Indonesia, dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya, menghadapi tantangan besar dalam memastikan kesehatan hewan, terutama karena keterkaitannya dengan keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia melalui risiko zoonosis. Profesi dokter hewan berada di garis depan dalam menjawab tantangan ini.Â
Selain bertanggung jawab terhadap kesehatan hewan peliharaan, mereka juga berperan penting dalam mencegah penyebaran penyakit yang dapat menular ke manusia. Namun, tanggung jawab besar ini tidak terlepas dari berbagai kendala, seperti rendahnya kesadaran masyarakat, terbatasnya fasilitas, serta kompleksitas perawatan pasien lintas spesies.
Melalui observasi di Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga, terlihat bagaimana dokter hewan bekerja secara sistematis dalam menangani pasien. Penanganan dimulai dengan anamnesis, yaitu pengumpulan informasi dari pemilik hewan sebagai pengganti komunikasi langsung dengan pasien. Informasi ini menjadi dasar untuk menetapkan diagnosis awal, yang kemudian dipastikan melalui berbagai pemeriksaan tambahan seperti mikroskopi, USG, dan X-Ray.Â
Diagnosis ini diikuti dengan penyusunan rencana terapi yang disampaikan kepada pemilik. Proses ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara dokter hewan dan pemilik untuk keberhasilan terapi.
Kasus umum yang sering ditemui meliputi gangguan saluran kemih pada kucing dan penyakit kulit akibat ektoparasit. Selain itu, rumah sakit ini juga menangani kasus-kasus bedah yang kompleks, seperti patah tulang pelvis. Dengan dukungan teknologi modern, seperti alat X-Ray dan USG, Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga menjadi rujukan utama bagi klinik hewan lainnya.Â
Teknologi ini tidak hanya memungkinkan diagnosis yang lebih cepat dan akurat, tetapi juga memberikan kepercayaan lebih kepada pemilik hewan akan kualitas pelayanan.
Namun, teknologi saja tidak cukup untuk menghadapi tantangan dalam profesi ini. Salah satu tantangan terbesar adalah kebutuhan untuk memahami kebutuhan medis dari berbagai spesies, yang sering kali sangat berbeda satu sama lain. Selain itu, banyak pemilik hewan yang hanya membawa hewan peliharaan mereka ke fasilitas kesehatan setelah kondisinya memburuk.Â
Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin dan vaksinasi.
Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, seperti melalui seminar tentang vaksinasi rabies dan pencegahan zoonosis. Program seperti ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan hewan sekaligus mendorong pemeriksaan rutin.Â
Selain itu, kegiatan sosial seperti street feeding untuk hewan terlantar juga menjadi bagian dari upaya memberikan kontribusi kepada komunitas. Namun, masih diperlukan langkah yang lebih besar untuk menjangkau masyarakat luas, terutama di daerah-daerah dengan akses terbatas terhadap fasilitas kesehatan hewan.
Refleksi dari observasi dan wawancara menunjukkan bahwa profesi dokter hewan memerlukan dedikasi tinggi, kemampuan adaptasi, dan kolaborasi yang baik dengan pemilik hewan. Teknologi modern memang mempermudah pekerjaan, tetapi kesadaran masyarakat tetap menjadi kunci utama dalam keberhasilan pelayanan kesehatan hewan.
Secara keseluruhan, profesi dokter hewan di Indonesia memiliki peran strategis dalam menjaga kesehatan hewan dan melindungi masyarakat dari risiko penyakit. Harapan ke depan adalah kedokteran hewan di Indonesia dapat terus berkembang, dengan fokus pada spesialisasi yang lebih mendalam serta kolaborasi yang lebih erat dengan masyarakat untuk menciptakan ekosistem kesehatan hewan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H