Mohon tunggu...
Ailsa A
Ailsa A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan HI UPN 'Veteran' Yogyakarta

Jurusan Hubungan Internasional Angkatan 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rasisme dan Masalah Pemberantasannya

5 Juni 2023   00:40 Diperbarui: 5 Juni 2023   14:19 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tak hanya itu, kebiasaan candaan yang menyinggung soal ras akibat lingkungan tempat tinggal serta pergaulan sekitar, yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang dapat menyinggung komunitas tertentu. Adanya kekurangan edukasi mengenai rasisme sehingga kurangnya pengetahuan mengenai akibat buruk dari suatu perilaku rasisme. Selain itu, candaan yang berkaitan dengan rasisme yang sudah menjadi kebiasaan sehingga dianggap sebagai hal yang lumrah. Seperti kasus blackface yang dilakukan oleh warga kulit putih, khususnya Irlandia, sebagai bentuk hiburan dan menunjukkan pesan bahwa terdapat ras yang lebih rendah dari kaum Irlandia, yang saat itu dianggap kaum kulit putih (Eropa) yang paling rendah.

Asal mula rasisme juga dapat disebabkan oleh adanya ketakutan, iri, serta pikiran negatif lainnya bahwa ras lain tersebut nantinya bisa unggul atau mendominasi sehingga muncullah ketakutan tersebut. Pengelompokan ras yang dilakukan dalam kolonialisme dicitrakan seolah-olah adalah kondisi alamiah, padahal sepenuhnya politis. Seperti ras kulit putih yang dalam masyarakat kolonial dikonstruksikan sebagai yang lebih unggul kemudian menjadi dalih bagi praktik perbudakan.

Konstruktivisme merupakan sebuah paradigma yang beranggapan bahwasanya realitas sosial, termasuk hubungan internasional tidak dapat ditentukan oleh faktor-faktor material, tetapi faktor-faktor yang tak kasat mata. Salah satu aliran konstruktivisme yakni konstruktivisme kritis terinspirasi dari filsafat postmodernisme. Aliran ini menolak epistemologi positivisme karena memiliki fokus penelitian pada upaya mencari 'pemahaman', bukan 'penjelasan'. Analisis konstruktivisme kritis umumnya berfokus pada proses konstruksi suatu gagasan dan bukan sekedar mencari hubungan sebab-akibat. 

Dalam konteks topik ini, pembedaan berdasarkan ras terjadi karena setiap manusia merupakan makhluk sosial yang secara alami ingin berkelompok dengan orang yang serupa dengan dirinya. Prasangka sering juga bersumber dari ketidakpahaman, kurangnya peduli pada kelompok lain, atau takut adanya perbedaan. Hal buruk ini bisa juga karena pengamatan seseorang dari pengaruh sosial seperti halnya yang ada pada orang tua, keluarga, masyarakat, media massa, sekolah, dan lainnya. Hal ini bersumber pada keyakinan yang buruk serta prasangka-prasangka yang akhirnya mengalami perubahan menjadi sebuah aksi. Tindakan ini akhirnya memperlakukan orang lain secara tidak adil dikarenakan orang tersebut bersumber dari golongan/ras tertentu.

Apakah rasisme masih ada hingga sekarang?

Rasisme adalah suatu permasalahan sikap, pemikiran, dan perspektif yang sudah ada sejak lama dan mendalam. Seperti yang telah dijelaskan di poin sebelumnya, pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang menitikberatkan manusia dan perspektifnya terhadap objek tertentu. Suatu kelompok ras tertentu akan memberlakukan kelompok ras lain sesuai dengan perspektif mereka. Perspektif tersebut akan berlaku bagi komunitas ras tertentu dan akan menciptakan suatu stereotip atau pandangan negatif mengenai ras lain. Akar masalah yang sudah mengakar dalam suatu komunitas akan mustahil untuk diberantas secara sepenuhnya.

Sebagai contoh, dulunya bangsa Eropa menjelajahi samudera dengan semboyan 3G (Gold, Glory, and Gospel), dan dapat dikatakan bahwa benua Amerika merupakan benua yang menanggung sejarah yang paling pahit dari penjajahan bangsa Eropa tersebut. Suku Indian (native americans) diperbudak dan dibunuh secara massal, tanahnya diambil dan dihuni oleh bangsa Eropa. Budak-budak asal Afrika dibawa ke Amerika Serikat dan dipaksa untuk menetap, hingga terdapat kebun binatang yang berisi manusia yang berasal dari benua Afrika, Asia, dan suku pribumi lainnya untuk dipajangkan sebagai hiburan orang kulit putih. Aksi-aksi kejam yang dilakukan tersebut dilandasi kepercayaan yang tertanam dalam komunitas orang kulit putih. Bangsa Eropa saat itu percaya bahwa ras mereka, yakni ras kulit putih, adalah ras yang superior karena Tuhan mereka merupakan ras kulit putih. Hingga, menggunakan agama dan mengutip ayat-ayat Al-Kitab sebagai alasan untuk memperbudak dan membantai ras selain ras kulit putih yang dianggap tidak beradab karena tidak mengenal agama Kristen.

Bahkan, ketika Amerika Serikat telah menyatakan pemberhentian perbudakan. Secara realita, hal tersebut tidak berjalan. Warga kulit hitam tidak diperbolehkan untuk memilih dalam pemilu meskipun dinyatakan mereka memiliki hak untuk memilih. Warga kulit hitam tetap mendapatkan diskriminasi, pelecehan, serta perlakuan yang tidak adil meskipun dinyatakan bahwa warga kulit hitam setara dengan kaum kulit putih. Hal tersebut terjadi karena adanya pemahaman yang sudah mendalam dan berakar dalam warga Amerika Eropa bahwa mereka adalah ras yang superior dan ras selain mereka pantas untuk dipandang rendah dan mendapatkan okupasi yang lebih rendah dari mereka. 

Namun, selain agama, kaum kulit hitam juga dipandang agresif, tidak bermoral, dan selalu memberontak. Kaum kulit hitam miskin dan tidak kompeten. Meskipun secara data kaum kulit hitam secara ekonomi di bawah kaum kulit putih, kaum kulit hitam mendapatkan banyak diskriminasi dan penolakan dalam pembuatan usaha dan lamaran pekerjaan. Peristiwa tersebut tidak hanya terjadi di masa lampau namun juga terjadi sekarang, khususnya di Amerika Serikat.

Kini, dengan adanya media massa dan demonstrasi anti-apartheid, isu rasisme terungkit dan membawa kesadaran kepada masyarakat betapa berdampaknya sikap rasisme. Meskipun begitu, kasus rasisme khususnya terhadap kaum kulit hitam, tetap ada. Sehingga, berbagai gerakan sosial terbentuk yang diharapkan dapat memberdayakan kaum kulit hitam. Namun gerakan sosial tersebut telah menghasilkan suatu propaganda untuk membenci kaum kulit putih. Peristiwa tersebut menciptakan 'reverse racism' dimana kaum minoritas melakukan tindakan rasisme kepada kaum mayoritas, dalam hal ini kaum kulit putih (Newkirk, 2017).

Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia tidak akan lepas dari keinginan untuk mendominasi, mendapatkan keuntungan, serta mengklaim superioritas dengan mengorbankan kelompok ras lain. Perjuangan untuk mendapatkan keuntungan dan menjadi ras yang superior ini adalah penghambat bagi pemberantasan isu rasisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun