Spider-Man: No Way Home besutan Sony dan Marvel yang merupakan lanjutan dari film keduanya, yakni Far From Home akhirnya rilis! Pada film ketiga ini, cerita berpusat pada kehidupan Peter Parker yang menjadi musuh publik pasca ia difitnah dan dibongkar identitasnya oleh Mysterio.Â
Semua orang kemudian meneror Peter dan orang-orang terdekatnya, termasuk tante May, MJ dan Ned yang harus menerima dampaknya. Peter dan kedua sahabatnya itu kesulitan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi karena skandal yang dianggap meresahkan.Â
Dalam kondisi terdesak ini, Peter Parker yang putus asa lantas meminta bantuan Doctor Strange untuk menghapus ingatan semua orang yang mengenal Peter Parker sebagai Spider-Man.Â
Alih-alih menyelesaikan masalah, kecerobohan Peter justru semakin menyeret dirinya pada satu masalah yang lebih besar daripada fitnah Mysterio. Mantra yang diucapkan Doctor Strange tak berhasil dan malah mengacaukan realitas dalam kontinum ruang waktu.Â
Di sinilah asal usul mengapa penjahat-penjahat yang muncul dalam film Spider-Man pendahulu seperti Doc Ock, Green Goblin, Sandman, Lizard, dan Electro dapat masuk ke semesta MCU. Berikut ulasan lengkapnya tentang film yang digadang-gadang sebagai film terbaik 2021 ini.
Eksposisi yang Lemah
Pada permulaan film, kita diperlihatkan tentang Peter Parker yang harus menjalani proses hukum untuk membuktikan tuduhan-tuduhan yang diberikan kepadanya tidaklah benar. Bagian ini menjadi salah satu yang cukup menarik mengingat ini pertama kalinya kita melihat di dalam film mengenai kehidupan Peter Parker setelah identitasnya terkuak.
Namun sayang sekali ide yang menarik itu tidak sejalan dengan eksekusi yang terkesan begitu terburu-buru dan dipaksakan. Terutama pada bagian dimana kasus Peter terselesaikan, yang dibarengi dengan kemunculan Matt Murdock a.k.a Daredevil sebagai pengacara. Padahal, ia menjadi salah satu cameo yang juga sangat dinanti-nanti selain Tobey Maguire dan Andrew Garfield.
Tampaknya Jon Watts dan tim produksi sendiri tidak sabar mengajak penonton untuk menyaksikan kejutan-kejutan di pertengahan cerita sehingga membiarkan plot pada awal film berlalu begitu saja, seakan-akan premis ini memang dibangun hanya untuk menjadi pengiring ke fase berikutnya.