Mohon tunggu...
Aiman Witjaksono
Aiman Witjaksono Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan TV

So Called Journalist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Hilang, Organ Lenyap

20 Januari 2019   12:24 Diperbarui: 20 Januari 2019   14:26 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: regional.kompas.com

Sungguh kejadian yang berada di luar perkiraan. Peristiwa yang melampaui akal sehat. Di tengah proses politik yang tengah bergulir, tak jauh dari Ibu Kota, terjadi peristiwa yang begitu menyeramkan. Namun nyaris tak terdengar beritanya, karena tertutup gaduh pemilu yang tidak memiliki substansi kemanfaatan bagi rakyat banyak.

Letaknya tak sampai 100 kilometer dari Jakarta, meski harus dilalui dengan jalan yang tidak biasa, berkelok khas jalan di lereng bukit selatan Jawa Barat. Letaknya di Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Jika di tarik garis lurus, maka letaknya kira - kira pertengahan antara Pelabuhan Ratu dengan Geopark Ciletuh. Di tempat inilah terjadi peristiwa yang sudah dinyatakan Polisi sebagai peristiwa pembunuhan, saya tambahkan dengan kata sadis. Betapa tidak, Ada sayatan persis di sisi kiri tubuh anak yang memiliki nama Nujurmudin alias Godek, yang baru berusia 12 tahun. Ia baru tahun lalu putus sekolah, bukan karena malas, tapi orangtuanya tidak lagi memiliki biaya. Padahal ia masih semangat, meski harus berjalan melintasi bukit dan hutan sekitar 3 kilometer menuju sekolahnya. Empat tahun sudah, sejak kelas 1 Sekolah Dasar ia lalui itu semua.

Cermati Sayatan!

Kembali ke soal sayatan. Dari hasil otopsi informasinya diterima oleh Program AIMAN-KompasTV, positif dinyatakan bahwa robek di sisi kiri tubuh sang anak adalah sayatan. Jadi jika disimpulkan akibat dimangsa binatang buas, maka tidak sesuai dengan hasil otopsi forensik.

Fakta kedua adalah, sayatan ini menyebebkan hilangnya lengan kiri dan sejumlah organ. Apa saja yang hilang?

Saya akan menceritakan mulai dari sayatannya. Perhatikan arah sayatan! Sayatan bermula dari pangkal lengan kiri, persis di ketiak bagian kiri, terus berjalan ke bawah, dan berhenti di pinggang belakang, persis di tempat Ginjal berada.

Tak hanya itu, kulit kepala bagian atas dan belakang juga lenyap-mohon maaf-bagian kepala nyaris hanya tersisa tulang tengkorak. Organ yang hilang yakni, mulai dari kedua mata, hingga perut bagian bawah, yakni hati hingga ginjal. Semuanya lenyap tak dapat ditemukan di sekitar tempat penemuan jenazah Nujurmudin yang hanya beberapa ratus meter dari rumahnya.

Bagaimana ceritanya ia bisa hilang 36 jam, dan ditemukan di tempat yang sangat dekat di rumahnya?

Ayah Warga Malaysia Keturunan Pakistan

Peristiwa bermula saat fajar menyingsing pada Senin 24 Desember 2018 lalu. Ia pergi ke ladang untuk memberikan benih tanaman pada perkebunan milik Perhutani, yang digarap keluarganya. Sekitar pukul 6 pagi ia bergegas keluar dari rumahnya. Namun hingga sore hari, ia tak kunjung pulang. Malam harinya keluarga, kakak tiri dan tetangganya mencari. Ia memang tinggal dengan ayah tiri dan ibu kandungnya. Ia memiliki beberapa saudara tiri. Ayah Nujurmudin berkebangsaan Malaysia dan keturunan Pakistan. Menurut keluarga, ayahnya meninggal saat Nujurmudin masih balita. Lalu ibunya yang merupakan seorang  TKI yang bekerja di Malaysia, pulang ke Indonesia. Entah cerita sesungguhnya seperti apa, yang jelas Nujurmudin memiliki kondisi fisik yang berbeda jelas dari para saudara tirinya.

36 Jam Menghilang, Ternyata Tak Jauh dari Rumah

Pada malam itu, keluarga tak menemukan satupun petunjuk. Hingga pencarian dihentikan. Pada keesokan hari pencarian dilanjutkan sejak pagi hari, namun lagi - lagi seharian tidak menemukan korban. Alhasil setelah belasan jam mencari, ternyata Nujurmudin ditemukan justru tak jauh dari rumahnya. Padahal sebelumnya menurut kakak tiri korban, Abdurahman, Ia dan pencari lainnya melewati jalan di mana ditemukan jenazah korban. Janggal! Jadi dimana Jenazah Nujurmudin selama 36 jam terakhir?

Kejanggalan Demi Kejanggalan

Kejanggalan kedua adalah, korban ditemukan dalam kondisi sejumlah organ vitalnya hilang. Tetapi yang aneh, tidak ada satupun jejak darah  apalagi organ tubuh di sekeliling wilayah dekat di mana jenazah ditemukan. Jika dibunuh di tempat yang sama, pasti akan terdapat petunjuk yang bisa digunakan Penegak Hukum untuk mendalami kasus ini. Faktanya tidak ada satupun petunjuk. Sehingga Polisi menyimpulkan, eksekusi pembunuhan korban dilakukan di tempat yang berbeda.  Inilah mengapa, korban sempat hilang 36 jam, sebelum jenazahnya ditemukan.  Kejanggalan ketiga adalah, organ tubuh yang hilang adalah organ tubuh yang sangat mahal bahkan bisa miliaran rupiah di jual di pasar gelap. "Bisa miliaran untuk satu organ, hati misalnya" tutur Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Arist Merdeka Sirait, yang diwawancara Program AIMAN, yang tayang setiap pukul 8 malam di KompasTV.

Kesamaan Pada Kasus Pencurian Organ Tubuh Anak

Meski demikian, kesimpulan apakah korban "dimangsa" sindikat perdagangan organ tubuh atau tidak, masih menunggu keputusan hasil penyelidikan Polisi. Jika jawabannya iya, maka ini adalah kejadian pertama yang berhasil diungkap Polisi sepanjang sejarah. Kejadian serupa sebenarnya pernah terjadi di Kampar, Riau pada Maret 2016 lalu. Korban bernama Angelika berusia 11 Tahun.  Arist Sirait sempat datang menemui keluarga Angelika Boru Pardede dan melakukan pengamatan di Jasad anak ini dari hasil forensik. Arist mengungkapkan, kejanggalan Angelika dan Nujurmudin, sama!  Hasil penyelidikan Polisi terhadap kasus Angelika belum tuntas hingga nyaris 3 tahun berlalu.

Meski baru 2 pekan hilang, Angelika ditemukan tinggal kerangka. "Seluruh organ vitalnya lenyap tak berhasil ditemukan. Ada pula kesamaan dengan kejadian yang belum lama ini dibongkar atas perdagangan organ tubuh anak di Nepal yang akan dijual ke India. Sayatannya sama persis dengan yang terjadi pada Nujurmudin!" Papar Arist.

Bukan soal berapa jumlah korban, tetapi sampai kapan kejadian serupa akan terus berulang.

Penyelidikan harus tuntas dilakukan.

Saya Aiman Witjaksono...
Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun