Mohon tunggu...
Aiman Witjaksono
Aiman Witjaksono Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan TV

So Called Journalist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penelusuran Kasus: Siswa Magang Sekolah, Lalu Hilang Sampai Sekarang

23 September 2019   10:13 Diperbarui: 23 September 2019   10:22 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Kalau memang sudah meninggal, saya ikhlas. Tapi ini tak ada kabar, mas. Saya tidak tahu, apakah anak saya ini masih hidup atau sudah mati.

Kalau masih hidup, bagaimana keadaannya sekarang.

Bahagia, sengsara, atau tersiksa.. saya tak kuat kalo ingat ini, mas!"

Kepada saya, Lucia Martini menceritakan kegundahan hatinya. Ia tak tahu lagi bagaimana mencari anaknya, setelah 9 tahun lalu menghilang hingga sekarang.

Diliputi kabar tak jelas, Martini tetap berupaya mencari anaknya yang tidak jelas. Meski kini, tak tahu lagi caranya. Ia berterima kasih karena mengangkat kisahnya, dengan harapan ada yang mengenali dan menyampaikan kepadanya soal kabar putranya, Ignatius Loyola Denny Murdani.

Hal yang sama juga dirasakan oleh orang tua lainnya, Djoko Purnomo. Ia juga kehilangan putranya, Ginanjar Nugraha di waktu yang sama. Ia bahkan telah mencari hingga ke luar pulau untuk menemukannya. Nihil hasil yang diraih. Ia kehilangan anaknya 9 tahun silam saat putranya bersama dengan putra Martini dan satu siswa lagi bernama Agiel Ramadhan, mengikuti program Magang dari sekolahnya di SMK Sanden, Bantul, Yogyakarta.

BERMULA DARI MAGANG SEKOLAH, PADAHAL DIPEKERJAKAN
Kejadian bermula pada bulan November 2009. Setelah difasilitasi dan direkomendasikan pihak sekolah, bahkan oleh sang Kepala Sekolah, Ahmad Fuadi, sebanyak 72 Siswa SMK Sanden Bantul, Yogyakarta mengikuti program magang sebagai bagian kurikulum program sekolah di Bali. Tepatnya di pelabuhan Benoa, yang dipilih karena melayani pelayaran Internasional.

Ke-72 siswa SMK ini ditempatkan di berbagai perusahaan. Ada yang ditempatkan di kapal barang, kapal penumpang, hingga kapal pencari ikan. Kebetulan ketiga siswa ini, Denny, Agiel, dan Ginanjar, ditempatkan di kapal KM Jimmy Wijaya yang merupakan kapal pencari ikan.

Mereka diarahkan pihak sekolah untuk ditempatkan di Kapal ini. Orang tua Denny, Lusia Martini mengungkap bahwa meski magang, putranya dijanjikan mendapat upah hingga 8 juta rupiah. 

Dua bulan berlayar, lancar - lancar saja. Putra - putra mereka bahkan selalu menelpon saat bersandar di pelabuhan. Dicantaranya di Merauke, Papua dan Kupang, Nusa Tenggara Timur.

KEJANGGALAN YANG SAYA TANYAKAN PADA IBU KORBAN
Denny kepada ibunya saat bersandar di Merauke, Papua, sempat meminta uang untuk membeli pulsa.

Saya yang mewawancarai Ibu Martini, bertanya kepadanya, "Ibu.., tidakkah sebuah kejanggalan, anak ibu yang magang dijanjikan gaji perbulan 8 juta rupiah, selain itu 2 bulan berjalan justru meminta pulsa ke ibu?" tanya saya.

Martini baru menyadari kejanggalan ini, setelah saya bertanya kepadanya,

"Saya ga pernah berpikir sejauh itu, mas. Saya baru ngeh, setelah mas tanyakan ini!"

DIJANJIKAN GAJI 8 JUTA, MINTA PULSA, LALU HILANG...
Tak lama setelah meminta pulsa, beberapa pekan setelahnya, ketiga orangtua siswa SMK ini mendapat surat yang menyatakan kapal pencari ikan yang ditumpangi anak-anaknya hilang kontak di sekitar perairan Timor Leste menuju ke Australia. 

Pemberitahuan ini justru bukan dilakukan pihak sekolah, tetapi langsung dari perusahaan Kapal Pencari Ikan.

Ketiga orangtua siswa SMK ini langsung menuju pihak sekolah mencari keterangan. Kala itu sekolah belum mengetahui apapun terkait peristiwa ini. Sejumlah orangtua pun langsung menuju ke Bali, untuk mengetahui kondisi sesungguhnya.

Terkejut apa yang didapat. Ternyata para siswa ini bukannya magang, tetapi dipekerjakan dengan memalsukan usia yang rata-rata berumur 16 tahun. 

Pihak Sekolah pun terkejut dengan fakta ini. Pihak sekolah kala itu mengklaim mempercayakan pada sosok yang bernama Mugiri. Belakangan Mugiri diketahui sebagai calo pencari kerja. Mugiri sendiri akhirnya diadili dan telah divonis penjara atas kasus ini.

Saya mencoba mencari Kepala Sekolah SMK Sanden, Bantul, Yogyakarta, yang menurut para orangtua sempat meyakinkan para orangtua untuk ikut program magang di kapal pencari ikan di Bali. 

Adalah Ahmad Fuadi, sang kepala sekolah yang mengatakan kepada saya, bahwa ia merasa kecolongan atas peristiwa ini. Ia mengaku telah melakukan berbagai cara untuk mencari keberadaan 3 siswanya, di antaranya dengan berkoordinasi dengan Pemprov DIY hingga Kepolisian. Namun gagal. Ia pun mengaku sempat duduk di kursi pesakitan alias pengadilan menjalani sidang, meskipun hanya sebatas sebagai saksi.

Saya akui, saya kecolongan, ya habis bagaimana lagi, saya akui itu!" kata Fuadi, sang kepala sekolah kepada saya. 

Wawancara saya dengan sang Kepala Sekolah, termasuk proses pencariannya, akan ditayangkan lengkap di Program AIMAN, hari Senin (9 September 2019) pukul 8 malam di KompasTV.

DIMANA MEREKA?
Lalu dimana keberadaan ketiga anak, siswa SMK yang magang ini sejak 9 tahun silam?

Tak ada yang tahu. Apakah kapalnya tenggelam, faktanya tak pernah ditemukan fisik dan maupun jenazah dari kapal ini. Apakah ada unsur kesengajaan, sehingga ketiga anak ini menjadi korban perbudakan di kapal pencari ikan? Tak ada pula yang bisa memastikan.

Yang jelas, ketiga orangtua meyakini, anaknya masih hidup. Kami sangat yakin, karena tak ada tanda ataupun firasat yang kami rasakan, kata Samsiah, ibu dari Ginanjar. Hal yang sama juga disampaikan Martini, ibunda Denny.

Dimana mereka?

Hanya doa orangtua yang bisa menyelamatkannya. Tak terbayang perasaan orangtua yang tak mendapati kejelasan hingga sekarang.

Semoga ketiga mereka ditempatkan oleh Tuhan di tempat terbaik, dimanapun!

Saya Aiman Witjaksono...

Salam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun