"Menurutmu?" Nimas balas bertanya.
"Ingin melihat lukisanku?" tebak Dare. Nimas tak menjawab.
"Kau datang bersama Andika?" tanya Dare lagi. Nimas tetap tak bersuara, yang dilakukan wanita itu hanya terus menatapnya dengan sorot mata tak bersahabat. Ia lalu meraih kaki palsu dan mengenakannya kembali, lalu berdiri dan bermaksud mengajak Nimas bicara di lantai dasar.
Tiba-tiba Nimas melemparkan secarik kartu undangan pada Dare dengan kasar. Laki-laki itu memungutnya segera.
"Apa kurang jelas? Aku akan menikah!" gertak Nimas.
Dare mengangguk. "Aku tahu."
"Kamu tahu bahwa aku akan menikah dengan Andika dan sengaja menjalin hubungan bisnis dengannya, 'kan?"
"Tidak. Aku dan dia bertemu di acara pameran tanpa sengaja dan menjadi akrab setahun lalu. Aku pun tidak tahu jika tunangan Andika adalah kamu."
"Setelah kau tahu bahwa Andika akan menikahiku, kau akan datang ke pernikahan kami?"
"Tentu aku aka datang-"
"Untuk menghancurkan pernikahanku, 'kan?" Suara Nimas meninggi.