Mohon tunggu...
Ailul Hidayah
Ailul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Kota Mukalla, Yaman

בשם אללה הרחמן והרהום

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tiga Serangkai Semit dan Pentingnya bagi Seorang Muslim Mempelajarinya

30 April 2023   09:31 Diperbarui: 2 Mei 2023   23:12 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Al-quran yang merupakan kitab suci umat Islam ialah  berbahasa Arab karena sesuai yang difirmankan oleh Allah dalam Al-quran bahwasannya Allah Menurunkan dan Menjadikan Al-quran itu dalam Bahasa Arab. Yah itu mungkin adalah aggapan yang kita anut jika hanya mempelajari bahasa Arab saja. Namun ternyata jika kita mau membaca dan melakukan kajian yang mendalam.Dapat kita temukan berbagai macam kosa kata yang ternyata terdapat juga didalam bahasa lain, misalnya kata “Yam” yang sama artinya dengan “bahr” yakni laut terdapat juga didalam bahasa ibrani dengan arti yang sama, kata “Asfara’ dalam alquranjuga terdapat dalam bahasa Syriak/Suryani dan Ibrani yang juga memiliki arti yang sama yaitu kitab/buku, dan masih banyak lagi kosa kata asing lainnyabahkan Imam As suyuthi didalam kitabnya Al Itqon Fi Ulumil Quran menulis bab khusus yang menjelaskan tentang kosa kata asing didalam Alquran.Ada sekitar 100 kosa kata lebih,bukan hanya mencakup bahasa ibrani dan suryani saja melainkan bahasa bahasa lainnya juga seperti Turki, Koptik,Nabatean,India,Yunani,Berber, Persia, Ethiopia,Negro juga terdapat didalam Alquran.

Sejumlah orientalis mencoba mengkaji Alquran dari segi kebahasaanya, Arthur Jeffery misalnya menulis buku The Foreign Language of Quran yang didalam mukoddimahnya dia sedkit menjelaskan kembali tentang klasifikasi kosa kata asing yang dibuat oleh Imam As Suyuthi, Michael Carter mengatakan bahwa karya jeffery ini merupakan kajian yang masih kekal dan
nantinya akan sangat berpengaruh terhadap kajian orientalis mengenai kosa kata asing didalam alquran.Dalam karya jeffery ini menurut zammit dapat kita temukan sekitar 256 kosa kata asingyang menurutnya ada yang berupa kata pinjam yang terdiri dari kata nama (nouns) dan kata sifat(adjectives).

Michael Carter mengkategorikan empat kategori yang terdapat didalam buku jeffery ini yaituperkataan yang tidak memiliki akar kata pada bahasa arab seperti kata "zanjabila", berikutnya adaperkataan yang mempunyai akar kata dalam bahasa arab tetapi Alquran menyiratkan makna yang berbeda,kemudian ada Perkataan yang mempunyai akar kata dalam bahasa arab namun karena kata tersebut dari segi maknanya telah berkembang maka didalam alquran kata tersebut tidak boleh dipahami secara literal, dan yang terakhir perkataan yang sukar difahami atau dijelaskan
maknanya seperti kata qaswara.

 Beberapa orientalis yang lain menggunakan tema ini untuk mencari kesalahan Alquran dari sisi kebahasaannya,misalnya saja seperti yang dilakukan oleh Abraham Geiger yang merupakan seorang orientalis sekaligus reformis yahudi, dalam karyanya yang berbahasa bahasa jerman “was hat mohammed aus dem denthume aufgenommen "( Apa yang muhammad telah curi dari yahudi) dan karya lainnya judaisme and islam dia beranggapan banyaknya istilah istilah Ibrani didalam
Alquran mengindikasikan bahwasannya Al-quran banyak mengadopsi dan terpengaruhi oleh Yahudi, dan juga dia mengatakan bahwasannya Al-quran bukankah sebuah kitab suci yang otentik.Menurut Abraham Geiger terdapat sekitar 14 kosa kata dalam Al-quran yang direkontruksi ataud diadopsidari basa ibrani, contohnya kata tabut yang menurutnya bahwa kata ini bukanlah dari bahasa Arab tetapi telah dikonstruksikan dari bahasa ibrani karena akhiran “ut’ tidak ditemukan pada bahasa arab asli, dan juga kata ini memiliki arti yang serupa dengan tradisi yahudi, jika dalam Al-quran makna tabut adalah peti penyimpanan taurat dan perjanjian.

Maka didalam tradisi yahudi tabut mengacu pada makna atau dimaknai pada saat nabi musa diletakkan oleh ibunya ke dalam perahu dan bermakna perjanjian, selanjutnya kata kata taurat, jannatu adn, sakinah, malakut,Furqan, taghut, darasa, ahbar ma’un, matsani, jahannam, dan rabbani dianggap juga terkontruksiatau diadopsi dari bahasa ibrani, oleh karena itu geiger menjadikan hal tersebut sebagai signifikasi dan penguat bahwasannya alquran memang mengambil kosa kata dari bahasa ibrani, selain mengkaji kebahasaan Alquran, ia juga mengkaji tentang ajaran ajaran islam yang ia klaim juga banyak mengadopsi dan mengambil ajaran ajaran yahudi.

Theodore Noldeke kemudian mengembangkan apa yang telah dikaji geiger sebelumya.Pada usia yang masih muda ia juga pernah menulis esai yang hampir sama dengan Geiger dengan judul “Apa yang muhammad pinjam dari yahudi” . Noldeke sudah memulai melakukan kajian komprehensif membongkar segala elemen yahudi didalam alquran mulai dari esainya itu. Bahkan dalam pendapatnya yang lain dia seperti menuduh nabi muhammad salah mengadopsi ataumenggunakan kosa kata syiriac yang terdapat didalam Alquran.Ia juga telah menulis karya yang berjudul Foreign Words in The Koran Which are Employed Arbitrarily and Improperly ( Kata Kata Asing di dalam Alquran yang digunakan secara sembarangan dan tidak pada tempatnya ) didalam karyanya itu dia membahas pengaruh kosa kata asing terhadap quran dan dari judul karyanya itu kita bisa menebak bahwa noldeke memilki sikap yang negatif terhadap Quran. Salah satu karya kontroversial juga telah ditulis oleh seorang Orientalis yang memiliki nama samaran Cristopher Luxenberg dengan judul The Syro-Aramaic Reading of the Koran: A Contribution to the Decoding of the Language of the Koran.( cara membaca Alquran dengan bahasa syiriak-aramaik: sebuah sumbangsih upaya pemecahan kesulitan memahami bahasa Al Quran).

Dalam bukunya ini ia mencoba membuat perspektif baru terhadap Alquran, dari bukunya tersebut kita bisa menyimpulkan mengenai pendapatnya, bahwasannya bahasa Alquran itu sebenarnya adalah modifikasi dari bahasa syricak karena banyak pembendeharaan kosa kata yang cocok pada bahasa syiriak tetapi Alquran seakan akan merubah dari bentuk aslinya ke bentuk lain yang membuat Alquran sukar dipahami, oleh karena itu perlu mengembalikan kosa kosa kata tersebut kedalam bentuk aslinya yakni bahasa syiriak dan untuk mendapatkan pemahaman yang benar terhadap Alquran maka tidak boleh dibaca menggunakan bahasa arab melainkan menggunakan bahasa syiriak

Bahasa Syriak ini merupakan bahasa yang masih satu rumput dengan bahasa arab dan bahasa ibrani serta beberapa bahasa lainnya yang kita kenal dengan istilah semit atau bahasa bahasa semit. Bahasa Syriak dialek aramaik ini merupakan bahasa yang oleh sebagian ulama islam mengatakan bahwasannya Yesus/Isa menggunakan bahasa ini dalam kesehariannya, makanya kristen ortodoks timur tengah kitab perjanjian barunya menggunakan bahasa ini bukan bahasa yunani.  Huruf huruf bahasa ini juga sangat mirip dengan huruf huruf bahasa arab yang menyebabkan beberapa orientalis bahkan juga Luxenberg menyatakan Tradisi Arab Tulis ditrasnmisikan Melalui Media Kristen yang berbahasa Syriak Aramaik itu.

Salah seorang orientalis bernama Rev Mingana dibdalam bukunya Leaves from Three Abcient Quran Possibly Pre’othmanic : With a ist of their variants dia menyatakan “The first of the Arabic Vowels is unknown to history. The opinion of Arab authors, on this point, are too worthless to be quoted"(Penemu pertama huruf hidup bahasa arab tidak dikenal oleh sejarah. Mushtafa Al Azami didalam bukunya The History The Quranic Text From Revelation to Compilation : A Comparative Study with the old and new Teastaments meberikan sedikit penjelasan mengenai penegasa Rev Mingana terhadap pernyataannya itu bahwasannya monastri ( biara), sekolah dan Universitas Syriak telah membangun sebuah sistem di antara tahun 450-700 M. Dia juga berkata “ dasar dasar huruf hidup bahasa Arab adalah berdasarkan pada huruf hidup aramaik.Nama yang diberikan pada huruf hidup ini merupakan bukti yang tak terbantah dari ketelitian pernyataannya : seperti Phath dan Phataha, Menurut Rev Mingana juga, Orang Arab tidak menjelaskan sistem ini sehingga pada akhir pertengahan abad ke delapan masehi, melalui pengaruh sekolah Baghdadi, yang dibawah arahan para ilmuwan Nestorian di mana Hunain yang cemerlang itu telah menulis karyanya tentang grammar Syriak.

Mustafa Al Azami didalam bukunya itu membantah Argumen Rev Mingana, Dia mengatakan Grammar Bahasa Syriak menemukan identitasnya melalui usaha Hunain bin Ishaq, bertentangan dengan keyakinan Rev Mingana , Karangan Hunain tentang bahasa Syiriak itu tidak memengaruhi grammar bahasa arab karena sibawaih tokoh besar grammar bahasa arab, meninggal dunia sebelum hunain lahir, Hunain sendiri sebenarnya adalah buah atau hasil dari peradaban islam. Dia belajar bahasa arab di Basra, dari seorang murid mahasiswa terkenal yang pernah belajar leksikografi muslim kenamaan yakni Khalil bin ahmad Al Frahidi. Pernyataan Al azami itu tersebut meskipun sederhana tapi cukup mengkonter pendapat orientalis seperti Rev minganana. Karya Al azami diatas yang didalamnya banyak terdapat kritikan terhadap orientalis yang mengkaji alquran,namun kita tidak akan temukan kritikan terhadap pemikiran Luxenberg.

Luxenberg yang telah kita singgung sedikit sebelumnya, mengenai karya kontroversialnya itu, yang dimana luxenberg mengkalaim bahwa bahasa Asli Alquran bukanlah bahasa arab melainkan bahasa syiriak. salah satu contoh dari penelitian luxenberg ini adalah kata Quran yang jika kita membaca kitab kitab ulumul quran maka akan kita temukan penjelasan Bahwasannya Quran itu adalah masdar dari kata Qaraa yang artinya membaca atau dari kata qarana yang artinya mendekatkan atau menghubungkan, pemahaman ini dibantah oleh luxenberg. Menurutnya ini keliru, karena kata Quran itu berasal dari kata Qeryana pada bahasa syirik yang berarti ajaran liturgi dari injil kuno. Bahkan dia mengatakan bahwa Alquran itu bukan hanya bahasanya saja yang diambil dari bahasa syriak aramaik melainkan juga ajarannya pun ternyata diambil dari tradisi kitab Yahudi dan krsiten syria ( peshitta) yang menyebabkan alquran sekarang tidak otentik. Dia juga menyatakan transmisi teks alquran dari nabi muhammad tidak dilakukan secara lisan sebagaimana keyakinan kaum muslim, Alquran yang ada sekarang bukanlah Wahyu Allah, dia menyatakan teksgAlquran asli yang sebenarnya berbahasa syrian aramaik itu telah lenyap karena dimusnahkan oleh khalifah Utsman bin Affan dan Alquran yang pada kita sekarang merupakan akal akalan Utsman bin Affan saja.

Pendapat Luxenberg ini sudah dikritik juga oleh sejumlah orientalis dan para ahli, misalnya seorang peneliti bernama syamsudin arif telah memberikan sanggahan sanggahan yang ilmiah terhadap pendapat dan teori Luxenberg ini, ia mengatakan bahwa luxenerg telah keliru karena mengnggap Alquran boleh dibaca berdasarkan tulisannya sehingga pembaca boleh seenaknya berspekulasi mengenai suatu bacaan, Luxenberg seperti menganggap bahwa tulisan adalah segalanya sehinga mengganggap manukrip adalah patokan. Sehingga segala bacaan Alquran harus didasarkan untuk mengacu pada teks manuskrip tersebut, Anggapan Luxenberg yang menyamakan Alquran dan Bible, yang dimana seperti boleh untuk diubah bahka di otak atik jika dirasa tidak masuk akal, Syamsudin Arif melanjutkan bahwa ketiga asumsi tersebut digunakan oleh luxenberg sebagai tiang atau pondasi argumennya yang tanpa dicek terlebih dahulu bukti kebenarannya.

Setelah melihat dan menguraikan pemikiran para orientalis yang mengkaji alquran dari segi kebahasaan, yang dimana diantara mereka beberapa mencoba membuktikan bahwa Alquran itu bukan murni Bahasa Arab, bahkan juga mereka juga mencoba membuktikan keorisanalitas bahasa Arab, yang menurut dari beberapa mereka telah mendapat pengaruh dari bahasa Syriak contohnya seperti Argumen Rev Mingana tadi yang sudah dikritik oleh Al Azami, ada juga seperti Abraham Geiger dengan kata kata tidak sopan dalam judul esainya yang menganggap nabi Muhammad Pencuri.Karena telah mencuri beberapa kosa kata ibrani yang dimasukkan kedalam Alquran, begitupulah Nodelke,luxenberg yang juga mengkritik kebahasaan Alquran, saya jadi berkesimpulan mempelajari bahasa Ibrani dan Syriak yang sering dijadikan kajian kebahasaan oleh para orientalis dan menuduh bahwa Alquran banyak mengadopsi kosa kata dari kedua bahasa ini adalah sangat Urgen jika kita memang benar benar ingin membuktikan keorinalitas kebahasaan Alquran yang benar benar bahasa Arab, Mengetahui atau mungkin bisa menguasai kedua bahasa itu bersamaan dengan bahasa arab adalah sebagai modal yang sangat Utama. Saya telah membaca beberapa jurnal ketika menulis ini. Yang saya dapati beberapa pembelaan yang dilakukan oleh cendekiawan muslim kita ketika mengkritik orientalis seperti Luxenberg bukan malah langsung meneliti kedua bahasa itu, Ibrani dan Syriak, untuk membuat Argumen balasan atau kritiksn, melainkan mengutip pendapat para orientalis lain yang sebelumnya juga sudah mengkritik luxenberg, begitupulah ketika mengkritik geiger yang dikutip juga pendapat orientalis yang mengkritik geiger. Hal seperti ini menurut saya membuat kita seperti ada ketergantungan terhadap orientalis, apakah kita tidak bisa meneliti sendiri yang kemudian diuraikan dalam suatu karya tanpa banyak bergantung pada penelitian orientalis? meskipun penelitian yang kita kutip membela
keyakinan kita,tapi tetap saja itu seperti membuktikan tidak adanyan kemandirian akaedmis pada cendekiawan muslim.

Membalikkan teori para orientalis perlu kita kaji kembali secara komprehensif mengenai apa yang telah dikaji mereka khususnya, kebahasaan Alquran tanpa harus banyak mengutip pendapat para orientalis. Disinilah pentingnya mempelajari kedua bahasa itu.,ketiga bahasa ini ditambah bahasa arab yang saya menyebutnya sebagai tiga serangkai karena berasal dari rumpun bahasa yang sama, disebut dengan bahasa semit nisbah kepada anaknya nabi Nuh yang bernama Sam, dan juga ketiga bahasa ini ,menurut saya menunjukkan identitas Tradisi Abrahamik yang melahirkan Yahudi, Kristen, dan Islam sebagai agama yang dibawa oleh risalah Nabi Muhammad. Ibrani, Syriak, dan Arab menjadi Bahasa kitab pada ketiga agama tersebut.

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Zaid bin Tsabit diperintah oleh Rasulullah untuk mempelajari Bahasa Syriak dan Ibrani supaya ketika Rasulullah ingin menuliskan surat kepada mereka bangsa yahudi dengan bahasa itu maka yang menulisnya adalah Zaid bin Tsabit begitupulah ketika mendapat surat dari mereka, maka Zaid bin Tsabitlah yang akan membacakannya untuk Rasulullah. Meskipun Riwayat tersebut tidak bisa dijadikan argumen kesunahan mempelajari bahasa Ibrani dan Syriak tetapi, sekali lagi saya mengaskan lagi dengan melihat gencarnya Orientalis mengkritik Alquran dengan menggunakan kedua bahasa tersebut, maka seyogyanya bagi kita seorang muslim menulis sebuah karya untuk membalas karya mereka yang mengkritik Alquran, yang tentunya juga harus mengkaji kedua bahasa ini dengan komprehensif, membedah, atau mengkritik tiap kritikan yang mereka lontarkan terhadap Alquran. Satu kata yang mereka kritik dari Alquran maka hendaknya juga kita bisa memberikan balasan balik terhadap kritikan tersebut dengan lengkap dan tentunya komprehensif dengan mengkaji tiap satu kata yang mereka kritik dari Alquran tersebut, dan apa yang saya opinikan ini sepertinya belum ada seorang muslimpun yang melakukan, yang mau meluangkan waktunya untuk melakukan hal tersebut. Semoga saja ada muslim yang mau melakukan ini, Membalas kritikan mereka dengan berbasiskan kajian yang mandiri tanpa harus sebisa mungkin melibatkan kajian Orientalis yang lain, Aamin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun