Setelah bertahun-tahun, Zain akhirnya kembali ke desanya. Ia membawa banyak ilmu yang telah dipelajari dari berbagai penjuru dunia. Zain membuka sebuah madrasah kecil di desa, tempat di mana anak-anak desa dapat belajar tentang agama, matematika, sains, dan banyak hal lainnya. Ia merasa bahagia bisa mengabdikan ilmu yang telah ia pelajari untuk masyarakatnya.
Suatu sore, setelah mengajar di madrasah, Zain duduk di beranda rumah bersama kakeknya, yang sudah menua. Kakek Zain tersenyum melihat cucunya yang telah kembali dengan membawa ilmu yang begitu luas.
"Zain, kamu telah menempuh perjalanan jauh, dan sekarang kamu telah kembali untuk membagikan ilmu itu. Inilah yang dimaksud dengan 'Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina'. Ilmu yang kamu cari bukan hanya untuk dirimu, tetapi untuk umatmu," kata kakek Zain dengan mata yang penuh kebanggaan.
Zain tersenyum dan menjawab, "Ilmu ini adalah milik Allah, Kakek. Aku hanya berusaha untuk menuntutnya dan membagikannya dengan ikhlas. Semoga ilmu yang aku dapatkan bisa memberi manfaat bagi semua."
Di bawah langit senja, Zain dan kakeknya duduk bersama, merasakan kedamaian yang datang dari ilmu yang bermanfaat. Perjalanan Zain dari desa ke kota besar, dan akhirnya ke negeri Cina, adalah perjalanan panjang yang dipenuhi dengan usaha dan pengorbanan. Namun, yang terpenting, ilmu yang ia cari kini menjadi cahaya bagi banyak orang di desanya.
Cerita ini mengisahkan perjalanan Zain yang menuntut ilmu jauh dari desanya hingga ke negeri Cina, dan bagaimana ilmu tersebut akhirnya kembali untuk memberi manfaat kepada umat, sesuai dengan pesan dalam hadis "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H