Siapa yang tidak kenal dengan Anime yang satu ini, yang sudah eksis dari dulu sebelum saya lahir. ketika baru saja Indonesia menyongsong Era yang baru ke Era Reformasi yang terjadi dikarenakan mahasiswa menuntut soeharto untuk mengundurkan diri dengan melakukan demo secara besar besaran di seluruh Indonesia, dan akhirnya terwujud pada tanggal 12 Mei 1998,Soeharto mengundurkan diri juga. satu tahun sebelum itu One Piece untuk pertama kalinya terbit sebagai Manga dengan volume pertama yang berjudul Romance Down.
Echiro oda namanya, seorang mangaka pencipta One Piece, yang telah menginspirasi banyak mangaka karena kesuksesannya yang bisa kita lihat dari karyanya One Piece yang telah sukses dan laku di seluruh penjuru dunia, dan konon Echiro Oda masih lama mau menamatkan One Piece ini, yang jelas tentunya hanya Tuhan dan Echiro Oda sendiri yang tahu kapan One Piece ini akan tamat.
Mungkin itu sedikit perkenalan dari one piece yang lebih mirip basa basi, meskipun saya tidak memperkenalkan pasti sudah banyak yang tahu.
Berbicara mengenai Eksistensi dan Esensi pasti akan saling berkesinambungan, ada filsuf yang mengatakan eksistensi dulu baru setelah itu esensi. Menurut saya ini bisa dibilang benar juga karena jika dipikir lebih lanjut esesni itu tak akan ada jika eksistensi tidak ada, maka yang duluan ada adalah eksistensi baru esensi, karena adanya eksistensi lah makanya kita bisa mengetahui esensi dari sesuatu, eksistensi erat kaitannya dengan wujud dari sesuatu yang berkaitan dengan keberadaan,sedangkan esensi bisa dibilang berkaitan dengan jenis sesuatu yang membedakannya dengan jenis yang lain, untuk penjelasan mengenai hal ini bisa dilihat pada tulisan saya sebelum ini mengenai Mahiyyah, Haqiqah dan Huwiyyah
Lalu apa kaitannya kedua hal tersebut dengan Tren Maraton One Piece?
Mungkin kita bisa bertanya langsung kepada mereka yang melakukan tren ini, saya tidak tau sejak kapan Tren ini dimulai, menurut pengamatan saya di medsos baik itu WA, IG, FB atau bahkan Tik Tok, mereka yang mengikuti Tren ini pasti akan membuktikan hasil kerja keras mereka untuk menyelesaikan menonton anime One Piece dari episode pertama sampai yang rilis sekarang, ada yang 1 tahun, 6 bulan, 4 bulan, 2 bulan, bahkan saya pernah melihat postingan di Tik tok dari orang yang menyelesaikan menonton Anime ini dari awal hingga lebih seribu episode hanya beberapa minggu, menurut saya ini sungguh gila kalau dia benar melakukan hal itu, kalau mau dihitung estimasi waktunya, maka selama beberapa minggu itu waktunya hanya diforsir untuk menonton One Piece saja! mungkin dia hanya istirahat makan dan tidur saja, sulit dibayangkan seperti apa kondisinya setelah menuntaskan one piece.kalau dia seorang siswa/mahasiswa atau pekerja apakah itu tidak mengganggu keproduktifannya? Kalau pengangguran masih oke sih, wajar saja dia melakukan itu karena sudah pasrah dengan keadaan
Oleh karena itu saya bingung apa yang sebenarnya dikejar atau yang ingin dicapai oleh orang orang yang melakukan tren ini, apakah eksistensinya?,untuk membuktikan secara keberadaan bahwa dia adalah wibu , ataukah fans one piece sejati yang bisa dibuktikan bahwa dia rela membuang waktunya yang berharga bahkan mungkin produktif hanya demi menonton anime one piece yang seribuan episod itu ataukah ingin mengetahui esensi cerita dari anime one piece?
Jikalau ingin mengetahui esensi ceritanya saya pikir cukup membaca komik/manga nya saja yang hanya 100 volume lebih, saya juga dapat mengetahui esensi alur cerita dari one piece bukan dari animenya melainkan dari komiknya yang dulu saya baca ketika waktu masih di pesantren.didalam satu volume atau satu komik bisa dibilang itu sudah memuat hampir 10 episode bila di animenya, dan membaca komiknya kurang dari satu jam itu sudah selesai berbeda dengan anime yang mungkin satu komik itu bisa berjam jam bila di anime kan
Jadi bisa dibilang dan kita ambil penyimpulan negatif kalau tren ini suatu kesia sian(membuang buang waktu dengan gaya) karena sunggu sangat disayangkan bila tren ini dilakukan dengan memforsir waktu tiap harinya, waktu yang berjam jam itu hanya dengan memandang layar, menonton Anime one piece, episode tiap episode yang mungkin saja dengan hikmat dan khusyu yang semoga tidak membuat mata mereka memerah seperti memainkan game sebelah "katanya".
Tren ini sepengetahuan saya yang menjadi pelakunya kebanyakan adalah siswa/mahasiswa seperti saya yang masih dalam usia produktif, usia dimana kita bisa menghasilkan karya, contohnya seperti saya yang menulis tulisan ini.
Saran saya kepada kalian kalian yang ikut dalam tren ini, jangan sampai berlebihan dengan mengorbankan waktu kalian, cukup beberapa episode saja perhari mungkin maksimal 3 atau 2, jangan sampai waktu kita terenggut yang seolah oleh kita sedang diperbudak oleh Anime ini heheh......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H