Mohon tunggu...
Aiman Witjaksono
Aiman Witjaksono Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan TV

So Called Journalist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Waras dan Mendadak Buas

4 Maret 2018   23:41 Diperbarui: 4 Maret 2018   23:49 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya kejadian biasa, namun lama kelamaan menjadi luar biasa. Daerahnya meluas, korbannya sama, pemuka agama. Sementara pelakunya, gangguan jiwa. Ini yang menjadi dasar, mengapa kasus ini menarik untuk di telusuri lebih lanjut. Apa yang saya dapatkan?  Sebuah kejanggalan yang menarik dicermati!

Penelusuran Aiman

Awalnya saya, dalam program AIMAN, hendak memilih dua kasus yang terjadi di Bandung, Jawa Barat. Pertama adalah kasus penganiayaan terhadap Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah, KH Umar Basri di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kemudian kedua adalah kasus penganiayaan yang menyebakan tewasnya tokoh organisasi keagamaan dari Persis (Persatuan Islam)- Organisasi Massa Islam terbesar di Jawa Barat-Ustaz Prawoto. 

Almarhum Ustaz Prawoto, adalah Komandan Brigade Pengurus Pusat Persis.  Keduanya  data dari Polisi diduga dianiaya oleh orang yang memiliki gangguan jiwa. Tapi proses penyelidikkan atas gangguan jiwa pada kedua tersangka ini, masih terus dilakukan Polisi. Kasus KH Umar Basri di Cicalengka, diusut oleh Polres Bandung, sementara kasus tewasnya Ustaz Prawoto diusut oleh Polrestabes Bandung.

Hidupnya Kembali Isu PKI dan "Naga Hijau" di Masa Reformasi

Kasus ini bersama dengan kasus lainnya di Jawa Timur kemudian seketika menjadi viral. Termasuk mengaitkan dengan gonjang -- ganjing sebelum pemberontakan PKI tahun 1948 di Jawa Timur, dimana terdapat pembunuhan ratusan pemuka agama, kala itu, yang jasadnya ditemukan di sumur tua di Magetan, Jawa Timur.  

Ada pula yang mengaitkan dengan kasus "Naga Hijau" -- istilah yang disebut Presiden ke- 4 Almarhum Gus Dur dan Almarhum KH Hasyim Muzadi -- mengacu pada pembantaian sejumlah guru agama dan kyai di Jawa Timur, pada rentang masa reformasi 1996-1998 dengan dalih dukun santet. 

Data dari tim investigasi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menyebutkan jatuh korban  hingga 253 pemuka agama di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Pada kasus "naga hijau" ini, hingga detik ini, masih abu-abu, siapa dan mengapa pembantaian ini dilakukan. 

Yang jelas yang menjadi eksekutor lapangan, seolah -- olah adalah warga biasa alias, namun kalaa itu, ditambah dengan orang berpakaian misterius ala Ninja.

Hoaks Seirama di Media Dunia Maya

Kini, kasusnya di Jawa Barat tak lebih dari 2 kasus, berdasarkan data dari Kepolisian. Sementara di Jawa Timur, insiden serupa terjadi di Lamongan namun tidak sampai menimbulkan korban jiwa, ketiganya dilakukan oleh orang dengan dugaan gangguan jiwa, setidaknya berdasarkan pemeriksaan sementara Polisi. Kasus yang sedikit berbeda, namun dengan target sama juga terjadi di Yogyakarta, yakni pada Pastor Karl-Edmund Prier SJ di Gereja Katolik Santa Lidwina, Sleman. 

Romo Prier, juga sempat dirawat di Rumah Sakit, akibat seragan senjata tajam, oleh Suliyono yang belakangan tengah diselidiki keterkaitannya dengan jaringan teroris. Ada pula laporan namun tidak sampai pada penyerangan, yakni di Pandeglang, Banten, dan  Tuban, serta Madiun, Jawa Timur. Uniknya semua terkait dengan Teror Orang dengan Gangguan Jiwa.

Baik pada waktu PKI 1948 dan kasus "Naga Hijau" pada masa peralihan reformasi, terjadi kekhawatiran skala nasional. Begitu pula, pada saat ini, seolah ingin diciptakan suasana serupa. Setidaknya banyak berita bohong (hoaks), yang berseliweran di berbagai media sosial, mengiringi peristiwa -- peristiwa ini. Ada apa?

Fokus pada Satu Kasus

Saya kembali pada penelusuran saya. Seperti saya katakan di atas, awalnya saya hendak melakukan investigasi pada dua kasus di atas. Tetapi dalam perjalanannya, saya menemukan kejanggalan pada kasus Cicalengka. Sehingga saya memutuskan untuk fokus pada kasus Cicalengka, yakni penganiayaan KH Umar Basri.  Apa yang saya dapatkan?

Keterkejutan Saya!

Sungguh terkejut saya, ketika mendapatkan jawaban dari adik KH Umar Basri, yakni KH Dudung Zaenul Alam, ia mengungkapkan bahwa sebulan sebelum penyerangan, Asep Ukin-Sang Tersangka-seringkali duduk -- duduk di pelataran Masjid Pondok Pesantren Al Hidayah, Cicalengka. Ia tak sendiri!  Ada temannya yang biasanya bersama dengan Asep. 

Namun karena keduanya punya perawakan layaknya orang biasa alias "normal" maka tidak ada satupun santri ataupun pimpinan pondok pesantren yang menaruh curiga kepada keduanya. 

Sebagai catatan, saat ini tersangka penyerang dari KH Umar Basri, hanya satu orang, yakni Asep Ukin. Siapa orang kedua tersebut?  Saya mencoba mencarinya ke tempat dimana Asep tinggal, sekitar 1 kilometer dari lokasi Pesantren Al Hidayah, termasuk ke Pasar Cicalengka, tempat Asep juga sering bermain selama setahun terakhir di Cicalengka. Hasilnya, sosok orang kedua tersebut misterius. 

Berangkat ke Tempat Asal Sang Penyerang di Garut

Saya kemudian memutuskan untuk berangkat ke Garut, Jawa Barat, rumah keluarga Asep Ukin, yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Cicalengka, Jawa Barat. Di sini, saya justru mendapatkan keterangan yang semakin mengejutkan. 

Bahwa Asep Ukin, selama di Cicalengka, sering mondar -- mandir, Bandung -- Garut, sendiri! Ia jelas dan tidak pernah tersasar untuk pulang ke rumahnya di Garut, Jawa Barat, dari Bandung. Sungguh hal yang berada di luar bayangan, jika dikaitkan dengan orang dengan gangguan jiwa. Lengkapnya terkait  temuan -- temuan saya, akan saya paparkan dalam tayangan program AIMAN yang hadir pada Senin pukul 8 malam.

Konfirmasi ke Kapolda

Sayapun mengonfirmasi kepada Kapolda Jawa Barat, Inspektur Jenderal Polisi Agung Budi Maryoto, terkait semua hal yang saya temukan dalam penelusuran saya. Polisi masih terus mendalami semua kejadian -- kejadian ini, dan mengungkapkan tidak akan berhenti pada satu tersangka jika ada kemungkinan lainnya.

Lalu kini pertanyaannya, apakah kejadian -- kejadian penyerangan yang misterius ini, adalah sebuah kebetulan atau ada pihak lain di belakang?

Bukanlah sesuatu yang utama untuk dijelaskan. Tetapi penyelidikan yang mendalam penting untuk dilakukan, untuk menuntaskan jawaban tak waras dan mendadak buas. Jangan sampai terulang kasus sebelumnya, dimana ada peristiwa tanpa jawaban. Hingga menjadi dosa sejarah di masa depan!

Saya Aiman Witjaksono, Salam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun