Mohon tunggu...
Dewi Ailam
Dewi Ailam Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pengagum dunia seputar Al-Qur'an dan tafsirnya. Salam Literasi^^

Sungguh tidak ada daya menghindarkan diri dari kemaksiatan kecuali dengan perlindungan-Nya dan tidak ada kekuatan melaksanakan ketaatan kecuali dengan pertolongan-Nya. Semoga melalui tulisan ini menjadi setitik wasilah menggapai keberkahan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pakai Sandal di Kaki, Bukan di Hati

8 April 2021   20:58 Diperbarui: 8 April 2021   21:18 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pakai sandal ya di kaki lah, mana bisa di hati. Mungkin itu yang terlintas pertama kali di otak ya. Tapi tunggu dulu.. Ternyata ada maksud tersembunyi di balik kalimat ini.

Pakai sandal ya di kaki, jangan di hati. Kenapa?

Kalau pakai sandal di hati nanti jadi repot lho, kayak misalnya pas lagi kondangan pakai sandal bagus ber-merk (bangga dong), terus pulangnya ke toilet pertamina (kebetulan) di lepas. Eh hilang. Ya jadinyaa sakit hati. Pasti sakit hati deh, udah beli pake uang, mahal-mahal malah, hilang. wkw. Kita semua pasti pernah ngerasain kan, kehilangan. Kalo bukan sandal ya mungkin barang kesayanganmu lainnya. Yekan?

Beda cerita waktu jaman sekolah dulu, ngelihat roommate atau classmate yang punya sandal atau sepatu mahal langsung ngiler. Ya siapa yang ga pengen ngerasain pake sepatu atau sandal harga ratusan sampe jutaan? Kayaknya enak deh, Cie yang iri. :v Ya gitu, kalo ngelihat pake hati, dikit-dikit pake hati, ngelihat cakep dikit iri hati, pake yang bagus dikit tinggi hati.

Jadi, hati disini bukan hati organ manusia yang berfungsi sebagai "alat pencernaan", bukan juga hati nurani "tempat sejati mencapai hakikat". Tetapi, yang melingkupi hati nurani tadi yaitu hal ghaib yang dengan akal dapat merasakan emosi sedih, kecewa, susah, senang dan beragam rasa lainnya. Tapi, hati-hati, meskipun hati nurani sifatnya tau mana yang baik mana yang buruk, ia tak luput dari beragam penyakit. Bolak-baliknya hati dapat menjadikan manusia terkadang berlaku egois, sombong, dengki, rakus, juga semena-mena tapi seketika dapat berbalik ke berlaku baik, adil dan bijaksana. Bagaimana menetapkan hati tetap bersih terjaga? Ya dibersihkan, layaknya kamar tidur kita yang rawan kotor dan berantakan. Hati juga perlu dibenahi, ditata dan dibersihkan. Mengutip perkataan Imam Al-Ghazali:

Hati akan tenang ketika dibangun dengan iman dan takwa. Sedang, hati yang diisi hawa nafsu penuh dengan perilaku tercela. Hati senantiasa berbolak-balik antara kebaikan dan kejahatan. Maka, yang berperan besar adalah penggunanya. Jika penggunanya selaras maka beruntunglah ia.

Jadi begitulah. Sambil menatap layar kaca, jangan lupa membaca hamdalah ya. Siapa tau hari ini kita terhindar dari kehilangan barang-barang berharga. Seraya berdo’a:

 Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku atas agama-Mu. (HR. Tirmidzi)

~

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun