Mohon tunggu...
Aimee Charissa
Aimee Charissa Mohon Tunggu... Editor - Pelajar

Saya suka menulis, dan sangat bahagia saat bernyanyi...

Selanjutnya

Tutup

Film

Coco: Kisah Emosional dalam Dunia Sejuta Warna

16 Februari 2024   10:30 Diperbarui: 16 Februari 2024   10:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 22 November 2017, Walt Disney dan Pixar sekali lagi menunjukkan kehebatannya dengan merilis film fantasi berjudul “Coco” yang sukses besar di industri hiburan. “Coco” disutradarai oleh Lee Unkrich yang memang cukup terkenal dengan hasil karyanya dalam dunia animasi. Film berlatar belakang Mexico ini mengangkat tema kekeluargaan yang penuh makna. Banyaknya unsur yang menarik dalam film membuat “Coco” memikat hati para penonton dari berbagai kalangan dan berhasil menerima berbagai penghargaan. 

Film ini menceritakan kisah Miguel, seorang anak Mexico yang memiliki kecintaan besar terhadap musik meskipun keluarga besarnya sangat membenci dan menentang adanya keberadaan musik di tengah-tengah mereka. Kebencian keluarga Miguel terhadap musik dimulai ketika nenek buyutnya, Mama Coco, ternyata memiliki seorang ayah yang pergi meninggalkan keluarga demi mewujudkan mimpinya untuk menjadi musisi. Sejak saat itu, Mama Imelda, ibu dari Mama Coco dengan tegas melarang segala bentuk musik dalam keluarganya. Akhirnya, Mama Coco pun hidup menjadi seorang nenek yang masih tidak bisa melupakan ayahnya. Rasa rindu terhadap ayahnya selalu melekat dalam dirinya meskipun tahun demi tahun telah terlewati.

Prinsip keluarga Miguel untuk menentang segala bentuk musik masih tetap teguh. Namun, hal tersebut tidak pernah membuat mimpi Miguel untuk menjadi pemusik surut. Keadaan itu mengharuskan Miguel untuk berjuang lebih keras dalam melakukan hobinya. Miguel pun terpaksa harus melakukan hobinya secara diam-diam.

Keinginan Miguel menjadi pemusik terinspirasi dari seorang musisi legendaris Mexico bernama Ernesto de la Cruz. Kekaguman yang besar terhadap Ernesto de la Cruz membuat Miguel secara diam-diam masuk ke dalam makam idolanya itu. Tak disangka-sangka, disana ia mengalami kejadian ajaib. Tiba-tiba saja Miguel berteleportasi masuk ke dalam Dunia Kematian yang membawanya bertemu Mama Imelda beserta keluarga lainnya dan bahkan de la Cruz! Disanalah petualangan Miguel yang sebenarnya dimulai. Masuknya Miguel ke dalam Dunia Kematian tidak hanya berhasil mengungkap rahasia besar keluarganya, tetapi juga meluruskan segala kesalahpahaman, termasuk  menghilangkan rasa benci keluarganya terhadap musik. Kisah petualangan Miguel di film “Coco” tak hanya mengundang gelak tawa namun juga sukses menyentuh hati kami sebagai penonton sampai meneteskan air mata sedih sekaligus haru. Dikutip dari artikel liputan6.com dengan berjudul “Film Animasi Coco Bikin Kritikus Menangis” yang diperbarui pada 24 November 2017. film ini mampu membuat banyak kritikus menangis saat menontonnya.

Film “Coco”  ini sebagian besar menceritakan mengenai keluarga di mana di dalamnya terdapat perselisihan dan kesalahpahaman, komunikasi antar orang tua dan anak yang kurang baik serta kurangnya dukungan bagi cita-cita anak. Hal ini muncul dalam beberapa adegan dalam film “Coco” yakni perdebatan antara Miguel dengan neneknya maupun orang tuanya. Miguel merupakan anak yang sangat berambisi untuk menjadi seorang musisi yang hebat seperti kakeknya, namun hal itu tidak didukung oleh keluarganya lantaran keluarga Miguel telah mengalami masa yang kurang baik atau trauma akibat musik itu sendiri. Namun, Miguel  tetap bersikeras akan cita-citanya saat itu untuk tetap menjadi musisi. Disini terlihat bahwa Miguel sedang berada dalam perjalanan mencari identitas dan jati dirinya.

 

Suatu ketika, Miguel ingin mengikuti sebuah kompetisi musik. Ia meminjam gitar milik kakeknya lantaran keluarga Miguel tidak ada yang mendukungnya sebagai musisi maupun bermain alat musik. Namun, hal tersebut justru membawa Miguel pergi terjebak ke alam baka dan menemui keluarganya yang telah meninggal. Di dalam perjalanannya ke alam orang mati ini terdapat isu yang paling penting dalam film Coco, yakni penghormatan kepada para leluhur yang sudah meninggal dimana Miguel belajar untuk menghormati dan mengingat orang-orang yang telah meninggal dunia dalam keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari perjuangan Miguel yang akhirnya berusaha keluar dari alam orang mati dengan tujuan membantu keluarganya untuk dapat mengingat kembali kakeknya yang telah dilupakan, dan memajang foto kakeknya kembali setelah menyanyikan lagu ‘Remember Me’ dengan neneknya yakni putri dari Hector agar kakeknya (Hector) tidak pergi untuk selama-lamanya.

Dalam film ini, kita bisa melihat jelas bahwa setiap tokoh memiliki wataknya masing-masing yang membuat mereka memiliki peran yang berbeda-beda, baik protagonis, antagonis, ataupun tritagonis. Dante sebagai pemeran utama (protagonis) memiliki sifat pemberani dan pantang menyerah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kegigihannya dalam mewujudkan mimpinya menjadi seorang musisi terlepas dari keluarganya yang sangat menentang musik. Selain Miguel, terdapat tokoh lain, yakni Hector, sang kakek buyut. Hector bisa kita lihat sebagai tokoh yang optimis dan penuh semangat sekaligus humoris. Ia juga memiliki tekad yang kuat untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu. 

Namun, sebuah film tidak akan menarik tanpa adanya peran antagonis yang memunculkan konflik. Dalam film “Coco”, Ernesto de la Cruz adalah tokoh yang berperan antagonis. Mengapa demikian? Peran antagonis Ernesto de la Cruz ditunjukkan dengan sifat egoisnya yang tega membohongi banyak orang hanya dengan mencuri karya orang lain demi menjadi musisi. Selain ketiga tokoh tersebut, banyak juga tokoh pendukung lain dengan keunikannya masing-masing yang juga tak kalah dalam menarik perhatian penonton. Tokoh-tokoh tersebut ialah Mama Imelda, Mama Coco, Dante, Abuelita, dan masih banyak lagi!

Tak hanya menunjukkan tokoh menarik serta cerita yang mampu membuat penonton merasa terhanyut di dalamnya. Film ini juga menyajikan visual yang patut diacungi jempol. Menurut kami, Pixar berhasil menggambarkan suasana Mexico yang ramai dan meriah, sangat sesuai dengan ekspektasi kami tentang Mexico. Unsur budaya Mexico yang dimasukkan dalam film pun juga terlihat mengesankan dan kami rasa berhasil membuat penonton mengenal sedikit lebih dalam tentang budaya Mexico. Tak hanya itu, tiap karakter dalam film Coco didesain dengan sangat menarik, tiap-tiap karakter memiliki perbedaan yang unik dalam penampilannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun