Bagaimana jika mulai kini, setiap mengucap salam kita menautkan hati dengan berdo'a makna yang terkandung didalamnya. Barangkali dengan begitu, membawa kebaikan terhadap budi pekerti kita. Ketika satu baik, yang lain akan terhubung baik pula. Begitulah harapan mengenai percekcokan sektarian yang tak kunjung berkesudahan, malah justru ada saja yang menyuluti bahan bakar. Ada-ada saja.
Tetapi, begitulah kehidupan. Berpasang-pasangan baik dan buruk, ujian dan cobaan. Bukankah setiap diri kita akan mencapai kedewasaan melalui cobaan-cobaan yang diambil hikmahnya? Dengan begitu, akan tercermin melalui kepribadian yang cenderung melakukan hal positif. Bukan mengombang-ambingkan, apalagi mengkafirkan. Xixi.Â
Kiranya sangat perlu adanya ruang yang dapat menciptakan suasana dimana kita bisa introspeksi diri bersama, menyamakan pandangan. Paling tidak pada pandangan dasar mengenai apa-apa yang telah kita lakukan (sebagai sesama umat Islam) sehingga damai di antara kita, tidak ada kesan saling tuduh-menuduh, menyalahkan.
Lantas, bagaimana mewujudkannya?
Mengutip perkataan Sherlock Holmes Dalam Kisah Rumah Kosong, "Kerja adalah penangkal terbaik penderitaan".Â
Maknanya, mempekerjakan otak (mengasah kemampuan berpikir) akan menjauhkan diri dari penderitaan (sebab kebodohan).
"..Tidak ada manusia yang dilahirkan dalam kondisi 'alim, ilmu harus dipelajari. Maka belajarlah kita semua.." (Ibnu Mas'ud)
Belajarlah kita semua, berpikir dan berkembanglah kita bersama, Semoga keselamatan dan kedamaian selalu terlimpah kepadamu beserta rahmat dan keberkahan-Nya~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H