Mohon tunggu...
ainaasymdyu
ainaasymdyu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/mahasiswa

Menulislah untuk dikenal dunia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Monolog

12 Januari 2025   09:55 Diperbarui: 12 Januari 2025   09:55 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siapa pantulan hina itu?

Mengapa maniknya menatapku?

Tatapannya yang begitu sayu

Bagaikan sinar bulan yang meredup

Tak kuasa hati ingin bertanya

Siapa dirinya?

Yang berlumuran hitam

Seakan meminta penghakiman

Entah apa yang terjadi padanya

Sayap patah, luka dimana-mana

Rasa sakit yang tak seberapa

Hanya untuk menunggu cahaya

Yang bisa mengembalikan hidupnya

Ada apa denganmu, diriku?

Bukankah hidupnya sempurna?

Lantas mengapa meminta cahaya

Yang tak dihadiahkan untukmu?

Adakah hasrat ingin menghakimi?

Membalaskan orang yang membuatmu sepi

Dirimu yang tak dihargai

Mencampakkan sesuka hati

Maka rajamlah orang itu

Dengan kayu serta batu

Karna dia tak berhak buka mulut

Untuk menghidupkan api yang tersulut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun