Hiiih, kejam banget candaannya. Aku yang mendengar tambah stres, sampai-sampai kucari-cari sabun cair kemasan mungil yang biasa kubawa dalam ranselku, untuk berjaga-jaga bila membutuhkan.
Sebelum mobil benar-benar berhenti di tempat yang kami tuju, Rio sudah bersiap di dekat pintu. Hiace itu berpenumpang penuh, di dalamnya pun sudah nyaris tak ada jarak. Hingga tingkah Rio ini memaksa kami yang duduk di dekat pintu repot memiringkan dan menekuk anggota badan, termasuk aku.Â
Ia pun bergegas melompat, tak hirau dengan sabun cair yang kutawarkan. Kami tunggu dengan sabar, sampai ia kembali dengan wajah yang tak lagi memerah seperti tadi, nampak lega luar biasa sebagaimana kami.
Bukankah bahagia itu sederhana, demikian katamu bukan? Hihihi....
"Eh, Rio, udan sabunan belum? Di toiletnya ada?" Aku masih penasaran atas penolakannya pada sabun yang kutawarkan.
"Awas, Ndi, jangan pegang-pegang," seorang kawan iseng menggoda Andi yang duduk di sebelah Rio.
"Tadi aku sudah pake hand sanitizer kok," jawab Rio kalem.
Haah?!?! Sejak kapan hand sanitizer berfungsi menghilangkan kotoran dan bau? Setahuku fungsinya lebih ke membunuh kuman, bukan seperti sabun yang membilas kotoran dan bau.
Aku jadi geli membayangkan. Terserahlah, asal jangan dekat-dekat denganku.
Drama lain seputar penumpang hiace saat ramadhan terjadi pada perjalanan pulang.
Saat itu lalu lintas agak macet, hingga kami masih jauh dari titik perhentian di kota Malang. Selama ramadhan, pemilik hiace menyediakan minuman dalam kemasan yang bisa kami gunakan untuk membatalkan puasa ketika mobil belum tiba di tujuan.