Mohon tunggu...
Aileen Ardharani
Aileen Ardharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang menulis artikel untuk menyelesaikan tugas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Demam Berdarah: Kolaborasi Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Warga untuk Indonesia Sehat

18 September 2024   05:38 Diperbarui: 18 September 2024   08:18 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan serius di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD kerap menjadi ancaman kesehatan, terutama pada musim hujan, saat kondisi lingkungan menjadi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti tersebut. Di Indonesia, ribuan kasus DBD dilaporkan setiap tahunnya, dengan tingkat keparahan yang bervariasi mulai dari gejala ringan seperti demam hingga kasus fatal seperti kematian.

Penyebaran penyakit DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk iklim Indonesia yang tropis, kepadatan penduduk, dan perilaku masyarakat terkait kebersihan lingkungan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di genangan air yang sering ditemukan di lingkungan sekitar rumah, seperti bak mandi, got, atau pot tanaman. Oleh karena itu, penanganan DBD tidak hanya memerlukan intervensi medis saat penyakit tersebut sudah parah, tetapi juga pendekatan berbasis komunitas melalui peran tenaga kesehatan masyarakat.

Tenaga kesehatan masyarakat di Indonesia memiliki peran penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD. Mereka tidak hanya bertugas memberikan edukasi kepada masyarakat, tetapi juga melakukan berbagai kegiatan intervensi berbasis komunitas. Salah satu strategi utama yang dilakukan adalah gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup genangan yang kiranya dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, dan mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tenaga kesehatan masyarakat juga berperan aktif dalam memobilisasi masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan praktik PSN secara rutin.

Selain itu, tenaga kesehatan masyarakat juga terlibat dalam program penyuluhan masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat anti nyamuk dan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk. Penyuluhan ini dilakukan melalui berbagai media, seperti posyandu, sekolah, atau pertemuan warga. Keterlibatan aktif masyarakat sangat penting untuk keberhasilan program pencegahan DBD ini.

Tidak hanya pencegahan, peran tenaga kesehatan masyarakat juga mencakup deteksi dini dan penanganan kasus penyakit DBD. Mereka bertugas melakukan survei epidemiologi untuk memantau penyebaran penyakit dan melaporkan kasus-kasus yang ditemukan di lapangan. Agar saat ada indikasi peningkatan kasus DBD di suatu wilayah, tindakan cepat dapat diambil, seperti fogging atau penyemprotan pestisida atau insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa.

Kerja sama lintas sektor juga menjadi kunci dalam pengendalian DBD di Indonesia. Tenaga kesehatan masyarakat bekerja sama dengan pemerintah daerah, sekolah-sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat dan bebas dari sarang nyamuk.

Dengan peran yang begitu penting, tenaga kesehatan masyarakat di Indonesia menjadi garda terdepan dalam melawan penyakit DBD. Melalui upaya pencegahan yang melibatkan edukasi, intervensi lingkungan, serta kerja sama dengan atau antarmasyarakat, mereka berkontribusi besar dalam menekan angka kejadian DBD di Indonesia dan melindungi kesehatan masyarakat secara luas.

KATA KUNCI: Epidemi, Kesehatan, Kolaborasi, Masyarakat, Upaya

DAFTAR PUSTAKA

Wowor, R. (2017). Pengaruh Kesehatan Lingkungan terhadap Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah di Indonesia. E-CliniC, 5(2).

Karyanti, M. R., & Hadinegoro, S. R. (2016). Perubahan Epidemiologi Demam berdarah dengue di Indonesia. Sari Pediatri, 10(6).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun