3.Epistemologi Irfani
Epistemologi Irfani berfokus pada pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman batin, intuisi, atau pencerahan spiritual. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman langsung dengan Tuhan atau pengalaman mistik, yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya dengan akal atau teks. Karakteristik dalam pendidikan yang berlandaskan pada epistemologi Irfani berfokus pada pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman spiritual dan batin. Pendekatan ini menekankan pada pembelajaran yang mengembangkan kesadaran spiritual dan hubungan dengan Tuhan, di mana siswa didorong untuk mengalami dan merasakan kedekatan dengan Tuhan melalui proses internalisasi yang mendalam. Pendidikan berbasis Irfani lebih bersifat subjektif dan introspektif, di mana siswa tidak hanya belajar melalui informasi eksternal, tetapi juga melalui pencarian batin dan kesadaran pribadi terhadap hakikat diri dan Tuhan. Dalam pendekatan ini, pengetahuan tidak hanya didasarkan pada logika atau teks, tetapi pada pengalaman langsung.
Contoh penerapan epistemologi Irfani dalam pendidikan dapat dilihat pada pendidikan tasawuf yang banyak diajarkan di pesantren-pesantren. Di pesantren yang mengajarkan tasawuf, pendekatan Irfani digunakan untuk mendalami ilmu batin. Dalam hal ini, siswa atau santri diajarkan untuk merasakan kedekatan dengan Tuhan melalui pengalaman spiritual yang mendalam, yang tidak hanya didasarkan pada pengajaran teoretis, tetapi juga pada praktik spiritual yang langsung.Â
Secara keseluruhan, epistemologi Bayani, Burhani, dan Irfani mempunyai pendekatan pendidikan yang berbeda tetapi saling melengkapi. Pendekatan epistemologi Bayani menekankan pada pengetahuan yang berasal dari wahyu dan teks resmi, seperti Al-Qur'an dan Hadis, yang berfungsi sebagai dasar dalam mengajarkan ajaran agama. Pendekatan ini juga menekankan pemahaman teks dan hafalan sebagai cara utama untuk memperoleh pengetahuan, dan mengarahkan siswa untuk menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, epistemologi Burhani mengutamakan metode ilmiah, eksperimen, dan bukti empiris, dan berfokus pada pengetahuan yang diperoleh melalui akal dan rasio. Pendekatan ini mendorong pembangunan kemampuan berpikir kritis dan analitis, yang sangat relevan dalam pendidikan sains dan teknologi yang mengutamakan bukti yang dapat diuji dan dibuktikan. Terakhir, epistemologi Irfani berpusat pada pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman spiritual dan batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H