Mohon tunggu...
AILA Indonesia
AILA Indonesia Mohon Tunggu... -

Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia adalah aliansi antar lembaga yang peduli pada upaya pengokohan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dr. Bagus Riyono: Banyak Bias Kepentingan di Seputar Ilmu Psikologi

15 November 2016   10:18 Diperbarui: 15 November 2016   10:26 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM), Dr. Bagus Riyono, menyampaikan presentasinya yang berjudul “Politisasi Ilmu Psikologi” dalam Seminar Kebangsaan “Reformulasi KUHP Delik Kesusilaan dalam Bingkai Nilai-nilai Keindonesiaan”, di Jakarta (26/09). Dalam uraiannya, Bagus menjelaskan bias kepentingan dalam peristiwa dihapuskannya homoseksualitas dari daftar abnormalitas yang dibuat oleh American Psychological Association (APA).

“Pada awalnya, para ilmuwan psikologi di APA memegang teguh ‘The Leona Tyler Principle’, yaitu prinsip untuk tidak mempublikasikan sebuah standar keilmuan sebelum teruji dengan kuat melalui prinsip-prinsip ilmiah. Tapi kemudian homoseksualitas dihapus begitu saja dari daftar abnormalitas, dan keputusan ini diambil melalui voting,” ungkap Bagus.

Nicholas A. Cumming, Ph.D., yang menjabat Presiden APA pada tahun 1979, merasa prihatin karena homoseksualitas dihapus dari daftar abnormalitas tanpa didukung oleh penelitian-penelitian ilmiah.

“Belakangan diketahui bahwa para pimpinan APA sebagian besar adalah homoseksual, baik gay maupun lesbian. Cummings, seorang ilmuwan senior yang mantan Presiden APA, akhirnya didepak karena tidak sejalan dengan mayoritas,” tutur Bagus.

APA selanjutnya melakukan berbagai penelitian yang mendukung kelompok homoseks. “Penelitian-penelitian yang sejak awal ditujukan untuk menjustifikasi homoseksualitas sebagai sesuatu yang normal ini tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmiah dan bias kepentingan. Akan tetapi, penelitian-penelitian pro-homoseksual ini didukung oleh media massa yang juga sudah disetir oleh kaum homoseks. Setelah itu, APA praktis sudah menjadi organisasi politik untuk kepentingan kaum homoseks,” tandas Bagus.

Pada tahun 2013, gerakan pendukung homoseksual ini berhasil meloloskan legalisasi pernikahan sejenis di Mahkamah Agung AS melalui voting. Dengan berbekal legalitas tersebut, kaum pro-homoseksual semakin merajalela.

“Mereka juga menguasai American Psychiatric Association yang kemudian dikenal sebagai ‘little APA’. Pada 8 Maret 2016, ‘little APA’ ini menegur Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia atau PDSKJI karena ada psikiater Indonesia yang mengatakan bahwa homoseksual dapat disembuhkan. Surat teguran ini menunjukkan sikap arogan ‘little APA’ yang didasarkan atas argumen yang secara ilmiah tidak valid,” tutur Bagus lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun