Mohon tunggu...
Ainag Al Ghaniyu
Ainag Al Ghaniyu Mohon Tunggu... Buruh - a jannah seeker

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Apakah Anda Juga Terjerat oleh Mi Instan?

10 April 2021   10:51 Diperbarui: 10 April 2021   11:01 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahan penyedap yang tinggi disebut sebagai penyebab terbesar berbagai gangguan kesehatan. Kemudian bahan utamanya, mi setengah matang yang dikeringkan, juga dituding sebagai pihak yang memperdaya fisik manusia. Sekalipun sudah banyak pakar kesehatan dan makanan bergizi, juga para pelaku naturopati meniupkan bujukan untuk menghabisi ketergantungan para penikmat mi instan, sampai saat ini bisnis mi instan terlihat masih menggiurkan.

Mi Instan, Sebuah Ketergantungan 

Jangankan duduk tenang di rumah atau kos-kosan, ketika terjadi bencana pun mi instan menjadi salah satu produk yang paling banyak disediakan (disumbangkan) para donatur, demi sedikit meringankan beban kelaparan para korban. Tumpukan dus mi instan di area-area yang terdampak bencana pasti mengingatkan kita pada tumpukan yang sama di pusat grosir.

Kebanyakan berpikir praktis, setiap orang butuh makanan, dan dalam kondisi bencana saat fasilitas hidup masih terbatas dan banyak kerusakan, makanan instan berupa mi adalah salah satu pilihan terbaik.

Makanan MPASI untuk bocah bayi pun saat ini sudah tersedia dalam bentuk mi instan. Berbeda dengan mi instan yang beredar selama ini, kandungan dan bahannya dianggap lebih ramah untuk anak yang masih belajar mencerna makanan padat. 

Apakah begitu menyiksa jika kita, mencoba, untuk melepas ketergantungan pada mi instan?

Saya punya jawaban pasti, setidaknya berdasar pengalaman pribadi.

Melepas ketergantungan pada mi instan tidak menyiksa.

Saya sudah bertahun-tahun minim sekali mengkonsumsi makanan yang satu ini. Memang, sebelumnya saya juga tidak pernah sampai addicted. Entah bagaimana awalnya, yang jelas sudah belasan tahun saya hanya makan mi instan, kira-kira, tak lebih dari 8 bungkus per tahun. 

Mi instan masih tersedia di rumah hanya beberapa bungkus, tiap bulan, hanya untuk berjaga-jaga bila asisten rumah tangga atau anak-anak menginginkannya. 

Mi instan, tak lebih dari secuil pengobat rasa ingin, bukan kebutuhan utama keluarga kami. Bahkan bukan makanan andalan asisten rumah tangga di rumah kami, karena untuknya tersedia 'makanan layak' yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun