Sebagai komuter resiko perjalanan sudah kami terima dengan setengah lapang dada. Lho kok?!
Jelas saja, wajar kan kalau kami berharap setiap hari perjalanan lancar, sesuai skedul, tanpa drama?
"Engg...anu, Mbak, bannya kena sekrup..." ujar supir kami tiba-tiba.Â
Saat itu kami berhenti di meeting point kedua, menunggu lengkapnya penumpang hiace, sebelum beranjak ke meeting point berikutnya.
Supir kami hebat, dengan jam terbangnya yang tinggi, mampu merasakan kondisi ban, bukan hati, yang tertusuk benda tajam.
Saya yang duduk di seat tepat di atas ban itu saja tidak merasakan apa-apa. Â Saking mati rasanya.
"Masih nge-ban, ditunggu aja"
Tulisku di WAG member hiace kami, untuk mengabarkan pada teman-teman yang menunggu di empat titik penjemputan berikutnya.
Mereka wajib diberitahu agar tidak resah dan salah paham. Seperti kejadian tempo hari ketika hiace sedikit terlambat karena menanti salah seorang penumpang, seorang kawan di penjemputan berikutnya bertanya dengan panik.
"Lho...kok aku ditinggal? Ditinggal beneran ya!?"
Padahal mobil rombongan kami belum melewati tempat dia menunggu.