Mohon tunggu...
Dewi Ailam
Dewi Ailam Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pengagum dunia seputar Al-Qur'an dan tafsirnya. Salam Literasi^^

Sungguh tidak ada daya menghindarkan diri dari kemaksiatan kecuali dengan perlindungan-Nya dan tidak ada kekuatan melaksanakan ketaatan kecuali dengan pertolongan-Nya. Semoga melalui tulisan ini menjadi setitik wasilah menggapai keberkahan.

Selanjutnya

Tutup

Love

Bagaimanapun, daun yang jatuh tak pernah membenci angin (Part II)

31 Maret 2021   00:31 Diperbarui: 31 Maret 2021   00:58 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tak bisa bercerita apa-apa lagi tentangmu. Sebab aku tau, kau telah menjalani hidupmu dengan baik, sangat baik malah. Tidak denganku, yang masih berusaha menjadikannya baik. Barangkali aku memang takbisa sehebat dirimu. Sosok dirimu yang banyak kukagumi. Ah bukan, ini bukan berlebihan, seperti yang kubilang otakku mencerna jati dirimu dengan baik, jadi segala kekuranganmu barangkali telah kulupakan, karna memang dasar akunya yang mudah melupakan, atau memang kamunya yang selalu saja bisa membuatku kagum, suka. Dan bisa jadi, itu jadi hal yang konyol sebab hatiku condong padamu? Entahlah, cinta membutakanku?

Beberapa hari terakhir, aku mungkin telah menjadi tidak waras. Bahkan untuk beberapa minggu, sebab segala hal begitu dan makin berantakan. Doaku semoga ini lekas beres, dan terselesaikan. Secepatnya. Harus.

[Maret]

Selamat malam wahai langit kelam, biarkan aku menuliskan rasa, baik suka maupun duka. Kukira itu hanya warna.

Berpuluh bahkan beratus kali ku yakinkan diriku mampu, memanglah nyatanya begitu.

Entah sakit yang bermula dari mana, dari siapa atau oleh apa, yang terpenting haruslah bangkit tiap kali terpuruk, haruslah bergerak tiap kali terhenti, haruslah menangis tiap kali menyerah. Untuk diriku yang diciptakan begitu sempurna, sempurnakanlah jati dirimu.

[Desember]

Akhirnya aku bisa mengatakan ini padamu. Aku berhasil menetralkannya. Hatiku. aku sukses tidak merasakan apapun ketika mengingatmu, bahkan ketika membuka lembar demi lembar kenangan kita. Seperti katamu, persetan dengan istilah mantan. Silaturahmi kita harus tetap terjaga bukan? Kedepannya, mari duduk dan meneguk kopi racikanku bersama, membahas kisah yang menjadi kenangan dan menertawakan pilu yang telah berlalu~

Selamat wahai diri.. Telah berhasil merestart hati dan bertumpu hanya pada-Nya. Bersemangatlah, seberkas cahaya di jiwa telah  menanti pancaranmu! Bagaimanapun, Daun yang Jatuh Tak Akan Membenci Angin bukan? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun