Ach Dhofir Zuhry merupakan penulis buku Mencangkul di Yunani, sebuah buku ringkas yang mengurai peristiwa awal mula kemunculan filsafat di Yunani dan menjelaskan biografi singkat para filsuf yunani serta juga menerangkan seperti apa pemikiran pemikiran filsafat mereka . Salah satu hal yang bisa dikatakan cukup menarik dari buku ini adalah dari pemberian nama judul buku dengan menggunakan kata “Mencangkul”.Alasan Penulis menggunakan kata” mencangkul” pada judul bukunya ini dapat kita lihat pada tulisannya di awal paragraf Bab pertama kata penulis “ketika cangkul diayunkan dan ditancapkan ke bumi, kemudian di tarik kembali di atas, permukaan tanahpun tergali dan bagian dalamnya terkuak, mencangkul adalah usaha mempersiapkan tanah untuk ditanami apapun saja ,Tanah yang tak dicangkul sulit untuk ditancapi tanaman. “. Kemudian ada juga pernyataan penulis pada bab kedua penulis menganalogikan filsafat sebagai cangkul, kata penulis “ Dalam hal ini filsafat lebih diposisikan sebagai metode dan alat, sehingga bagi petani, filsafat adalah cangkul dan cara mencangkul yang benar, manakala seorang petani tahu dan memiliki cangkul yang proporsional (ontologi) dan bisa mencangkul secara prosedural ( epistemologi) dan lantas merawat tanamannya dengan baik tentu hasil taninya akan maksimal (aksiologi) maka jadilah ia petani yang philosophia alias filsuf di bidang pertanian”. Dengan demikian jika kita ingin memasuki dunia pikir perfilsafatan itu sangat mudah dan sederhana, kita tidak dituntut untuk cerdas atau jenius, yang kita perlukan Cuma satu yaitu sikap kritis, dantentunya hal ini bisa dilakukan oleh siapapun, kemudian penulis melanjutkan dengan pertanyaan “bagaimana itu bisa dilakukan? Marilah kita jalan jalan ke Yunani, menapaki setiap inci tanahnya, mencangkul setiap jengkal gemburnya, sebab apapun yang hendak kita tanam ( benih, tanaman, beton, atau bahkan ide) kita harus mencangkulnya. Dan khusus filsafat maka kita mesti mecangkulnya di Yunani”.
Sesuai dengan judulnya tiap tiap judul dari bab pada buku ini pasti diawali dengan kata “Cangkul”,misalnya pada Bab pertama dinamai dengan “Cangkul Pertama”,oleh penulis begitupula dengan bab kedua dinamai dengan “Cangkul Kedua” dan seterusnya.
Pada bab pertama atau cangkul ysang pertama kita diajak mencangkul untuk menemukan asal muasal,pengertian,maksud dan tujuan filsafat.Dalam penjelasannya di bab ini penulis juga sering mengutip pernyataan pernyataan dari filsuf, contohnya Asy Syahrastani seorang filsuf muslim. Menurut Asy Syarastahni, philosopia berarti mahabbah al hikmah (cinta pada kebijaksanaan ), dan orangnya (faylasuf) disebut muhibb al hikmah (orang yang cinta kebijaksanaan) kemudian ia juga mengutip salah satu pernyataan Aristoteles “ melakukan kebaikan adalah identic dengan kebahagiaan” yang maksudnya bahwa kebaikan kebahagiaan itu sendiri bisa diraih melalui kebijaksanaan baik dengan mengetahui kebenaran maupun melaksanakan kebaikan, Bahkan puncak manusia paripurna adalah manusia yang bijaksana. Inilah manusia filosofis.
Kemudian pada paragraf berikutnya penulis menjelaskan maksud manusia filosofis, bahwa manusia filosofis adalah manusia yang memliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual,selain filsuf yang diatas ia juga mengutip pernyataan filsuf filsuf lainnya seperti Al Farabi, Al kindi, Descartes, Immanuel kant dan lain lain,
Didalam bab ini dijelaskan juga mengenai antara filsafat dan kitab suci, penjelasan filsafat sebagai ilmu pengetahuan kemudian filsafat sebagai ilmu kritis yang dijelaskan oleh penulis bahwa filsafat itu berangkat dari logika, logika lahir dari sikap kritis, dan sikap kritis bermula dari rasa heran, satu saja rasa heran akan melahirkan seribu pertanyaan filosofis, satu pertanyaan filosofis dan seterusnya, Bab ini di akhir dengan pembahasan apa tugas filsafat
Kemudian berikutnya cangkul kedua atau bab dua yang judulnya penemuan akal budi. Pada bab ini dikatakan bahwa karena akal budi inilah manusia jauh berbeda dan lebih mulia dari makhluk makhluk lainnya, kemudian juga dengannya dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta manusia dapat mengarahkan hidupnya dalam sinar “ sinar pengetahuan”.Lalu dijelaskan juga kronologi yang sangat singkat dari lahirnya filsafat Yunani yang awalnya lahir dari Rahim mitologi dewa dewa, Awalnya dari mytos itulah orang orang macam Pythagoras (580-500 SM), Xenophanes (570-480 SM) ,Heraklytos (540-475 SM), Protagoras (480-411 SM) Socrates (499-399 SM), Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) secara garis besar yang dapat “dicangkul” dari Yunani adalah tradisi kritis, yakni mendobrak kesalahan publik dan membongkar kebohongan mitos mitos para dewa dan alam semesta. Inilah yang kemudian menjadi tugas filsafat , di samping menggagas lahirnya pengetahuan untuk kemudian melahirkan kebijaksanaan
Yang terakhir dari bab ini adalah adalah penjelasan periodisasi barat yang pertama meliputi zaman Yunani kuno bercorak kosmosentris, kedua adalah zaman abad pertengahan yang ciri pemikirannya adalah teosentris, berikutnya yang ketiga yaitu zaman abad Modern yang corak pemikirannya adalah antropologis dan terakhir adalah Abad Kontemporer yang ciri pokok pemikirannya adalah logosentris.
Cangkul ketiga atau bab ketiga pada buku ini membawa kita lebih dekat dengan Filsafat dan Yunani. Ada sebuah quotes pada mukaddimah bab ini “Anda adalah Yunani dan helenisme adalah nafas anda”. Penulis mengatakan bahwa filsafat bukan tentang dunia yang jauh di luar sana, bukan pula tentang pemikiran yang menjauh dari standar rasio kebanyakan orang. Filsafat adalah tentang kita, tentang dunia manusia dan apapun yang mengeram pada setiap denyut kehidupan. Filsafat itu ada disini bukan ada disana atau bahkan tidak ada tidak disana. Filsafat adalah pikiran anda, dan filsuf adalah Anda sendiri. Anda adalah Yunani dan helenisme adalah nafas anda. Pada bab ini juga diuraikan juga unsur unsur dan cabang filsafat yaitu Epitesmologi,Ontologi dan Aksiologi. Di akhir bab ini disebutkan tokoh tokoh filsuf Yunani dengan tahun masa hidupnya beserta corak pemikiran filsafatnya
Pra Sokratik adalah nama dari cangkul yang keempat atau bab keempat. Pada bab ini dimulai dari Miletos, sebuah kota negeri Ionia atau Yunani Kuno ,yang disebut juga Tanah Para Filsuf. Karena Filsuf Yunani assabiqunal awwalun seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes lahir disini.
Pembahasan pertama dimulai dari manaqib Thales(640-546 SM) yang termasuk Tujuh Orang Bijak dari Yunani(Seven Sages of Greek) yang menurut Plato mereka itu adalah Thales dari Milestos, Chilon dari Sparta, Myson dari Chen, Pittacus dari Mytilene, Bias dari Prience, Solon dan Cleobulus. Pokok pemikiran dari Thales adalah bahwa alam semesta ini terbuat dari air.
Anaximandros(611-547 SM) adalah murid dari Thales, Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales tetapi meninggal dua tahun lebih dahulu. Kota Miletos menghormati jasa jasanya dengan dibuatkannya sebuah patung. Filsafat Anaximandros bertumpu pada pencarian asas asas alam semesta. Ia menemukan sebuah asas utama dan terakhir dari alam semesta yaitu yang tak terbatas (to apeiron).
Berikutnya ada Anaximenes(538-480 SM), Manaqib/Biografi darinya tak begitu jelas. Filsafatnya dimulai dengan sebuah pertanyaan tentang apa di balik semesta, lalu dia beranggapan bahwa asal usul segala sesuatu adalah kabut atau uap.Dia juga beranggapan bahwa bumi ini berbentuk meja bundar yang melayang layang di atas uap yang maksudnya mungkin udara.
Mazhab Pythagoras tidak lain berasal dari ajaran ajaran Pythagoras (571-497 SM).Pythagoras lahir di pulau samos yang termasuk daerah ionia yang sekarang adalah wilayah turki bagian barat. Ciri khas dari Pythagoras dalam dunia filsafat ia mendirikan semacam ordo religius yang ajarannya bercorak aliran kebatinan, Para pengikutnya sangat memegang tegus prinsip eksoterisme
Kemudian selanjutnya adalah Xenophanes (570-480 SM) berasal dari Kolophon yang kemudian dia minggat dan menetap sisilia, Xenophanes membantah antropomorfisme dewa, artinya dewa seakan akan berupa manusia, ia juga beranggapan bahwa dewa tidak punya permulaan dan abadi. Xenophanes juga berpandangan bahwa yang satu adalah ilahi , yakni dewa dari segala dewa, Tuhan itu sendiri
Herakleitos hidup di Ephesos di Asia Kecil. Ia memiliki julukan “ Si Gelap”(Ho Skoitenos).Ia juga dikatakan filsuf yang sok dan sombong karena memandang rendah rakyat yang bodoh dan menuduh kebanyakan manusia itu jahat. Doktrin pemikirannya adalah “yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu”
Salah satu filsuf Yunani kuno yang memiliki pengarah besar adalah Parmenides (515-455 SM). Ia lahir di kota Elea di Italia Selatan. Pemikiran Parminedes adalah kebalikan dari Herakleitos. Parmenides beranggapan bahwa gerak dan perubahan tidak mungkin. Menurutnya realitas merupakan keseluruhan yang bersatu , tidak bergerak atau berubah
Dialektika adalah filsafatnya Zeno (490-446 SM). Zeno lahir di Elea. Ia menuangkan ajaran ajarannya dalam beberapa buku dan fragmen yang kemudian semuanya sudah hilang, ia memulai pandangannya tentang dialektika dengan satu hipotesis.
Dalam Mazhab Pluralisme ada dua tokoh penting yaitu Empedokles (495-435 SM) yang lahir di Agrigentum, pulau Sisilia dan ia juga berasal dari golongan bangsawan, pemikirannya adalah tentang anasir yang empat. Berikutnya ada Anaxagoras (500-428 SM). Ia lahir di Klazomenai, Ionia, Asia Kecil. Pemikirannya tidak jauh berbeda dengan Empedockles. Untuk selanjutnya ada tokoh penting Mazhab Atomisme yaitu Leukippos dan Demokritos (460-370 SM).
Kita beralih ke cangkul selanjutnya, Cangkul kelima atau Bab Kelima yang dinamai dengan “Terbentuknya Karakteristik Yunani. Sub Bab pertama tentang Kaum Sofis. Sofis merupakan sebuah nama yang diberikan kepada sekelompok filsuf yang hidup dan berkarya pada zaman yang saman dengan Sokrates sekitar abad ke 5 SM. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kemunculan mereka, seperti Perkembangan Athena, Kebutuhan akan Pendidkan, dan Terjadinya Alkuturasi Budaya di Athena, Tokoh Tokoh yang terkenal antar lain, Gorgias (483-375 SM) yang lahir di Leontinoi, Sisilia, Hippias yang hidup sekitar abad ke -5M, Kritias dan Prodikos yang juga hidup pada abad sekitar -5M
Socrates (470-399 SM) merupakan seorang filsuf yang memengaruhi banyak pemikiran pemikiran filsuf setelahnya, secara historis filsafatnya mengandung pertanyaan karena ia sendiri tidak pernah diketahui menuliskan buah pemikirannya. Sokrates membedakan tipe manusia (jiwa manusia dan cara hidup) yakni Akal budi(reason), Semangat (spirit),dan Nafsu ( Desire), ia juaga membagi masyarakat menjadi tig akelas yaitu Pedagang yang bekerja mencari uang sebanyak banyaknya (nafsu), Prajurit yang bekerja memelihara tata masyarakat (semangat) dan Filsuf yang berfungsi sebagai penguasa (akal budi) ia juga kemudia membagi rezim menjadi lima tipe yaitu Aristokrasi, Timokrasi, Oligarki, Demokrasi dan Tirani. Socrates diadili karena tiga dakwaan; meracuni pikiran kaum muda, tidak mempercayai dewa dewa dan membuat paradigma baru.
Kemudian yang dibahas selanjutnya adalah Plato ( 427-347 SM) sebagaimana filsuf filusf lainnya yang oleh penulis ada yang disebut gus,kiai, , dan lain lain, Ia menyebut Plato dengan Ustadz Aflathun. Plato lahir Ketika Athena sudah diramaikan oleh para filsuf dan kaum sofis ,Ketika akhir hidupnya sekitar umur tujuh puluh tahun, Ia diseret ke pengadilan dengan tuduhan miring. Ciri khas karya Plato yakni bersifat sokratik, berbentuk dialog, dan terdapat banyak mite
Selanjutnya yaitu Aristoteles (384-322 SM), Ia mengelompokkan 10 Macam Logika antara lain subtansi, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan, posesi, aksi, dan pasivitas. Tentang persoalan gerak (motion) dan perubahan (change), Ia mengelompokkan menjadi yang ada, yang tidak ada, dan diantara yang ada dan yang tidak ada
Kemudian filsuf berikutnya yaitu Epikuros. Ia lahr tahun 314 SM dan dia membangun sekolah filsafat di Athena dengan nama Epikurianisme pada tahun 300 SM, dia wafar pada tahun 270 SM. Pokok pemikirannya adalah Metafisika yang dibangun dari teori fisika atomis Heraklitos, kemudian di Etika, ajarannya adalah kenikmatan. Baginya, apa yang baik adalah yang menghasilkan nikmat dan yang buruk adalah yang menghasilkan sebaliknya.
Selanjutnya adalah Plotinus, Lahir di Lykopolis, Mesir pada tahun 204 M, ia mempuna pemikiran tentang trinitas wujud yang ia sebut, Yang Esa (To Hen), Intelek (Nous) dan Jiwa (Psyke) yang pada nantinya konsep ini bisa dibilang dijadikan dogma dalam ajaran Kristen.
Dan Pembahasan yang terakhir dari buku ini ialah membahas mengenai kaum Stoa yang ajarannya disebut Stoisisme.
Penulis dalam buku ini banyak menggunakan kata kata yang bisa dibilang cukup akrab di lingkungan pesantren, penulis menyebut para filsuf dengan sebutan sebutan seperti kiai Socrates, Ustadz Aflathun, Gus Parmenides, Sayyid Aristoteles dan sebagainya,Mungkin karena Latar Pendidikan dan sasaran pembacanya adalah santri, istilah istilah tersebut akhirnya digunakan oleh penulis. Ia juga banyak mengawali tiap tiap pembahasan dengan kata kata bijak atau bahkan puisi.
Karena ini adalah buku yang cukup ringkas bisa dibilang banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dari segi penjelasan atau pengenalan tiap tiap tokoh atau filsuf yang minim, ada beberapa filsuf yang pra sokratik dan kaum sofis yang menurut saya kurang dijelaskan mengenai biografi dan pemikirannya, dan juga penulis beberapa kali tidak konsisten dalam menyebut filsuf dengan sebutan seperti gus ,kiai dan ustadz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H