baik dan lembut, selembut kain sutra.Â
Seseorang yang introvert, tidak mudah baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, dengan orang baru terlebih lagi dengan sosok seorang pria. Dia tidak pernah mau berbicara dengan seorang laki-laki, terlebih dengan teman laki-laki nya yang satu kelas denganya. Namun, orang tuanya selalu yakin jika suatu saat nanti ia akan menjadi seorang wanita yang berkilau dengan ke-introvert-annya itu.
17 Desemeber 1998
"Zahra bangun nak, lihat sudah siang inikan hari pertama ka mu sekolah ." suara ibu pun menenangkan hatinnya yang sedang bergejolak karna merasa ketakutan untuk berada dilingkungan yang baru dengan orang orang yang baru. " iya bu, zahra sudah bangun dan sudah siap juga kok." Sahut Zahra.
Ini hari pertama zahran sekolah. Zahra pun keluar dari kamar nya untuk sarapan, setelah itu seperti biasanya ia selalu diantar oleh ayahnya. Namun, ada yang berbeda kebiasaan itu jika ia dulu diantarkan ke sekolah dasar sekarang ia diantar ke sekolah menengah pertama hingga ke depan gerbang sekolah. " ibu zahra pergi sekolah dulu ya". Ujarnya usai makan.Â
Selama di perjalanan Zahra selalu merasa gelisah sampai ia tak menyadari bahwa dia sudah sampai didepan sekolah. Ayahnya tahu kalau anak sematawayangnya, anak yang paling ia cintai itu sedang gelisah karena lingkungan baru dan orang-orangnya.Â
" Zahra ingat kamu tidak perlu takut dengan lingkungan barumu, jika kamu takut pejamkan matamu dan berkata lingkungan baru itu tidak buruk, seperti apa yang kamu kira. Mulailah beradaptasi nak, ayah dan ibu mu akan selalu ada disamping mu jadi kamu tidak perlu takut." Petuah ayah mencoba menenangkan hati Zahra yang sedang bergetar getir, bagaikan citah yang berlari sekejap. Zahra pun hanya bisa tersenyum manis.
Hari pertama Masa Pengenalan Llingkungan Sekolah atau MPLS Â pun dimulai, suara benturan yang keluar dari ucapan para osis mulai terdengar. " seluruhnya kepada para peserta MPLS diharapkan menuju lapangan dengan membawa semua peralatan dan perlengkapannya. " ujar salah satu osis dengan suaranya yang lembut mengayun.Â
Semua peserta MPLS pun berkumpul untuk melaksanakan upacara pembukaan MPLS. Para peserta MPLS itu dibadi menjadi 8 kelas, Zahra masuk ke kelas ustman yang dimentori oleh dua osis yang cantik. Walaupun keduanya cantik namun  memilki sifat yang berbeda. Mentor pertama bernama  salwa dia cantik namun dia adalah osis perempuan paling jutek,paling galak seantereo sekolah itu dan yang kedua wanita cantik dengan penuh kelembutan dia biasa dipanggil safiyya.
"keluarkan makanan serta minuman yang telah kami tentukan waktu itu!!!. " suara itu mempercepat ritme jantung Zahra dan membuat Zahra semakin ketakutan , ia langsung buru-brur mengeluarkan makanan serta minuman yang telah ia bawa dari rumah.Â
Sayangnya makanan yang ia bawa tidak lengkap, " kamu dari tadi nunduk terus, kenapa hah? Perlatan dan perlengkapan yang kamu bawa lengkap gak?!!! LENGKAP GAK?!!! " Tanya salwa sambil mendongakkan wajah Zahra ketatas. Zahra tidak bisa menjawab pertanyaan osis itu, ia tak kuasa menahan air yang keluar dari matanya itu. " sudah salwa." Suara lembut itu kembali terdengar ditelinga Zahra.
Salwa pun pergi dari hadapan Zahra, Safiyya menghampiri Zahra yang tersengguk sengguk. "sudah tidak usah menangis lagi jangan diambil hati omongan kakak tadi." Ucap Safiyya sambil melihat name tag yang dikenakan Zahra.Â