Mohon tunggu...
Aiman Khazim
Aiman Khazim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pendakian Pertama

5 April 2023   23:37 Diperbarui: 5 April 2023   23:47 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pendakian pertama ini saya dapatkan di Gunung Kembang. Gunung Kembang berada di Kabupaten Wonosobo. Gunung Kembang ini memiliki ketinggian 2320 MDPL. 

Pendakian tahun 2019, bersama dengan 7 orang berangkat bersama dari Pekalongan dengan 4 motor. Sudah salah sejak awal karena kami mendaki di musim hujan.

Perjalanan kami dari Pekalongan ke Wonosobo diiringi rintik hujan yang seringkali deras. Hingga tiba di Basecamp Gunung Kembang pada sore hari, jalur pendakian ditutup karena cuaca ekstrem. Kami beristirahat di Basecamp sembari menunggu kabar cuaca dan dibukanya jalur pendakian untuk kami memutuskan untuk mendaki atau tidak. 

Saat kami tengah berbincang di Basecamp, datang tim rescue yang membawa dua pendaki yang menderita hypothermia, sontak itu membuat kami shock. mereka yang dengan alat yang lengkap saja masih terkena hypothermia, sedangkan kami dengan alat seadanya akan bagaimana?

Setelah bertanya-tanya pada teman dari 2 orang yang terkena hypothermia, kami mendiskusikan kembali apakah akan lanjut mendaki atau tidak. Sampai akhirnya setelah shalat isya, kami memutuskan untuk mendaki. 

Mengisi data, membayar simaksi dan diperiksalah kembali barang bawaan kami. Penjaga basecamp yang memeriksa barang bawaan memarahi kami karena headlamp yang kami bawa cuma 4, dia bilang kalu kami hanya membawa 4 headlamp itu sama aja cari mati. Akhirnya kami menyewa headlamp lagi untuk keamanan perjalanan kami.

Mulailah kami berjalan menyusuri jalur dengan kebun teh sebagai pembuka, sedikit mistis karena ada yang mendengar suara namanya dipanggil tapi tidak ada sosoknya. 

Mulai memasuki hutan, kami mendapati pohon besar yang roboh di jalur pendakian. Menyusuri hutan di sepanjang jalur dengan diguyur hujan sesekali tak membuat kami menyerah, hingga jalur yang semakin sulit dan hujan yang semakin deras membuat kami lebih mengeluarkan effort dalam berjalan. 

Lucunya sandal gunung yang saya gunakan sampai memutar bertukar posisi kaki dibawah dan sandal di atas kaki, karena jalurnya naik dan air yang menuruni jalur sangat deras sehingga sangat licin. Kami menyerah dan memutuskan untuk mencari tempat camp untuk beristirahat karena berjalan malam hari dan hujan deras sangat menguras energi kami.

Kami mendirikan 2 tenda. Ada kejadian mistis yang dialami teman saya, yaitu saat mencuci kaki di sumber air ia berbicara pada sosok yang menyerupai teman kami, yang jelas ia pergi sendiri dan teman kami yang ia liat itu ada bersama kami sedang menyiapkan tenda dan masak. Kejadian itu agak lucu dan serem juga karena posisi kami yang lelah dan lapar, namun kami tetap mendirikan tenda dan masak untuk makan malam. 

Setelah semua siap, kami makan bersama bergurau satu sama lain, setelah kenyang kami masuk tenda dan bersiap untuk tidur. Tidur kami tak nyaman karena tenda yang kami gunakan bocor dan ada kubangan air. Tenda yang pas-pasan membuat kami tidur berdesakan seadanya, posisi tidur saya pun duduk dengan lutut ditekuk dan tidur membungkuk karena space yang sempit.

Pagi tiba kami bangun dan memasak untuk mengisi perut pagi itu. Ada kejadian lucu kala kami memasak, tempat yang kami gunakan untuk camp itu miring, dan anehnya ada satu teman kami dengan tidak merasa berdosa buang air kecil di atas tenda kami, yang mana jelas-jelas itu mengalir melintasi tenda, suasana pecah tertawa lepas. 

Setelah kami kenyang kami mendiskusikan untuk lanjut atau turun, dan kami memutuskan untuk turun karena keadaan kami dan cuaca yang tidak memungkinkan. Kami turun ke basecamp, makan, mandi, lapor ke penjaga, mengembalikan barang sewaan dan bersiap untuk pulang. Hujan lebat mengiringi perjalanan pulang kami. 

Lucunya, karena kaca helm teman saya yang menyetir turun terus, di sepanjang jalan saya memegangi kaca helm dia, dan saya sempat tertidur di jalan bahkan sempat akan jatuh namun karena teman saya melihat dari bayangan, spontan langsung membangunkan saya dan menyelamatkan saya tidak jatuh dari motor. Sampai akhirnya kami tiba di Pekalongan dan pulang ke rumah masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun