Mi atau bakmi, diketahui dibawa oleh bangsa Tionghoa ke Indonesia ribuan tahun silam. Bagi bangsa mereka, mi dipercaya sebagai lambang panjang umur dan pengharapan untuk sehat seterusnya. Bagi kebanyakan bangsa Indonesia yang telah mengadopsi makanan yang satu ini, mi dianggap sebagai makanan sejuta umat, hidangan paling praktis (untuk diolah/ditemukan dimana-mana), atau bahkan diakui sebagai salah satu pilihan makanan ekonomis.
Mi Instan, Ada Dimana Saja
Sering kita tahu betapa mi menjadi andalan anak kos, pekerja kantoran yang super sibuk, serta mereka yang terjepit uang makan yang telah menipis. Tentu kita sedang membahas mi instan di sini.Â
Mi instan adalah jenis mi yang kemungkinan paling banyak menyentuh sebagian besar orang. Jangankan di Indonesia, di beberapa negara diketahui mi instan produksi pabrik ternama milik sebuah konglomerasi di negara ini sudah tersedia pula. Membuat kerinduan warga Indonesia akan makanan yang satu ini  saat tengah berada di negara asing sedikit terobati.
Dipercaya selain karena faktor harga yang ekonomis dan kepraktisan serta kemudahan memperoleh dan mengolah mi yang satu ini, penyebab lain adalah karena faktor taste tentu saja. Aroma yang menggoda saraf penciuman siapapun yang sedang berada di sekitar mi instan yang tengah mengepul di mangkoknya, niscaya memantik hasrat untuk mencecapnya. Rasa yang bikin nagih, untuk sekelas makanan instan, turut menciptakan barisan addicted yang entah fanatik, entah tak punya pilihan lain.
Pabrikan mi instan di Indonesia yang didominasi entitas milik salah satu taipan tertua di negara ini juga terus-terusan mengeluarkan varian baru nyaris setiap tahun. Dari pilihan rasa maupun kemasan, dari tampilan  siap makannya maupun daerah asal yang menginspirasi mi tersebut dilahirkan.
Kita mengenal mi kemasan plastik yang dibungkus satuan dan harus diolah di atas kompor atau pemanas, namun kita juga tahu tentang mi yang tinggal diseduh air panas tanpa harus dikeluarkan dari wadahnya sudah bisa dinikmati di perjalanan.
Mi Instan Penjerat Lidah
Varian mi goreng, mi rebus, rasa soto, rasa rendang, rasa ayam penyet, rasa super pedas, sampai mi yang berasal dari negeri tetangga dan tengah mewabah berkat tontonan film-film serial, juga grup musik boy and girlband-nya, menghipnotis jutaan penduduk negera ini. Terutama kaum perempuan.
Bumbu penyedap serta bumbu lain yang melengkapi, memperkaya taste sebuah makanan instan, menundukkan selera kebanyakan orang, mencengkeram mereka dalam ketergantungan yang tak berkesudahan.
Beberapa pihak mengklaim kelebihan konsumsi mi tersebut mengakibatkan gangguan kesehatan yang cukup serius. Bahkan beberapa kali diviralkan berita tentang seseorang yang terjangkit penyakit berat juga yang berujung pada kematian, demi menakuti-nakuti para penggemarnya.