Selanjutnya adalah Plotinus, Lahir di Lykopolis, Mesir pada tahun 204 M, ia mempuna pemikiran tentang trinitas wujud yang ia sebut, Yang Esa (To Hen), Intelek (Nous) dan Jiwa (Psyke) yang pada nantinya konsep ini bisa dibilang dijadikan dogma dalam ajaran Kristen.
Dan Pembahasan yang terakhir dari buku ini ialah membahas mengenai kaum Stoa yang ajarannya disebut Stoisisme.
Penulis dalam buku ini banyak menggunakan kata kata yang bisa dibilang cukup akrab di lingkungan pesantren, penulis menyebut para filsuf dengan sebutan sebutan seperti kiai Socrates, Ustadz Aflathun, Gus Parmenides, Sayyid Aristoteles dan sebagainya,Mungkin karena Latar Pendidikan dan sasaran pembacanya adalah santri, istilah istilah tersebut akhirnya digunakan oleh penulis. Ia juga banyak mengawali tiap tiap pembahasan dengan kata kata bijak atau bahkan puisi.
Karena ini adalah buku yang cukup ringkas bisa dibilang banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dari segi penjelasan atau pengenalan tiap tiap tokoh atau filsuf yang minim, ada beberapa filsuf yang pra sokratik dan kaum sofis yang menurut saya kurang dijelaskan mengenai biografi dan pemikirannya, dan juga penulis beberapa kali tidak konsisten dalam menyebut filsuf dengan sebutan seperti gus ,kiai dan ustadz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H