Mohon tunggu...
Ainag Al Ghaniyu
Ainag Al Ghaniyu Mohon Tunggu... Buruh - a jannah seeker

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebotol Soda dan Sekeranjang Doa

24 Februari 2021   08:30 Diperbarui: 24 Februari 2021   08:40 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari itu untuk ketiga kalinya selama pandemi saya pulang ke Malang, dari kota tempat kantor saya berada, menggunakan bus patas antar kota. Kondisi terminal tak terlalu ramai penumpang, padahal bus cukup banyak.

 Saya sudah hapal di baris sebelah mana bus patas jurusan Malang menanti penumpang. Tetapi tetap saja menyempatkan menengok kaca depan bus untuk memastikan, karena saya masuk terminal lewat pintu utama sehingga yang terlihat hanya bagian samping bus. Daripada di perjalanan mata lelah ini sudah terpejam, ternyata salah jurusan. Lalu saya terbawa ke negeri antah berantah, bukannya pulang ke rumah.

Tak lebih dari lima penumpang baru ada di dalam bus saat saya naik. Terakhir naik bus jurusan Malang beberapa bulan lalu hanya berisi lima orang pula termasuk supir dan kondektur. Selama pandemi lebih aman begitu rasanya.  Lalu saya memilih kursi di baris keempat di belakang kursi pengemudi. Saat itu tak ada penumpang lain yang menempati kursi di baris depan dan belakangnya.

Tak berapa lama beberapa penjaja makanan minuman naik dan mulai menawarkan dagangan. Seorang bapak berusia lanjut yang membawa sekeranjang minuman beraneka jenis dan beberapa makanan ringan berhenti di baris tempat kursi saya berada.

"Minumnya, Neng?"

Saya yang sedang memperhatikan gawai di tangan hanya menggeleng tanpa mengangkat wajah.

"Atau ini, Neng, untuk di jalan," lanjutnya menawarkan sebungkus makanan ringan.

Saya mengangkat kepala dan masih menggeleng. Sebagai seorang peminum, bekal minuman hampir selalu tersedia aman di tas.

Bapak itu tersenyum kecut lalu berucap,

"Dari tadi belum ada yang beli, Neng ..."

Entah ucapannya benar atau tidak, yang pasti berhasil menggugah perasaaan. Spontan saya trenyuh, apalagi saya lihat penumpang memang relatif sepi.

Segera saya pilih sebotol sprite di antara minuman lain. Sepertinya sudah sepuluh tahun saya tidak minum soda, tetapi saat itu terpikirkan bahwa mungkin bocah di rumah akan senang bila sesekali menikmati minuman ringan itu.

"Berapa Pak?"

"Delapan ribu, Neng," sahutnya dengan mata yang berbinar-binar.

Selembar uang saya ulurkan.

"Ngga usah kembalian, Pak,"

Senyum si bapak makin lebar. Lalu menjawab dengan kalimat yang tak terdengar cukup jelas, berlogat Madura khas daerah setempat.

"Mugi-mugi lancar rezekinya ya, Neng," kalimat itu yang berulang-ulang ia ucapkan dan bisa saya tangkap.

Tangannya yang masih menggenggam uang dari saya dikibas-kibaskan ke atas barang dagangannya. Kebiasaan yang sering dilakukan para pedagang ketika mendapatkan pembeli pertama.

Saya mengangguk dan mengaminkan, lalu kembali pada gawai di tangan.

Rupanya bapak itu masih belum merasa cukup mengungkapkan rasa bersyukurnya. Ia masih melanjutkan mengucap sederet permohonan untuk saya. Meski tidak menangkap jelas apa yang diucapkannya, tapi yakin doa-doa baiklah yang beliau panjatkan. Saya kembali menganggukkan kepala mengaminkan sampai si bapak beranjak menawarkan dagangan ke penumpang lain.

Bus sudah mulai banyak penumpang meski tidak semua kursi terisi. Sebelum bus melaju, si bapak penjaja minuman kembali  untuk menawarkan dagangan pada penumpang di deret sebelah.

Lalu ia menoleh pada saya,

"Sudah banyak yang beli sekarang, Neng."

Ungkapan rasa bersyukur yang sangat besar saya tangkap dari wajahnya saat itu.

Doa yang berulang-ulang dipanjatkan, ekspresi berterima kasih yang ditunjukkan, semacam suplemen nomor satu yang menularkan semangat dan sejuta rasa.

Semangat untuk terus melakukan hal-hal kecil namun punya berarti bagi orang lain. Menangkap sejuta rasa syukur dan terberkati. 

Semua ada pada sebotol soda dan sekeranjang doa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun