Terakhir, dialog antar kelompok adalah cara efektif untuk membangun pemahaman dan kepercayaan antara kelompok mayoritas dan minoritas. Program-program komunitas yang melibatkan berbagai kelompok dalam kegiatan bersama dapat membantu mengurangi ketegangan dan mempromosikan toleransi. Dialog yang konstruktif dapat membuka ruang untuk berbagi pengalaman dan menemukan solusi bersama atas masalah yang dihadapi.Â
Oleh karena itu, penyelesaian stigma dan diskriminasi terhadap minoritas agama bukan hanya menjadi tanggung jawab individu atau kelompok tertentu, melainkan merupakan komitmen bersama untuk membentuk masyarakat yang lebih harmonis. Setiap orang perlu berperan aktif dalam menghargai dan menerima perbedaan, tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau keyakinan.Â
Prinsip ini sangat sejalan dengan semboyan Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, yang mengajarkan bahwa meskipun kita berbeda-beda, namun tetap satu kesatuan yang utuh. Dengan mengedepankan semangat kebersamaan dan saling menghormati, kita dapat menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap individu merasa diterima dan dihargai.Â
Selain itu, penting untuk menyadari bahwa keragaman adalah kekuatan yang harus dirayakan, bukan dijadikan alasan untuk perpecahan. Mari bersama-sama menghapus stigma dan diskriminasi, serta membangun Indonesia yang lebih baik bagi semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H